Category Archives: Mobile

Perkembangan terkini perangkat mobile serta aplikasi di dalamnya

Mulai Android 12, Android Auto Versi Mobile Bakal Dipensiunkan

Pengguna Android Auto saat ini terbagi menjadi tiga kubu: mereka yang menggunakan kombinasi head unit dan smartphone (versi konvensional), mereka yang menggunakan smartphone saja (Android Auto for Phone Screens), dan mereka yang menggunakan Android Automotive OS (versi yang terintegrasi langsung pada sistem infotainment bawaan mobil).

Namun klasifikasi ini tidak akan bertahan lama. Pasalnya, Google memutuskan untuk berhenti menawarkan Android Auto for Phone Screens mulai Android 12. Dilaporkan oleh XDA, pengguna perangkat Android 12 yang membuka aplikasi Android Auto for Phone Screens bakal disuguhi notifikasi bahwa Android Auto sekarang cuma tersedia untuk layar mobil saja.

Alternatifnya, mereka dihimbau untuk menjajal fitur Driving Mode milik Google Assistant. Kepada 9to5Google, Google telah mengonfirmasi bahwa mulai Android 12, Google Assistant Driving Mode bakal sepenuhnya menggantikan aplikasi mobile Android Auto. Kalau perangkatnya belum (atau tidak) kebagian jatah update Android 12, maka aplikasi mobile Android Auto tadi masih dapat digunakan seperti biasa.

Google Assistant Driving Mode pertama diumumkan di ajang Google I/O 2019, dan dari awal sudah diproyeksikan sebagai pengganti Android Auto versi mobile. Namun ternyata peluncuran Driving Mode terpaksa harus ditunda. Barulah di bulan Oktober 2020 kemarin, fitur tersebut mulai tersedia untuk publik, meski masih dalam jumlah terbatas.

Secara umum, pengalaman yang ditawarkan Driving Mode pada dasarnya tidak terlalu berbeda dari Android Auto for Phone Screens. Yang berbeda adalah, karena Driving Mode merupakan fitur milik Google Assistant, maka pengguna tidak perlu membuka aplikasi yang terpisah.

Pada praktiknya, fitur ini bakal aktif secara otomatis ketika pengguna memulai sesi navigasi di aplikasi Google Maps. Ini tentu bakal sangat membantu buat pengguna yang selama ini sering lupa kalau di ponselnya ternyata sudah terinstal aplikasi Android Auto for Phone Screens.

Sumber: 9to5Google.

OPPO Pamerkan Teknologi Pengisian Daya Nirkabel Magnetik MagVOOC

Awal Agustus kemarin, Realme secara resmi memperkenalkan teknologi pengisian daya nirkabel magnetik bernama MagDart. Sekarang, giliran saudara seperguruannya, OPPO, yang menyingkap teknologi serupa. Dalam kamus OPPO, teknologi pengisian daya nirkabel magnetik ini mereka juluki MagVOOC.

Sama seperti MagDart maupun MagSafe, MagVOOC memanfaatkan sambungan magnetik untuk memastikan keselarasan yang presisi antara ponsel dan adaptor pengisi daya. Di saat yang sama, magnet yang menempel juga memungkinkan ponsel untuk tetap digunakan sembari baterainya diisi ulang.

Sejauh ini sudah ada tiga aksesori yang tergabung dalam keluarga MagVOOC. Yang pertama adalah MagVOOC Ultra-Thin Flash Charger. Sesuai namanya, fisiknya begitu tipis, tapi ia mampu menyalurkan daya dengan kecepatan maksimum 20W. Charger ini juga dapat berperan sebagai Qi wireless charger biasa untuk ponsel-ponsel yang tidak mendukung MagVOOC.

MagVOOC Wireless Flash Charging Stand / OPPO

Kedua, ada MagVOOC Wireless Flash Charging Stand yang memiliki output 40W. Secepat apa kemampuan mengisinya? Menurut GSMArena, jika digunakan bersama perangkat seperti OPPO Ace2 yang memiliki baterai berkapasitas 4.000 mAh, charger ini sanggup mengisinya dari kosong hingga penuh dalam waktu 56 menit saja. Sama seperti aksesori yang pertama, ia pun juga dapat difungsikan sebagai Qi wireless charger standar.

MagVOOC Wireless Power Bank / OPPO

Terakhir, ada MagVOOC Wireless Power Bank yang mengemas kapasitas 4.500 mAh dan output 20W. Buat perangkat yang tidak kompatibel dengan MagVOOC, power bank ini tetap bisa mengisi baterainya secara nirkabel, tapi tentu saja tidak dapat menempel secara magnetik.

Selain mendemonstrasikan MagVOOC, OPPO juga sempat memamerkan teknologi Air Charging yang mampu menyalurkan daya ke smartphone via udara dengan output 7,5W. Jaraknya memang belum bisa terlalu jauh, tapi yang paling penting adalah ponselnya tidak harus berada dalam posisi tertentu, serta tetap dapat digunakan selama proses pengisian berlangsung.

Konektivitas smartphone yang terintegrasi dalam mobil

Dalam kesempatan yang sama, OPPO turut menunjukkan inovasi-inovasinya dalam hal konektivitas smartphone di dalam mobil. Yang pertama ada teknologi kunci mobil digital, yang memungkinkan pengguna untuk membuka kunci mobil menggunakan smartphone OPPO yang tersambung via Bluetooth. Fitur ini terdengar sangat praktis dalam konteks sehari-hari karena tidak bergantung pada jaringan seluler.

Selanjutnya, OPPO juga mendemonstrasikan bagaimana pengguna bisa memakai OPPO Find X3 atau OPPO Watch 2 untuk menyalakan AC mobil dari jarak jauh, maupun membunyikan klakson dari kejauhan ketika sedang mencari mobilnya di area parkir yang padat. Sebagai bonus, pengguna juga bisa menikmati pengisian daya cepat di dalam mobil, baik 65W via kabel, atau 40W secara wireless.

Realisasi inovasi-inovasi tersebut tentu memerlukan keterlibatan dari pihak produsen mobil. OPPO sendiri menyatakan bahwa mereka terbuka perihal kolaborasi lintas industri untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru. Sejauh ini, mereka juga telah menjalin kemitraan dengan banyak merek kendaraan terkemuka, seperti NIO, BYD Auto, dan Geely.

Xiaomi Umumkan Redmi 10, Kini dengan Chipset Helio G88, Layar 90 Hz, dan Kamera 50 Megapixel

Xiaomi belum lama ini resmi memperkenalkan Redmi 10. Dibanding Redmi 9 yang dirilis tahun lalu, Redmi 10 membawa cukup banyak pembaruan yang signifikan, mulai dari desain, layar, performa, sampai kamera.

Kita mulai dari desainnya lebih dulu. Seperti yang bisa dilihat, wajah Redmi 10 tampak jauh lebih modern ketimbang pendahulunya yang masih berponi. Tampilan panel belakangnya juga berubah drastis, kini dengan modul kamera yang lebih lebar di ujung kiri atas ketimbang di tengah.

Redmi 10 datang membawa chipset MediaTek Helio G88. Kenapa harus spesifik Helio G88? Karena chipset ini pada dasarnya adalah Helio G85 yang telah di-upgrade agar mampu mengakomodasi layar FHD+ dengan refresh rate di atas normal.

Benar saja, layar 6,5 inci beresolusi 1080p milik Redmi 10 mendukung refresh rate maksimum 90 Hz. Saya bilang maksimum karena refresh rate-nya memang dapat berubah-ubah secara otomatis antara 45, 60, dan 90 Hz, tergantung jenis konten yang ditampilkan. Tujuannya tentu untuk mengoptimalkan daya tahan baterai.

Bicara soal baterai, Redmi 10 tergolong cukup mirip dengan pendahulunya, dengan kapasitas 5.000 mAh dan dukungan fast charging 18 W. Perangkat turut mendukung reverse wired charging 9 W, dan paket penjualannya turut mencakup kepala charger 22,5 W.

Lanjut ke kameranya, Redmi 10 hadir mengusung kamera utama 50 megapixel, pertama kalinya untuk lini Redmi seri angka. Menemani kamera utamanya adalah kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera depth 2 megapixel. Di depan, ada kamera selfie 8 megapixel.

Semua itu dikemas dalam bodi yang sedikit lebih ringkas daripada sebelumnya, dengan tebal sekitar 8,9 mm dan bobot hanya 181 gram. Fitur-fitur seperti side fingerprint sensor, dual speaker, maupun jack audio 3,5 mm turut tersedia, tapi sayang Redmi 10 tidak punya slot kartu microSD.

Maka dari itu, konsumen harus lebih bijak dalam menentukan varian yang hendak dibeli. Total ada tiga varian Redmi 10 yang ditawarkan: 4 GB/64 GB, 4 GB/128 GB, dan 6 GB/128 GB. Masing-masing dihargai $179, $199, dan $219. Sejauh ini belum ada informasi kapan Xiaomi bakal memboyongnya ke tanah air.

Sumber: Xiaomi.

Suksesor Asus ROG Phone 5 Diungkap, Cuma Beda di Chipset Saja

Diumumkan pada bulan Maret kemarin, Asus ROG Phone 5 merupakan salah satu smartphone dengan performa terbaik saat ini. Namun belum ada setengah tahun berselang, ia rupanya sudah kedatangan suksesor yang menawarkan performa lebih baik lagi, yakni Asus ROG Phone 5s.

Kenapa jarak peluncurannya begitu dekat? Penjelasan simpelnya adalah karena Qualcomm baru meluncurkan Snapdragon 888+ pada akhir bulan Juni kemarin, dan chipset itulah yang menjadi faktor pembeda utama antara ROG Phone 5 dan ROG Phone 5s. Dengan clock speed maksimum 3 GHz, Snapdragon 888+ menawarkan performa CPU hingga 25% lebih kencang ketimbang Snapdragon 888.

Pada varian termahal ROG Phone 5s, chipset tersebut ditandemkan dengan RAM LPDDR5 sebesar 18 GB, plus storage internal UFS 3.1 berkapasitas 512 GB. Di luar perbedaan chipset, ROG Phone 5 dan ROG Phone 5s ibarat saudara kembar. Layarnya sama-sama menggunakan panel AMOLED 6,78 inci dengan resolusi FHD+, refresh rate 144 Hz, dan touch sampling rate 360 Hz.

Deretan kamera yang tertanam pun identik, mencakup kamera utama 64 megapixel (Sony IMX686), kamera ultra-wide 13 megapixel, kamera macro, dan kamera depan 24 megapixel. Desain panel belakangnya juga tidak berubah, masih dengan logo ROG yang dapat menyala warna-warni.

Alternatifnya, Asus turut menghadirkan ROG Phone 5s Pro yang sisi belakangnya dilengkapi layar PMOLED kecil plus sepasang tombol kapasitif ekstra. Kedua model ROG Phone 5s ini sama-sama mengemas baterai 6.000 mAh yang mendukung fast charging 65 W, sekali lagi sama persis seperti pendahulunya.

Singkat cerita, konsumen yang sudah terlanjur membeli ROG Phone 5 pada dasarnya tidak perlu berkecil hati karena yang berbeda di sini hanyalah chipset-nya, dan lagi kita juga belum tentu bisa membelinya. Pasalnya, Asus sejauh ini baru memasarkan ROG Phone 5s dan ROG Phone 5s Pro di Taiwan saja.

Di sana, ROG Phone 5s dijual dengan harga NT$33.990 (± 17,5 jutaan rupiah) untuk varian tertingginya, sedangkan ROG Phone 5s Pro dihargai NT$37.990 (± 19,6 jutaan rupiah). Selisih harganya cukup jauh karena selain mengemas layar kecil di belakangnya, ROG Phone 5s Pro juga dilengkapi aksesori AeroActive Cooler 5 pada paket penjualannya.

Sumber: GizmoChina.

Google Pixel 5a 5G Dirilis, Lebih Murah, Lebih Kokoh, Tapi Performa Identik

Google bakal segera meluncurkan Pixel 6 dan Pixel 6 Pro dalam waktu dekat, dan kedua ponsel tersebut akan kembali menempatkan seri Pixel ke kasta flagship. Namun sebelum itu terwujud, Google rupanya lebih dulu menarget segmen mid-range dengan meluncurkan Pixel 5a 5G.

Sesuai namanya, ponsel ini merupakan penerus langsung dari Pixel 4a 5G yang dirilis tahun lalu. Bentuk keduanya tampak nyaris identik, akan tetapi Pixel 5a 5G menang satu langkah karena rangka bodinya sudah terbuat dari aluminium. Bukan cuma itu, bodinya pun tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67, pertama kalinya untuk seri Pixel a.

Ukuran layar OLED-nya agak membesar dari 6,2 inci menjadi 6,34 inci, akan tetapi resolusi dan refresh rate-nya tetap di angka 1080p dan 60 Hz. Sejalan dengan fisiknya yang lebih kokoh, lapisan kaca yang memproteksi layarnya pun telah di-upgrade dari Gorilla Glass 3 menjadi Gorilla Glass 6.

Perubahan yang terakhir dan yang paling signifikan adalah perkara baterai. Kapasitasnya naik drastis dari 3.885 mAh menjadi 4.680 mAh, meski memang dukungan charging-nya tidak berubah (18 W), dan wireless charging pun tetap absen.

Otomatis daya tahan baterai Pixel 5a 5G dipastikan lebih awet lagi ketimbang pendahulunya, apalagi mengingat spesifikasinya memang tidak berubah, masih menggunakan chipset Snapdragon 765G, lengkap beserta RAM 6 GB dan storage internal 128 GB. Tiga kamera yang tertanam pun sama persis: kamera utama 12 megapixel f/1.7, kamera ultra-wide 16 megapixel f/2.2, dan kamera depan 8 megapixel f/2.0.

Istimewanya, semua itu bisa Google tawarkan dalam harga yang lebih murah. Di Amerika Serikat, Google Pixel 5a 5G dijual dengan banderol $449 (± 6,45 jutaan rupiah), turun $50 dari banderol milik pendahulunya.

Sumber: GSM Arena dan Google.

WhatsApp Rilis Fitur Transfer Riwayat Percakapan dari Android ke iOS

WhatsApp memang merupakan aplikasi lintas platform, dan pengguna perangkat Android maupun iOS memang bisa saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya tanpa ada batasan tertentu. Yang kerap jadi masalah adalah ketika pengguna hendak berpindah dari platform Android ke iOS, ataupun sebaliknya, sebab data riwayat percakapannya tidak bisa dipindah.

Kabar baiknya, WhatsApp diam-diam rupanya telah menggodok fitur transfer riwayat percakapan lintas platform. Fitur ini mereka umumkan bersamaan dengan peluncuran Samsung Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3, sekaligus menjadikan kedua ponsel foldable terbaru Samsung tersebut sebagai yang pertama kebagian jatahnya.

Berkat fitur baru ini, para pengguna iPhone jadi bisa memindahkan seluruh chat history WhatsApp mereka, termasuk halnya foto dan voice memo, menuju ke Z Fold3 atau Z Flip3. Namun ketimbang mengandalkan koneksi internet, prosesnya mengharuskan pengguna menghubungkan kedua perangkat via kabel Lightning ke USB-C. Sepertinya ini memang merupakan taktik Samsung untuk menarik minat pembeli, termasuk halnya para pengguna iPhone.

Satu hal yang perlu dicatat adalah, data chat history yang ditransfer dari iPhone ke perangkat Android ini akan menimpa (overwrite) seluruh data cloud backup yang pengguna miliki. Jadi jangan harap riwayat percakapan di kedua platform dapat digabung menjadi satu. Sepertinya ini memang terkendala sistem enkripsi end-to-end yang WhatsApp terapkan.

Dalam beberapa minggu ke depan, fitur ini juga akan tersedia untuk deretan ponsel Samsung yang menjalankan minimal sistem operasi Android 10. Sayangnya WhatsApp sejauh ini masih bungkam terkait ketersediaan fitur ini di perangkat Android lain. WhatsApp juga tidak menjelaskan apakah ke depannya pengguna juga dapat melakukan hal sebaliknya, yakni memindah data chat history dari perangkat Android ke iPhone.

Sumber: The Verge.

8 Smartphone Pilihan yang Masih Dibekali Jack Audio 3,5 mm

Jack audio 3,5 mm, atau biasa juga dikenal dengan istilah headphone jack, adalah jenis konektor yang sudah eksis sejak zaman Walkman masih merajalela. Namun di tahun 2016, Apple memutuskan untuk menghapuskannya dari iPhone 7, dan sejak saat itu tren smartphone tanpa headphone jack pun terus bertambah populer.

Hingga akhirnya kita tiba di titik di mana keberadaan headphone jack bisa dianggap sebagai salah satu fitur smartphone. Di tahun 2021 ini, jumlah smartphone yang dilengkapi headphone jack kian berkurang, terutama di segmen flagship, dan itulah mengapa kategori produk TWS terus bertambah populer setiap harinya.

Kendati demikian, di luar sana masih banyak konsumen yang belum bisa move on dari headphone jack. Alasannya sederhana: headphone atau earphone kesayangan mereka masih menggunakan kabel 3,5 mm sebagai konektornya. Buat mereka, smartphone yang dibekali headphone jack masih memiliki nilai plus tersendiri.

Kalau Anda termasuk salah satunya, artikel ini bisa Anda jadikan referensi saat membeli smartphone baru. Berikut adalah 8 smartphone pilihan yang masih memiliki jack audio 3,5 mm.

1. Asus ROG Phone 5

ROG Phone 5 bisa dianggap sebagai spesies smartphone flagship yang langka karena masih dilengkapi colokan 3,5 mm pada bagian bawahnya, apalagi mengingat colokan ini sempat hilang dari pendahulunya (ROG Phone 3). Bukan cuma itu, Asus bahkan juga menjejalkan sistem Quad DAC demi memenuhi ekspektasi tinggi kalangan audiophile.

Sebagai ponsel flagship, spesifikasinya tentu tidak main-main: Snapdragon 888, RAM 12 GB, storage internal 256 GB, dan baterai 6.000 mAh dengan dukungan fast charging 65 W. Layarnya menggunakan panel AMOLED 6,78 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 144 Hz. Kamera belakangnya ada tiga: kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 13 megapixel, dan kamera macro 8 megapixel.

Ponsel ini sekarang sudah bisa dibeli dengan harga Rp14.499.000. Anda juga bisa baca review lengkapnya di sini.

Link pembelian: Asus ROG Phone 5

2. Samsung Galaxy A52

Samsung memang sudah tidak punya lagi smartphone flagship yang dibekali headphone jack, tapi setidaknya tren ini belum memengaruhi lini ponsel kelas menengahnya, salah satunya Galaxy A52. Penggunaan chipset Snapdragon 720G yang sudah sangat terbukti merupakan indikasi akan kinerjanya yang mumpuni, ditambah lagi dengan RAM 8 GB, storage 256 GB, dan baterai 4.500 mAh yang mendukung fast charging 25 W.

Susunan kamera belakang Galaxy A52 juga terbilang lengkap, mencakup kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 12 megapixel, kamera macro 5 megapixel, dan kamera depth 5 megapixel. Layarnya menggunakan panel Super AMOLED 6,5 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 90 Hz. Semua itu bisa didapat dengan harga Rp5.399.000.

Link pembelian: Samsung Galaxy A52

3. OPPO Reno6

Desain yang stylish sekaligus nyaman di tangan, ditambah performa kelas menengah yang sangat reliabel, merupakan daya tarik utama dari Reno6. Kebetulan ia juga masih punya jack audio 3,5 mm di sisi bawahnya, sehingga ia layak menerima rekomendasi ekstra buat konsumen yang mementingkan pengalaman audio superior.

Spesifikasi Reno6 meliputi chipset Snapdragon 720G, RAM 8 GB, penyimpanan internal 128 GB, dan baterai 4.310 mAh dengan dukungan fast charging 50 W. Perangkat dibekali layar AMOLED 6,4 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 90 Hz. Di belakang, kita bisa menemukan kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, dan sisanya kamera macro beserta kamera depth.

Buat yang tertarik dengan Reno6, siapkan dana sebesar Rp5.199.000. Ulasan lengkapnya juga dapat Anda baca di sini.

Link pembelian: OPPO Reno6

4. Realme 8

Realme 8 menawarkan spesifikasi yang sangat menarik di harga Rp3.599.000. Mulai dari chipset MediaTek Helio G95, RAM 8 GB, penyimpanan internal 128 GB, baterai 5.000 mAh dengan dukungan fast charging 30 W, sampai layar Super AMOLED 6,43 inci dengan resolusi 1080p, semua tersedia di sini, demikian pula headphone jack.

Perangkat mengemas kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro dan kamera depth. Sebagai pelengkap, Realme tak lupa menyematkan NFC beserta sensor sidik jari di balik layar.

Link pembelian: Realme 8

5. Xiaomi Redmi Note 10 Pro

Seperti halnya Samsung, lini flagship Xiaomi tidak ada yang mengusung headphone jack, tapi untungnya seri Redmi Note tidak ikut terdampak. Dibanderol Rp3.899.000, Redmi Note 10 Pro menawarkan spesifikasi yang cukup menggiurkan: Snapdragon 732G, RAM 8 GB, storage 128 GB, dan baterai 5.020 mAh yang mendukung fast charging 33 W.

Layar juga menjadi daya tarik utama dari ponsel ini, dengan panel AMOLED 6,67 inci beresolusi FHD+, lengkap dengan refresh rate 120 Hz. Di sektor kamera, Redmi Note 10 Pro mengunggulkan kamera utama 108 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 5 megapixel dan kamera depth 2 megapixel. Perangkat juga sudah dibekali dengan NFC.

Silakan baca review-nya jika masih penasaran dengan performa sekaligus kapabilitas kameranya.

Link pembelian: Redmi Note 10 Pro

6. Poco X3 Pro

Bukan Poco namanya kalau tidak menawarkan value yang sangat menarik. Dengan harga jual cuma Rp3.999.000, Poco X3 Pro hadir membawa spesifikasi hampir setara flagship: Snapdragon 860, RAM 8 GB, penyimpanan internal 256 GB, dan baterai 5.160 mAh dengan dukungan fast charging 33 W. Dari sisi kinerja, Poco X3 Pro sangat bisa diandalkan, seperti yang sudah dibuktikan oleh pengujian tim DailySocial.id.

Melengkapi spesifikasinya adalah layar IPS 6,67 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 120 Hz. Kamera belakangnya terdiri dari kamera utama 48 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, dan kamera macro beserta kamera depth masing-masing dengan resolusi 2 megapixel. Semua itu tentu tanpa melupakan fitur yang kerap disepelekan, macam keberadaan headphone jack dan NFC.

Link pembelian: Poco X3 Pro

7. Black Shark 4

Spesifikasi kelas gaming tapi terjangkau sudah ibarat motto Black Shark sejak lama, dan beruntung di tahun 2021 ini pun mereka belum tergoda untuk mengikuti tren smartphone tanpa headphone jack. Black Shark 4 mengandalkan chipset Snapdragon 870, lengkap beserta RAM 8 GB dan storage internal 128 GB. Kapasitas baterainya memang cuma 4.500 mAh, tapi kecepatan fast charging-nya mencapai angka 120 W.

Smartphone seharga Rp8.499.000 ini datang membawa layar Super AMOLED 6,67 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 144 Hz. Sisi belakangnya yang kini tampak jauh lebih elegan ketimbang sebelumnya mengemas kamera utama 48 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, dan kamera macro 5 megapixel.

Link pembelian: Black Shark 4

8. RedMagic 6 Pro

Perpaduan chipset Snapdragon 888 dan RAM 16 GB mungkin terdengar agak berlebihan, tapi tidak kalau itu dibarengi dengan layar yang juga sangat kencang, seperti yang ditawarkan oleh RedMagic 6 Pro berikut ini. Bukan 120 Hz atau 144 Hz, layarnya tercatat memiliki refresh rate 165 Hz. Panelnya sendiri merupakan panel AMOLED 6,8 inci dengan resolusi 1080p.

Perangkat datang membawa baterai 5.050 mAh, lengkap dengan dukungan fast charging 66 W. Kamera belakangnya terdiri dari kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, dan kamera macro 2 megapixel. Semua itu dihargai cuma Rp11.999.000 saja untuk varian dengan penyimpanan 256 GB. Tentu saja, sesuai persyaratan utama artikel ini, kita bisa menemukan jack audionya di sisi atas.

Link pembelian: RedMagic 6 Pro

Gambar header: Depositphotos.com.

Xiaomi Mi Mix 4 Diungkap, Unggulkan Kamera di Bawah Layar dan Charging 120W

Sejak generasi pertamanya diluncurkan di tahun 2016, seri smartphone Xiaomi Mi Mix selalu ingin tampil berbeda lewat bagian wajah yang didominasi oleh layar. Di tahun 2021 ini, kendalanya pada dasarnya tinggal satu, yakni menghilangkan lubang pada layar yang biasanya dihuni oleh kamera selfie, dan itu Xiaomi wujudkan dengan menyembunyikan kameranya di balik layar.

Teknologi kamera di balik layar tentu bukan barang baru, dan sejauh ini sudah diimplementasikan oleh ZTE, OPPO, dan yang terbaru, Samsung. Kendati demikian, Xiaomi cukup percaya diri bahwa teknologinya, yang mereka sebut dengan istilah Camera Under Panel (CUP), sudah cukup matang karena telah melalui tiga iterasi yang berbeda selama lima tahun.

Secara teknis, panel layar yang berada tepat di depan kameranya memiliki kepadatan pixel 400 ppi, serta diyakini mempunyai tingkat kecerahan dan detail warna yang setara dengan sisa layarnya. Di saat yang sama, hasil foto menggunakan kamera depannya diklaim tetap bagus berkat lapisan subpixel transparan yang bertugas meminimalkan difraksi cahaya, sehingga cahaya yang masuk ke sensor kamera jadi lebih terpusatkan.

Layarnya sendiri merupakan panel AMOLED 6,67 inci dengan resolusi 2400 x 1080 pixel, lengkap beserta refresh rate 120 Hz dan touch sampling rate 480 Hz.

Spesifikasi dan fitur Xiaomi Mi Mix 4

Mi Mix 4 merupakan salah satu ponsel pertama yang ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 888+. Agar performanya bisa konsisten, Xiaomi tak lupa menyematkan sistem pendingin dengan total luas area permukaan pembuang panas — yang terdiri dari beberapa lapisan — sebesar 11.588 mm². Tujuannya tidak lain untuk menghindarkan perangkat dari overheating. Krusial buat ponsel yang mengemas versi Plus dari chipset yang terkenal mudah panas.

Untuk kameranya, Mi Mix 4 mengemas tiga kamera belakang dengan konfigurasi sebagai berikut: kamera utama 108 megapixel dengan sensor ISOCELL HMX seperti milik Mi 11, kamera ultra-wide 13 megapixel dengan lensa free-form untuk meminimalkan distorsi secara signifikan, dan kamera periskop 8 megapixel dengan 5x optical zoom beserta OIS. Kamera depannya yang disembunyikan tadi memiliki resolusi 20 megapixel.

Mi Mix mengusung baterai berkapasitas standar, 4.500 mAh, akan tetapi kemampuan charging-nya sudah berada di luar batas normal: 120W menggunakan kabel, atau 50W menggunakan wireless charger. Dalam kondisi default, Mi Mix 4 cuma butuh waktu 21 menit untuk mengisi baterainya dari kosong hingga penuh, atau 45 menit jika menggunakan wireless charger.

Angka ini rupanya bisa digenjot lagi menjadi 15 menit untuk wired dan 28 menit untuk wireless menggunakan fitur Boost Mode. Entah apa yang membedakan mode ini dari mode default. Tebakan saya, perangkat mungkin harus dibiarkan menganggur apabila hendak mengisi ulang menggunakan Boost Mode.

Juga baru pada Mi Mix 4 adalah teknologi Ultra Wide Band (UWB). Berkat teknologi ini, Mi Mix 4 pada dasarnya bisa disambungkan ke berbagai perangkat IoT Xiaomi yang kompatibel hanya dengan mengarahkannya seperti sebuah remote TV. UWB juga memungkinkan pengenalan lokasi yang amat presisi.

Semua itu Xiaomi bungkus dalam kemasan unibody berbahan keramik. Proses pembuatannya telah disempurnakan demi menghasilkan finish yang lebih mewah lagi, sekaligus memangkas bobotnya sampai sekitar 30%. Mi Mix 4 tercatat memiliki berat 225 gram, sedangkan ketebalannya berada di angka 8 mm.

Harga dan ketersediaan

Xiaomi Mi Mix ditawarkan dalam empat konfigurasi RAM dan storage: 8 GB/128 GB, 8 GB/256 GB, 12 GB/256 GB, dan 12 GB/512 GB. Di pasar Tiongkok, masing-masing varian dijual dengan harga 4.999 yuan, 5.299 yuan, 5.799 yuan, dan 6.299 yuan.

Pemasarannya di sana dijadwalkan berlangsung mulai 16 Agustus, tapi sejauh ini belum ada informasi apakah Xiaomi juga berniat memboyongnya ke Indonesia. Untuk pilihan warnanya, Xiaomi memberikan tiga opsi, yaitu Ceramic Gray, Ceramic White, dan Ceramic Black.

Sumber: Xiaomi.

Samsung Galaxy Watch4 dan Watch4 Classic Datang Membawa OS Baru, Prosesor Baru, dan Sensor baru

Bersamaan dengan peluncuran Samsung Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3, Samsung turut memperkenalkan dua smartwatch terbaru mereka, yakni Galaxy Watch4 dan Galaxy Watch4 Classic. Lewat kedua perangkat ini, Samsung pada dasarnya ingin memulai babak baru di segmen smartwatch.

Untuk mewujudkannya, Samsung tak lagi menggunakan Tizen sebagai sistem operasi smartwatch-nya. Sebagai gantinya, Samsung dan Google telah melebur Tizen dengan Wear OS. Samsung menamai hasil kolaborasinya ini “Wear OS Powered by Samsung”, sedangkan Google memilih menggunakan nama Wear OS 3. Apapun itu, yang pasti Tizen sudah tinggal kenangan.

Samsung menjanjikan peningkatan dari segi kinerja maupun efisiensi berkat penggunaan sistem operasi baru ini. Namun yang lebih penting mungkin adalah aspek kompatibilitas. Berkat Wear OS, duo Galaxy Watch4 ini pada dasarnya bisa mengakses berbagai aplikasi atau layanan Google yang tidak tersedia pada pendahulunya, contohnya Google Maps.

Spesifikasi dan fitur Samsung Galaxy Watch4 dan Galaxy Watch4 Classic

Beralih ke hardware, satu perbedaan terbesar antara Watch4 dan Watch4 Classic terletak pada bezel-nya. Watch4 mengemas bezel standar yang bisa mengenali sentuhan, sedangkan Watch4 Classic mengusung bezel berputar yang sudah menjadi ciri khas smartwatch Samsung selama ini.

Bahan yang digunakan untuk membuat case masing-masing juga berbeda; aluminium untuk Watch4, stainless steel untuk Watch4 Classic. Otomatis, bobot Watch4 jelas lebih ringan ketimbang Watch4 Classic. Tingkat ketebalan keduanya juga berbeda; Watch4 dengan ketebalan 9,8 mm, sedangkan Watch4 Classic dengan 11 mm. Semuanya tahan air hingga kedalaman 50 meter dan dengan sertifikasi IP68.

Watch4 hadir dalam ukuran 44 mm atau 40 mm, sedangkan Watch4 Classic dalam ukuran 46 mm atau 42 mm. Pada varian besarnya, baik Watch4 maupun Watch4 Classic sama-sama mengandalkan layar sentuh Super AMOLED 1,4 inci dengan resolusi 450 x 450 pixel. Untuk varian kecilnya, keduanya menggunakan panel Super AMOLED 1,2 inci beresolusi 396 x 396 pixel.

Mengotaki kedua smartwatch ini adalah prosesor dual-core Exynos W920 yang dibuat dengan proses pabrikasi 5 nm. Dibanding generasi sebelumnya, prosesor ini menjanjikan kinerja CPU 20% lebih cepat dan kinerja GPU 10 kali lebih gegas. Samsung tidak lupa meningkatkan kapasitas RAM-nya menjadi 1,5 GB, dan perangkat turut dibekali storage internal sebesar 16 GB. GPS maupun NFC juga tersedia sebagai fitur standar.

Terkait fitur-fitur kesehatannya, Watch4 dan Watch4 Classic hadir membawa BioActive Sensor, sensor generasi baru yang pada dasarnya mencakup tiga sensor yang berbeda: Optical Heart Rate, Electrical Heart Rate, dan Bioelectrical Impedance Analysis, sehingga perangkat dapat memonitor tekanan darah, mendeteksi fibrilasi atrium, sekaligus kadar oksigen dalam darah.

Juga baru adalah kemampuan untuk mengalkulasikan komposisi tubuh dengan mengukur parameter-parameter seperti otot rangka, laju metabolisme basal, kadar air maupun kadar lemak dalam tubuh. Semua data tersebut dapat direkam dengan cara menempelkan dua jari ke dua tombol di sisi kanan smartwatch selama 15 detik.

Semua itu tanpa memberikan pengaruh negatif terhadap daya tahan baterai perangkat. Berkat kinerja prosesor yang lebih efisien, Samsung berani mengklaim daya tahan hingga 40 jam per charge. Fitur fast charging pun turut didukung; pengisian selama 30 menit sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama 10 jam.

Harga dan ketersediaan

Di pasar tanah air, Samsung saat ini sudah membuka gerbang pre-order Galaxy Watch4 beserta Galaxy Watch4 Classic. Keduanya bakal hadir dalam varian Bluetooth-only dan LTE. Untuk Watch4, Samsung mematok harga mulai Rp2.999.000, sementara Watch4 Classic dijual dengan harga mulai Rp4.499.000.

Samsung menawarkan empat pilihan warna untuk Galaxy Watch4, yakni Black, Green, Silver, dan Pink Gold. Untuk Watch4 Classic, opsi warna yang tersedia hanya Black atau Silver. Alternatifnya, Samsung juga akan menghadirkan Galaxy Watch4 Classic Thom Browne Limited Edition yang berlapis rhodium pada akhir bulan September.

Sumber: Samsung.

Samsung Singkap Galaxy Z Fold3, Z Flip3, dan Galaxy Buds2, Semuanya Lebih Murah dari Pendahulunya

Setelah cukup lama dinantikan, Samsung akhirnya resmi memperkenalkan dua ponsel foldable terbarunya, yakni Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3. Keduanya menghadirkan beragam penyempurnaan dalam harga yang lebih terjangkau.

Yang paling utama adalah dari segi ketahanan fisik. Baik Z Fold3 maupun Z Flip3 sama-sama mengemas bodi tahan air dengan sertifikasi IPX8, sanggup bertahan di kedalaman 1,5 meter sampai selama 30 menit. Rangka aluminiumnya juga diklaim lebih kokoh ketimbang yang digunakan sebelumnya.

Samsung juga telah melengkapi kedua smartphone ini dengan lapisan film pelindung baru berbahan PET (polyethylene terephthalate) yang dapat meregang dan panel layar utama yang lebih optimal sehingga menciptakan layar yang 80% lebih tahan lama dibanding pendahulunya.

Spesifikasi Samsung Galaxy Z Fold3

Kalau dilihat sepintas, penampilan Z Fold3 memang tidak kelihatan terlalu berbeda dibanding Z Fold2. Meski begitu, dimensi Z Fold3 sedikit lebih ringkas ketimbang pendahulunya, dengan ketebalan 16 mm dalam posisi terlipat, atau 6,4 mm dalam posisi terbuka, serta bobot 271 gram.

Ukuran layar AMOLED di sisi luarnya masih sama, yakni 6,2 inci, demikian pula resolusinya yang cuma naik sedikit menjadi 2268 x 832 pixel. Bedanya, layar luar milik Z Fold3 ini sudah mengandalkan refresh rate 120 Hz.

Layar utamanya di bagian dalam juga sama, masih menggunakan panel AMOLED 7,6 inci dengan resolusi 2208 x 1768 pixel dan refresh rate 120 Hz. Yang berbeda, Anda tidak akan menemukan lubang kamera di layar utama Z Fold3 ini, sebab kameranya sudah disembunyikan di balik layarnya. Ini memang bukan teknologi baru, tapi pertama kalinya ada di smartphone Samsung.

Untuk pertama kalinya juga, Samsung menghadirkan dukungan S Pen pada ponsel foldable-nya. Perlu dicatat, yang bisa dicorat-coret hanyalah layar utama Z Fold3, dan pengguna wajib menggunakan varian spesifik S Pen Fold Edition atau S Pen Pro yang dijual terpisah, tidak boleh sembarang S Pen.

Perkara dapur pacu, Z Fold3 merupakan ponsel flagship tulen. Ia ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 888, RAM 12 GB, pilihan penyimpanan internal 256 GB atau 512 GB, dan baterai 4.400 mAh. Tiga kamera belakangnya mempunyai konfigurasi sebagai berikut: kamera utama 12 megapixel dengan OIS dan Dual Pixel AF, kamera ultra-wide 12 megapixel, dan kamera telephoto 12 megapixel dengan 2x optical zoom yang juga dilengkapi OIS.

Untuk kamera depannya, ada kamera 10 megapixel di layar bagian luar, dan kamera 4 megapixel di balik layar utamanya. Idealnya, kamera di layar utamanya ini dipakai untuk video call saja, sedangkan kalau butuh selfie sebaiknya menggunakan kamera di layar luarnya.

Spesifikasi Samsung Galaxy Z Flip3

Sebelum membahas lebih jauh, sebagian dari Anda mungkin bakal bertanya dalam hati, “Di mana Z Flip2?” Entahlah. Mungkin Samsung bermaksud memudahkan kita semua dengan menyamakan penamaan kedua ponsel foldable-nya, tapi di sisi lain Z Flip3 memang mempunyai cukup banyak kesamaan dengan Z Fold3, terutama dari segi spesifikasi.

Seperti halnya Z Fold3, Z Flip3 turut dibekali chipset Snapdragon 888, naik level cukup jauh dibanding Z Flip generasi pertama yang cuma mengemas Snapdragon 855+. Prosesor tersebut ditemani RAM 8 GB dan pilihan storage internal 128 GB atau 256 GB. Sayang kapasitas baterainya tidak berubah; masih 3.300 mAh, padahal bodinya justru sedikit lebih tebal daripada sebelumnya; 15,9 mm saat terlipat, 6,9 mm saat terbuka.

Pembaruan yang paling menarik bisa ditemukan di layarnya, terutama layar berada di sisi luar. Ukurannya jauh membesar dari cuma 1,1 inci menjadi 1,9 inci, dengan resolusi di angka 260 x 512 pixel. Berhubung lebih besar, layar luarnya ini dapat dijadikan viewfinder selagi mengambil selfie menggunakan kamera di sampingnya (yang secara teknis merupakan kamera belakang milik Z Flip3).

Beralih ke layar utamanya, ukuran dan resolusinya memang tidak berubah — AMOLED 6,7 inci, 2640 x 1080 pixel — akan tetapi refresh rate-nya sudah dilipatgandakan menjadi 120 Hz. Tidak seperti Z Fold3, layar utama Z Flip3 rupanya masih mengemas lubang kamera tradisional.

Lubang tersebut dihuni oleh kamera 10 megapixel, sedangkan dua kamera belakangnya adalah kamera utama 12 megapixel dengan OIS dan Dual Pixel AF, serta kamera ultra-wide 12 megapixel. Selfie menggunakan Z Flip3 bakal lebih ideal dilakukan dalam posisi perangkat sedang tertutup (menggunakan kamera utama dan layar luarnya tadi).

Samsung Galaxy Buds2

Dalam kesempatan yang sama, Samsung turut menyingkap TWS baru bernama Galaxy Buds2. Desainnya cukup mirip seperti Galaxy Buds Pro, akan tetapi ukurannya lebih ringkas, dengan bobot masing-masing cuma 5 gram. Juga mirip adalah konfigurasi dual driver yang melibatkan sebuah woofer dan tweeter di tiap earpiece.

Kalau dibandingkan dengan pendahulunya, daya tarik utama Galaxy Buds2 adalah fitur ANC alias active noise cancellation, yang diklaim mampu meredam suara di sekitar hingga 98%. Mode ambient untuk mengamplifikasi suara di sekitar pun juga tersedia, dan pengguna bisa mengaktifkannya dalam tiga level amplifikasi yang berbeda.

Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa bertahan sampai 5 jam dengan ANC, atau sampai 7,5 jam tanpa ANC. Charging case-nya mampu mengisi ulang perangkat sebanyak empat kali, memberikan total daya tahan baterai hingga 20 jam dengan ANC, atau 29 jam tanpa ANC.

Harga dan ketersediaan

Seperti yang saya bilang di awal, seluruh pembaruan ini justru malah bisa didapatkan dalam harga yang lebih terjangkau daripada sebelumnya. Galaxy Z Fold3 bakal dijual dengan banderol mulai Rp24.999.000, sedangkan Z Flip3 mulai Rp14.999.000. Pre-order kedua perangkat ini sudah bisa dilakukan dari 11-29 Agustus 2021.

Untuk varian warnanya, Z Fold3 bakal hadir dalam tiga opsi (Phantom Black, Phantom Green, Phantom Silver), sedangkan Z Flip3 dalam tujuh opsi yang berbeda (Cream, Green, Lavender, Phantom Black, Gray, White, Pink). Seperti sebelumnya, Samsung juga bakal menjual edisi khusus Thom Browne dalam jumlah terbatas.

Untuk Galaxy Buds2, Samsung menetapkan banderol Rp1.799.000, lagi-lagi lebih murah daripada generasi sebelumnya meskipun lebih baru. Pilihan warna yang tersedia ada empat, yakni Olive, Lavender, White, dan Graphite.