Category Archives: Tips & Trik

Tips – Trik dan tutorial aplikasi Android, Windows Phone dan iOS juga tutorial layanan internet lainnya

tips-memotret-menggunakan-lensa-manual-1

Tips Memotret Menggunakan Lensa Manual

Sistem autofocus di kamera mirrorless generasi terbaru bisa dibilang sangat canggih, tak hanya sekedar cepat tetapi juga akurat dan konsisten dapat diandalkan bahkan untuk keperluan video. Tak diragukan lagi, fitur ini sangat membantu pekerjaan memotret selesai dengan lebih cepat.

Saking praktisnya, di satu titik terus menerus mengandalkan autofocus membuat saya jadi tak sabaran saat memotret. Akhirnya saya memutuskan untuk memisahkan pekerjaan dan membuat personal project, di mana saya bisa mengeksplorasi fotografi sekaligus menikmatinya, salah satunya menggunakan lensa manual dan pakai jendela bidik.

7Artisans 35mm F1.2 menjadi pilihan saya, karena ukurannya ringkas dan harganya juga terjangkau, bersanding dengan Sony A6400. Memotret dengan santai tanpa terburu, atur komposisi dan fokus, lalu tunggu momen dan jepret. Lantas apa saja yang perlu dipersiapkan? Berikut beberapa tips memotret menggunakan lensa manual.

1. Focus Peaking

Mengandalkan layar atau jendela bidik saja, kadang tidak cukup. Untuk membantu kita meraih fokus dengan tepat, kita perlu mengaktifkan fitur focus peaking di pengaturan kamera. Jadi, kita bisa melihat bagian mana yang tajam.

Kebanyakan kamera yang dirilis lima tahun terakhir harusnya sudah dilengkapi fitur ini. Di Sony A6400, level focus peaking-nya bisa dipilih antara tinggi, sedang, dan rendah. Serta ada empat warna, yaitu red, yellow, blue, dan white.

2. Focus Magnifier

Focus peaking memang sangat membantu untuk melihat area mana yang fokus, namun kadang kurang akurat apalagi bila menggunakan aperture besar. Focus magnifier ialah fitur untuk memastikan objek utama yang kita bidik benar-benar tajam.

Fitur yang satu ini bakal sering kita gunakan bila menggunakan lensa manual, oleh karena itu sematkan sebagai shortcut. Di Sony A6400, saya mengaturnya di tombol C1 karena lokasinya dekat dengan tombol shutter dan mudah dijangkau.

Biasanya saya akan merangkai komposisi dulu, setelah itu saya menekan tombol C1 untuk menggunakan focus magnifier dan arahkan ke objek utama. Kemudian tekan tombol di tengah navigasi untuk memperbesar 5.9x, putar cincin fokus dan lepaskan tembakan.

3. Ambil Jangan Sekali

Saat menjalankan project ini, fokus saya bukanlah untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Namun lebih ke bagaimana menikmati prosesnya, kamera pun sudah saya atur sedemikian rupa agar bisa fokus mengabadikan momen.

Menurut saya ada dua tantangan utama saat menggunakan lensa manual. Pertama saat menggunakan aperture besar, misalnya F1.2 yang mana depth of field-nya sangat dangkal. Lalu yang kedua, memotret dengan elemen subjek bergerak.

Untuk mengatasinya, jangan melepaskan tembakan hanya sekali, melainkan dua sampai tiga kali bila menggunakan single shooting. Bila perlu gunakan continuous shooting yang rendah, karena tak perlu banyak-banyak nanti bakal repot memilih hasilnya.

Berikut beberapa foto yang diambil menggunakan lensa 7Artisans 35mm F1.2:

Verdict

Memotret dengan lensa manual fokus membuat saya sadar, bahwa betapa premiumnya fitur autofocus. Saat bekerja, jelas dengan senang hati saya menggunakan fitur autofocus karena cepat dan sangat praktis.

Di sisi lain, memotret membantu saya lebih fokus melihat keadaan sekiling, sensasi ini sangat saya nikmati saat hunting. Dengan menggunakan lensa manual, bersusah payah mendapatkan fokus dan mengotak-atik pengaturan sendiri, saya berharap bisa menciptakan karya foto yang lebih berkesan.

ON1-Photo-RAW-for-Mobile-5

[Bahas Aplikasi] ON1 Photo RAW for Mobile, Alternatif Lightroom Mobile

Konsisten memotret, itu yang saya coba lakukan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan dalam kondisi pendemi covid-19, pembatasan ruang gerak tidak mengurangi antusiasme saya dalam fotografi. Maksud saya meski di rumah saja pun ada jenis fotografi yang bisa kita coba seperti still life, food photography, macro, dan lainnya.

Untuk personal project saya lebih banyak mengedit foto lewat smartphone daripada di laptop, karena kesempatannya lebih banyak. Terima kasih untuk Adobe, Lightroom Mobile menurut saya hampir sama powerful-nya dengan versi desktop dan Adobe juga rajin merilis pembaruan disertai fitur-fitur baru.

Baru-baru ini saya menemukan ON1 Photo RAW for Mobile. Seperti namanya aplikasi tersebut memungkinkan kita mengedit foto Raw di smartphone dan kabar baiknya ini gratis sehingga mungkin bisa menjadi alternatif Lightroom Mobile.

Hands-on Aplikasi ON1 Photo RAW for Mobile

ON1 Photo RAW sendiri merupakan salah satu software editing foto profesional, maka wajar bila saya berekspektasi cukup tinggi terhadap versi mobile-nya. Aplikasi ini masih cukup baru, dirilis pada tanggal 25 Juni dan pembaruan terakhir saat tulisan ini dibuat pada tanggal 17 September.

Setelah memasang ON1 Photo RAW for Mobile, kita harus sign in menggunakan akun ON1 atau daftar bila belum memiliki akun ON1. Saat pertama kali mencobanya, saya menyiapkan file Raw hasil tangkapan Sony A6400 dan Fujifilm X100F dan ON1 Photo RAW for Mobile mendukungnya tanpa perlu berlangganan.

Antarmuka aplikasi ini tampil sederhana, kita harus import terlebih dahulu file foto yang ingin diedit. Setelah itu pilih satu foto dan tekan tombol edit, hampir semua pengaturan dasar pengeditan foto tersedia. Ada delapan menu utama yang tersedia, mulai dari crop, tone, color, AI, details, FX, brush, dan reset.

Di dalam menu tone ini kita bisa menyesuaikan exposure, contrast, highlight, midtone, shadow, white, black, structure, dan haze. Sedangkan di menu color ada temperature, tint, saturation, vibrance, hightlight, dan shadow. Lalu, pada menu detail ada sharpening dan noise reduction.

Kemudian ada fitur AI Auto yang mana hanya membutuhkan satu sentuhan dan sistem dibantu AI akan memberikan pengaturan yang paling sesuai. Bagi yang suka dengan preset atau filter, bisa menggunakan fitur FX. Selain itu, ON1 Photo RAW for Mobile juga menyediakan fitur aplikasi kamera dengan mode manual. Di mana kita bisa menyesuaikan mulai dari exposure value, shutter speed, ISO, manual fokus, dan white balance.

Fitur Premium ON1 Photo RAW for Mobile

Seperti Lightroom Mobile, ON1 Photo RAW for Mobile juga mengunci beberapa fitur premiumnya. Untuk membuka aksesnya kita perlu berlangganan dengan biaya per bulan US$7.99 atau sekitar Rp110 ribuan. Sayangnya, proses pembayarannya belum terintegrasi dengan sistem Play Store.

Saat ini, ada tiga fitur premium yaitu local adjustment, selectively apply effect, dan sync across device. Local adjustment memungkinkan kita mengedit sebagian area foto tanpa berdampak secara keseluruhan, dengan menggunakan bantuan adjustment brush atau masking bug shapes. Semua foto yang diedit juga akan diunggah ke cloud storage dengan kapasitas 100GB dan bisa meneruskan pengeditan yang dimulai dari smartphone di ON1 Photo RAW versi dekstop.

Verdict

Dengan fitur-fitur gratisnya, menurut saya ON1 Photo RAW for Mobile sudah mencukupi untuk pengeditan secara umum. Lagi pula, untuk pengeditan yang lebih serius saya akan beralih menggunakan laptop.

Karena aplikasi ini masih relatif baru, fitur dan kestabilannya juga masih perlu ditingkatkan. Saya akan terus mengamati perkembangannya lewat pembaruan di masa mendatang. Untuk fitur berlangganan saya belum dapat merekomendasikannya kecuali memang Anda pengguna ON1 Photo RAW versi desktop, harganya masih relatif mahal, dan juga belum terintegrasi dengan sistem Google Play Store.

Waze-3

Fitur Baru Waze, Memudahkan Membuat dan Menyimpan Rencana Perjalanan

Saat ini pandemi masih belum berakhir, tetapi agar ekonomi tetap jalan banyak yang mau tidak mau harus mulai bergerak. Contohnya para traveler, yang pasti perjalanan di era new normal akan sangat berbeda dibanding sebelum pandemi.

Tentu saja, sebelum melakukan perjalanan kita harus menyusun perencanaan dan melakukan persiapan yang matang. Tak lupa bawa perlengkapan untuk mengikuti protokol kesehatan.

Untuk merencanakan perjalanan, kita juga bisa mengandalkan aplikasi Waze. Di mana fitur terbarunya memungkinkan kita mengatur rencanan perjalanan di browser menggunakan fitur Live Map dan kemudian kita bisa menyimpannya ke aplikasi Waze di smartphone.

Kita juga menetapkan waktu kedatangan yang diinginkan dan Waze akan memberi notifikasi kapan kita harus meninggalkan rumah agar tiba di tujuan tepat waktu. Berkat data lalu lintas real-time, bila kemungkinan macet atau ada gangguan lainnya, Waze juga akan memberi tahu agar kita bisa berangkat lebih awal.

Karena kita sudah menyiapkan rencana perjalanan yang telah dibuat di browser, kita tidak perlu lagi mengisi lokasi awal dan tujuan setiap hendak pergi. Fitur baru ini tersedia untuk pembaruan terbaru Waze di platform Android dan iOS.

Sumber: Engadget

peralatan-yang-perlu-dipersiapkan-saat-memulai-bisnis-fotografi

5 Peralatan yang Perlu Dipersiapkan Saat Memulai Bisnis Fotografi

Memotret adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Setelah memiliki kamera digital untuk pertama kalinya, saya pun mulai aktif mengikuti berbagai workshop dan komunitas fotografi.

Bagi para penggemar fotografi seperti saya, menjadi fotografer profesional merupakan sebuah impian yang menurut saya sangat mungkin untuk dicapai. Sebab, potensi karir dan peluang bisnis dalam fotografi sangatlah luas.

Meski bisnis fotografi juga terpukul akibat pandemi covid-19, namun kita harus optimis bahwa badai pasti berlalu. Saat ini, kita bisa mematangkan persiapan dan giat menyerap ilmu. Ada banyak sekali workshop dan webinar fotografi yang bisa diikuti.

Lalu, peralatan esensial apa saja yang dibutuhkan untuk membuka bisnis fotografi?

1. Dua Kamera

Kamera

Saya mulai dari memilih setidaknya dua kamera, kenapa harus dua? Selain tentunya sebagai backup, kamera kedua bisa digunakan oleh penembak kedua atau menggunakan dua kamera langsung dengan dua lensa yang berbeda.

Untuk kebutuhan foto, kamera dengan sensor full frame memiliki banyak keunggulan dibanding APS-C terutama di kondisi pencahayaan rendah. Namun, kamera APS-C juga mampu menghasilkan foto yang berkualitas.

Skenario rekomendasi dari saya untuk Sony, kita bisa mengandalkan kamera utama dengan Sony A7 III atau A7 II juga masih sangat baik untuk foto meski fitur videonya sangat minim. Lalu, untuk kamera sekunder bisa memilih Sony A6xx series.

Dari Canon, kita juga bisa menggunakan konfigurasi full frame dan APS-C. Misalnya untuk kamera utama bisa mengandalkan Canon EOS R atau EOS RP, kemudian untuk APS-C bisa menggunakan EOS M50 atau EOS M6 Mark II.

Untuk Fujifilm, kita akan sepenuhnya mengandalkan kamera APS-C. Kombinasi yang pas menurut saya ialah Fujifilm X-T4 atau X-T3 sebagai kamera utama, kemudian X-T30/X-T20 sebagai kamera sekunder.

2. Lensa

Lensa

Lensa turut andil besar terhadap kualitas foto yang kita hasilkan, oleh karena itu memilih lensa yang tepat menjadi sangat penting dan pastikan mencakup focal length lebar hingga tele. Saya akan mulai dari tiga opsi lensa, yaitu dua lensa fix/prime dan satu lensa zoom.

Kenapa lensa fix? Karena memiliki aperture besar yang berguna untuk mengambil beauty shoot dan bisa diandalkan di kondisi pencahayaan rendah. Juga harganya lebih terjangkau, hasilnya tajam, dan ukurannya lebih compact.

Kita akan ambil satu lensa fix wide angle yang ekuivalen 35mm atau yang lebih lebar seperti 28mm, 24mm, dan seterusnya. Lalu, satu lensa fix tele menengah seperti 50mm, 85mm, atau 105mm. Pilih sesuai kebutuhan dan yang Anda suka.

Kemudian satu lensa zoom berkualitas dan kalau bisa yang memiliki aperture konstan f2.8. Harus diakui, harganya terbilang mahal bahkan bisa dapat satu bodi kamera lagi. Rentang zoom-nya sesuaikan kebutuhan, apakah butuh yang wide angle seperti 18-35mm atau yang mencakup lebih banyak seperti 24-105mm, hingga tele 70-200mm.

3. Laptop

Laptop

Sebelum lanjut saya ingin bertanya, apakah ada kebutuhan mengedit video dan seberapa tinggi mobilitas Anda? Ada dua model laptop yang bisa kita pilih yaitu antara laptop gaming yang menawarkan performa tinggi atau laptop mainstream premium yang menawarkan portabilitas dengan performa yang cukup saja.

Untuk kenyamanan dan efisiensi kerja jangka panjang, saya merekomendasikan laptop gaming 15,6 inci ditambah investasi monitor eksternal. Pastikan Anda membeli laptop dengan prosesor terbaru, berarti antara 10th Gen Intel Core H-Series dan AMD Ryzen 4000 H-Series. Ditambah penyimpanan berbasis SSD dan RAN 16GB dengan konfigurasi dual-channel.

Namun lain ceritanya kalau Anda mementingkan portabilitas, ada banyak pilihan laptop ultra thin yang menyuguhkan performa cukup tinggi. Namun biasanya, prosesor yang digunakan ialah versi hemat daya atau biasanya U-Series (ultra-low power).

4. Memori

sd-card
Foto Depositphotos.com (https://depositphotos.com/stock-photos/sd-card.html?filter=all&sorting=best_sales&qview=186738092)

Saat memilih SD card, kualitas juga harus diutamakan dari kecepatan baca tulisnya, kapasitas, dan juga merek. Karena tugasnya penting, yaitu menyimpan project foto dan video yang sedang berjalan. Untuk project foto, kapasitas 32GB masih cukup ideal tapi bila mengambil video juga maka harus 64GB atau 128GB. Pastikan kecepatannya minimal 95MBps atau bila merekam video 1080p dan 4K sudah mendukung video class 30 (V30).

Pekerjaan Anda, hasil foto dan video merupakan aset yang sangat berharga. Maka dari itu, manajemen dan solusi penyimpanan harus dipikirkan matang-matang untuk backup dan arsip. Strategi backup yang populer salah satunya 3-2-1, artinya saat menangani project yang berjalan kita harus punya tiga salinan. Dua bersifat offline, misalnya di hardisk laptop dan satu di harkdisk eksternal, serta satu di cloud storage.

5. Aksesori Lainnya

Foto Depositphotos.com (https://depositphotos.com/stock-photos/tripod.html?sorting=best_sales&qview=9364565)
Foto Depositphotos.com (https://depositphotos.com/stock-photos/tripod.html?sorting=best_sales&qview=9364565)

Aksesori pendukung lainnya berikut bisa disesuiakan dengan kebutuhan, seperti tripod yang juga banyak jenisnya. Misalnya tripod travel tentu berbeda dengan tripod video, juga yang harus diperhatikan ialah bahannya yaitu aluminium atau carbon fiber.

Selanjutnya flash eksternal atau Speedlight dengan flash trigger bila perlu. Terkait pemeliharaan dan keamanan kamera, tentunya kita harus menyimpan di tempat yang aman yaitu drybox, cleaning kit, strap, dan juga tas kamera.

Verdict

Kalau ditotal semuanya, modal untuk peralatan fotografi ini memang cukup besar. Namun kita tidak harus membeli semuanya dalam satu waktu, kita bisa mulai dengan sepasang kamera dan lensa. Kemudian sambil membangun portofolio, kita melengkapi alat-alat yang dibutuhkan.

tips-memilih-laptop-untuk-editing-video-1

Tips Memilih Laptop untuk Editing Video dengan Budget Rp10-20 Juta

Memilih laptop untuk mengedit video bukan perkara yang enteng. Sebab kalau sampai salah beli, bisa mengganggu pekerjaan yang sedang berjalan. Lantas faktor apa saja yang perlu diperhatikan?

Satu hal yang pasti, karena aktivitas editing video tergolong tugas yang berat, tentunya kita membutuhkan spesifikasi yang cukup tinggi. Namun bagaimana bila budget-nya terbatas, misalnya pada skenario ini sekitar Rp10 juta sampai paling mentok Rp20 juta.

Langsung saja, berikut rekomendasi dan tips memilih laptop untuk mengedit video.

Laptop Gaming Vs. Mainstream

Belakangan ini, banyak sekali laptop mainstream premium atau ultra thin dengan bodi ringkas, tipis, dan ringan tetapi cukup powerful dikisaran harga Rp10-20 juta. Contohnya ASUS ZenBook 14 UM425IA, Lenovo Yoga Slim 7, HP Envy x360 13, Huawei MateBook D14, dan banyak lagi.

Meski begitu, saya harus menekankan bahwa laptop ultra thin kurang cocok untuk mengedit video. Maksud saya tetap bisa digunakan untuk edit video, tapi kurang nyaman dan tidak akan optimal. Kenapa?

Sebab prosesor yang digunakan versi hemat daya atau biasanya U series (ultra-low power). Sementara laptop gaming meski bodinya relatif besar dan tebal, tetapi menggunakan prosesor H series atau high performance. Selain itu, laptop gaming juga memiliki sistem pendingin yang lebih baik sehingga lebih tangguh saat diajak kerja berat.

Intel Vs. AMD

Selanjutnya pertanyaan yang sering terlontar saat hendak membeli laptop ialah lebih baik mana laptop dengan prosesor Intel atau AMD. Soal performa, bisa dibilang prosesor AMD bisa bersaing dengan Intel. Saat ini, prosesor Intel Core memang masih mendominasi, namun penggunaan prosesor AMD Ryzen juga meningkatkan pesat.

Nah yang lebih penting adalah pastikan Anda membeli laptop dengan prosesor terbaru, berarti antara 10th Gen Intel Core H-Series dan AMD Ryzen 4000 H-Series. Karena dibanding generasi sebelumnya, perbedaan performanya cukup signifikan.

Bila budget-nya benar-benar terbatas, Intel Core i5 dan AMD Ryzen 5 masih cukup baik menangani aktivitas editing video. Namun untuk kenyamanan dan efisiensi kerja jangka panjang, sebaiknya langsung hajar Intel Core i7 dan AMD Ryzen 7.

Adapun soal GPU, direntang harga Rp10-20 juta biasanya tidak jauh-jauh dari NVIDIA GeForce GTX 1650Ti. Lebih tinggi dari ini lebih bagus, tapi biasanya harganya juga lebih mahal. Pastikan juga penyimpanan yang digunakan berbasis SSD, serta untuk ukuran RAM saya menemukan peralihan standar dari 8GB menjadi 16GB dan agar maksimal pastikan konfigurasinya dual-channel.

Layar Vs. Monitor

Kebutuhan gamer dan video content creator berbeda, laptop gaming dirancang untuk bermain game dan lebih mengutamakan panel dengan refresh rate tinggi. Sementara, yang dibutuhkan oleh video content creator ialah akurasi warnanya yang tinggi.

Solusinya bila produksi konten video Anda cukup serius, maka bisa investasi dengan membeli monitor eksternal. Kriteria monitor yang ideal ialah ukurannya 27 inci, sudut pandang luas, kedalaman warna 10-bit, serta memiliki rasio kontras asli dan rasio kontras dinamis yang baik.

Rekomendasi Laptop

Persaingan laptop gaming tahun ini bisa dibilang sangat ketat, beberapa produsen laptop langsung merilis produk mereka dengan versi Intel dan juga AMD. Biasanya, laptop dengan prosesor AMD harganya relatif lebih terjangkau. Berikut daftar rekomendasinya:

  • ASUS ROG Strix G15
  • ASUS TUF Gaming A15 FX506UI
  • Lenovo Legion 5/5i
  • Lenovo IdeaPad Gaming 3/3i
  • HP Pavilion Gaming 15
  • Dan lain sebagainya
cara-menjadikan-kamera-mirrorless-sony-sebagai-webcam

Cara Menjadikan Kamera Mirrorless Sony Sebagai Webcam

Hampir semua merek kamera, terutama untuk beberapa model terbaru, kini bisa dijadikan sebagai webcam. Sejak pandemi covid-19 dan sekarang menuju era new normal, kebutuhan webcam untuk aktivitas video conference, webinar, dan komunikasi berbasis video lainnya terbilang tinggi.

Canon menjadi produsen kamera pertama yang memungkinkan mengubah beberapa kamera DSLR dan mirrorless tertentu menjadi webcam. Kemudian disusul Fujifilm, Panasonic, Olympus, dan sekarang Sony.

cara-menjadikan-kamera-mirrorless-sony-sebagai-webcam-1

Meski agak terlambat dibandingkan para kompetitornya tapi dalam peluncuran perdananya, daftar kamera yang didukung mencapai 35 model. Untuk kamera mirrorless full frame Sony di antaranya A9 II, A9, A7R IV, A7R III, A7R II, A7S III, A7S II, A7S, A7 III, dan A7 II.

Sementara untuk pengguna Sony APS-C ada A5100, A6100, A6300, A6400, A6500, dan A6600. Lalu untuk kamera compact, ada RX100 VII, RX100 VI, RX100 V, RX100 IV, RX10 IV, RX0 II, RX0, ZV-1 dan lainnya.

Hal yang cukup menarik ialah kamera entry-level A5100 masih masuk dalam daftar. Sayangnya, A6000 yang menurut saya lebih populer dibanding A5100 justru malah tidak didukung oleh Sony. Semoga saja, kedepannya Sony menambahkan A6000 agar bisa digunakan sebagai webcam.

Imaging Edge Webcam

Aplikasi desktop yang Sony luncurkan bernama Imaging Edge Webcam yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan live streaming, video conference, dan lainnya dengan satu langkah mudah. Sambil memanfaatkan kecanggihan teknologi gambar dari kamera Sony, seperti autofocus dan kualitas gambar yang tinggi.

Kami akan terus beradaptasi dan berevolusi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pendapat mereka sangatlah penting untuk semua hal yang kami kembangkan di industri ini. Mengingat semakin bertambahnya permintaan untuk live streaming dan komunikasi video, kami pun amat senang dapat membagikan aplikasi terbaru kami,” ujar Kazuteru Makiyama, Presiden Direktur Sony Indonesia.

Dengan demikian, akan ada banyak pelanggan loyal Sony yang dapat dengan cepat dan mudah mengubah kamera mereka menjadi sebuah webcam berefektivitas tinggi untuk live streaming, video call, dan banyak lagi,” tambahnya.

Lalu, bagaimana caranya untuk memungkinkan mengubah kamera digital Sony menjadi webcam? Langkah pertama download aplikasi desktop Imaging Edge Webcam di tautan ini dan pilih tipe kamera yang Anda punya. Kemudian install ke desktop PC atau laptop berbasis Windows 10 Anda.

Dalam tutorial kali ini, saya menggunakan Sony ZV-1 dan sebelum kita menghubungkan kamera ke laptop, kita harus menonaktifkan fitur Ctrl w/ Smartphone dan mengaktifkan Remote PC Function. Caranya tekan tombol ‘menu’ pada kamera untuk menuju pengaturan, lalu geser ke tab network, pilih Ctrl w/ Smartphone dan atur menjadi off.

cara-menjadikan-kamera-mirrorless-sony-sebagai-webcam-2 cara-menjadikan-kamera-mirrorless-sony-sebagai-webcam-3

Selanjutnya, masih pada tab network pilih PC Remote Function dan atur menjadi on. Sekarang sambungkan kamera ke laptop lewat koneksi USB, bisa menggunakan kabel data microUSB bawaan menggunakan port multi pada kamera.

Untuk memastikannya bekerja, misalnya saya membuka aplikasi Zoom versi desktop. Lalu, pergi ke pengaturan, pilih video, dan ubah kamera menjadi Sony Camera (Imaging Edge).

Pada Sony ZV-1 ini kita bebas mengatur mode kamera, baik itu manual atau pun mode auto. Fitur andalan Sony ZV-1 seperti Background Defocus dan Product Showcase juga bisa digunakan yang sangat berguna saat Anda presentasi atau menjadi pembicara webinar.

Adapun salah satu keuntungan menggunakan kamera digital dibanding webcam bawaan atau eksternal ialah kualitas gambarnya pasti lebih bagus, terutama di dalam ruangan dengan pencahayaan sekedar lampu. Namun pastikan lensa yang digunakan cukup lebar, setidaknya setara 28mm di full frame, 24mm, 20mm, atau yang lebih lebar dan rekomendasi saya lensa fix karena memiliki aperture yang besar.

Fujifilm

[Tips] Eksplorasi Kamera Fujifilm dengan Custom Setting

Daya tarik utama kamera Fujifilm adalah sensor X-Trans dan film simulation-nya. Kombinasinya sanggup menghasilkan foto yang sangat unik dengan nada warna yang ‘kuat’.

Bicara soal warna, itu relatif karena selera orang berbeda-beda alias cocok-cocokkan dan saya termasuk yang sangat menikmati suguhan warna Fujifilm. Namun kesukaan saya terhadap film simulation tidak terjadi secara instan, sebelumnya saya mengulas Fujifilm X-T30, X-A7, dan X-Pro3.

Saya belajar banyak hal saat review X-Pro3 dan akhirnya memutuskan meminang X100F di awal tahun 2020. Kenapa memilih X100F? Saya pikir kamera ini paling mendekati pengalaman seri X-Pro, saya butuh yang ringkas, dan tidak memikirkan gonta-ganti lensa. Saya dapat X100F second yang masih bergaransi, harganya sangat anjlok dari harga barunya.

Membuat Custom Setting

2e2e705b4dd306cdcca90f3b945fe279_PSX_20200129_182755

Awal tahun 2020 saya makin rajin street hunting bersama Fujifilm X100F dan mencoba berbagai mode film simulation-nya. Hasil foto format JPEG-nya luar biasa, tapi saya selalu menyimpan dalam JPEG dan Raw untuk jaga-jaga bila perlu diedit lebih serius.

Film simulation ini baru awal kesenangan, karena pada kamera Fujifilm kita bisa berbuat lebih jauh dengan membuat pengaturan khusus atau custom setting. Caranya klik tombol menu, pada image quality setting pilih opsi edit/save custom setting.

Pada Fujifilm X100F tersedia 7 slot custom setting yang bisa disesuaikan sesuai preferensi. Pengaturan ini akan berpengaruh pada foto JPEG saja, mulai dari dynamic range, film simulation, grain effect, white balance, highlight tone, shadow tone, color, sharpness, dan noise reduction. Resepnya sudah banyak bertebaran di internet dan favorit saya untuk street photography pengaturannya sebagai berikut:

  • Classic Chrome
  • Dynamic range DR200
  • Grain effect strong
  • White Balance R:2 B:-5
  • Highlight tone -2
  • Shadow tone +2
  • Color -2
  • Sharpness +1
  • Noise reduction -4

Classic Chrome merupakan salah satu film simulation paling populer dan banyak digunakan untuk street photography atau dokumentary guna memperoleh shadow yang lebih kontras dan warna vintage yang nostalgia. Untuk mempertahankan detail pada area shadow dan highlight saya menggunakan dynamic range DR200 yang mana ISO dasar yang dibutuhkan ialah 400. Hasil fotonya sebagai berikut.

Resep lain yang sedang saya coba ialah Acros + R dari Fujixweekly, selama pandemi dan memotret di sekitar lingkungan rumah. Dalam percobaan pengaturannya sudah saya sesuaikan lagi, khusus yang satu ini saya selalu menggunakan jendela bidik dan manual fokus.

Mengambil komposisi lewat layar dan autofocus membuat pemotretan terasa sangat cepat. Penggunaan jendela bidik dan manual fokus adalah cara saya agar bisa menikmati proses pengambilan karya foto, saya pikir kenapa harus selalu tergesa-gesa. Contohnya sebagai berikut:

  • Acros + R
  • Dynamic Range: DR200
  • Highlight: +4
  • Shadow: +3
  • B&W Toning: 0
  • Noise Reduction: -4
  • Sharpening: -4
  • Clarity: +5
  • Grain Effect: Strong, Large
  • Color Chrome Effect: Off
  • Color Chrome Effect Blue: Off
  • White Balance: 2750K, -5 Red & +9 Blue
  • ISO: Auto, hingga ISO 6400

Project berikutnya, saya sedang mencoba resep berikut. Dari Fujixweekly juga untuk mendatangkan film Kodak Ektar 100. Untuk mendapatkan foto dengan warna yang cerah, kontras tinggi, dan grain yang halus.

  • Astia
  • Dynamic Range: DR-Auto
  • Highlight: +1
  • Shadow: +3
  • Color: +4
  • Noise Reduction: -3
  • Sharpening: +1
  • Grain Effect: Off
  • White Balance: Auto, +3 Red & -2 Blue
  • ISO: Auto up to ISO 6400
  • Exposure Compensation: 0 to +1/3

Masih banyak lagi resep custom setting yang ingin saya coba, biasanya saya akan fokus mencoba satu per satu sampai mendapatkan cukup banyak stok sambil otak-atik lagi pengaturannya. Tujuan resep ini ialah untuk mendapatkan foto JPEG yang mengesankan, hanya butuh sedikit sentuhan editing kecil tapi sebaiknya tetap menyimpan format Raw juga.

[Tips] Menggunakan Smartphone untuk Menjadi Webcam dengan Iriun

Masa pandemi COVID-19 memang mengharuskan banyak orang untuk bekerja di rumah atau work from home. Anak-anak pun juga diharuskan untuk sekolah dari rumah untuk menghindari penyakit COVID-19 tersebut. Oleh karena itu, penggunaan teknologi untuk bekerja dan belajar sangat diperlukan. Salah satunya adalah menggunakan aplikasi konferensi video seperti Zoom atau Google Meet.

Belum lama ini, beberapa teman secara khusus menghubungi saya untuk menanyakan sebuah pertanyaan yang sama: berapakah harga webcam. Hal tersebut sangat dibutuhkan dalam mengikuti kegiatan belajar dan melakukan rapat. Sayangnya, banyak pengguna PC desktop tidak memiliki webcam dan banyak pula yang tidak memiliki laptop dengan webcam terintegrasi.

Iriun Webcam - GPlay

“Saya mau beli sebuah webcam, mas… Dana saya hanya Rp. 300.000 saja” ungkap salah seorang teman. Padahal, pada masa pandemi seperti ini pengeluaran justru harus diirit. Saya pun menanyakan “Apakah kamu memiliki sebuah smartphone Android yang sudah tidak terpakai? Atau yang tidak sering digunakan pada saat rapat?”. Dia pun menjawab “Ada!”

Dengan jawaban ini saya menyarankan untuk menggunakan smartphone yang ada untuk menjadi sebuah webcam. Aplikasi yang digunakan pun juga gratis sehingga kita tidak akan mengeluarkan dana tambahan sedikit pun. Apalagi, tidak sedikit orang yang memiliki smartphone lama dan tidak terpakai.

Iriun Webcam - Software connected

Lalu apa aplikasinya? Dari sekian banyaknya, saya menyarankan untuk memakai Iriun 4K Webcam for PC and Mac. Dengan menggunakan aplikasi ini, dalam sekejap kita bisa memiliki sebuah webcam dengan resolusi hingga 4K. Padahal, harga sebuah webcam dengan resolusi HD saja dijual dengan harga dari Rp. 250.000 hingga Rp. 2 jutaan! Bayangkan penghematan yang bisa didapat dengan hanya melakukan download aplikasi gratis.

Lalu bagaimana menggunakan aplikasi Iriun ini? Ada dua hal yang harus dilakukan pertama kali. Yang pertama adalah melakukan instalasi pada perangkat smartphone. Aplikasi ini dengan mudah bisa dicari pada Google Play.

Iriun Webcam - Waiting connection

Langkah berikutnya adalah dengan melakukan instalasi Iriun pada PC atau Mac. Software-nya bisa langsung diunduh pada situs resmi mereka di https://iriun.com. Sistem operasi yang didukung oleh Iriun adalah Windows, Mac, dan Linux UBuntu. Jalankan paket instalasinya dan ikuti langkah-langkah yang ada untuk menyelesaikan pemasangan software tersebut.

Selanjutnya, jalankan aplikasi Iriun pada perangkat smartphone. Setelah itu, tentukan pilihan untuk koneksinya. Iriun webcam bisa tersambung ke PC dengan menggunakan WiFi atau kabel data USB. Saya sendiri lebih memilih untuk menggunakan WiFi karena tidak repot harus memasangkan kabel terlebih dahulu. Yang harus diingat adalah bahwa PC dan smartphone yang terinstal Iriun harus dalam satu SSID WiFi atau terhubung pada WiFi dan router yang sama.

Iriun Webcam - Software

Namun, tidak sedikit pula mereka yang tersambung WiFi dan menemukan bahwa keduanya tidak bisa tersambung. Jalan satu-satunya yang harus ditempuh adalah dengan menggunakan kabel USB. Untuk itu, Anda harus mempersiapkannya dengan terlebih dahulu menyalakan USB Debugging pada menu Developer Option di Setting Android.

Setelah semuanya siap, jalankan software Iriun yang ada pada PC Anda. Software yang satu ini akan secara otomatis langsung mendeteksi pada saat aplikasi Iriun pada smartphone sudah berjalan, baik melalui WiFi maupun kabel USB. Saya telah mencoba dengan kedua koneksi dan tidak menemukan masalah apa pun.

Iriun Webcam - Setting Android

Pada sisi smartphone, pengguna bisa melakukan beberapa pilihan seperti orientasinya, penggunaan autofokus, pemakaian kamera depan atau belakang, dan juga menyalakan flash pada saat ada di ruang yang gelap. Pada sisi komputer, Anda bisa mengatur resolusi yang diinginkan. Pada beberapa smartphone, resolusi 4K akan membuat lag. Jadi paling aman, pilih saja resolusi 1920×1080 atau 1280×720.

Terakhir adalah pengaplikasiannya pada software seperti Meet atau Zoom. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih Iriun dari daftar webcam yang ada. Pada laptop saya karena sudah ada kamera bawaan, pilihannya menjadi dua buah. Dan Anda sudah memiliki sebuah webcam gratis yang bisa digunakan hingga 4K.

Iriun Webcam - Choose camera

Selamat mencoba 🙂

[Panduan Pemula] Cara Convert Dokumen Word ke PDF Langsung dari Microsoft Word 2007

Di artikel cara convert dokumen word ke PDF sebelumnya (ini dan ini) kita menggunakan aplikasi sebagai bantuan. Bagi sebagian orang cara itu dianggap ribet, kuno. Pendapat itu tidak sepenuhnya salah, karena sebenarnya kita memang bisa membuat dokumen PDF bermodalkan program Office 2007 yang saya yakin semuanya punya.

Continue reading [Panduan Pemula] Cara Convert Dokumen Word ke PDF Langsung dari Microsoft Word 2007

Tips Merekam Video dengan Picture Profile Sony dan Basic Correction-nya

Pas awal belajar videografi, teman saya seorang videografer memberi tahu pengaturan terbaik saat merekam video (saya kebetulan pakai kamera mirrorless Sony) yaitu menggunakan S-Log2. Namun penggunaan color profile atau disebut picture profile di kamera mirrorless Sony, mengharuskan kita untuk melakukan color grading di post processing.

S-Log2 ini memang membawa fleksibilitas yang sangat luas, secara teori menawarkan dynamic range 14 stop. Namun perlu usaha ekstra, baik saat produksi karena mininum ISO yang digunakan ialah 800, kemampuan color grading yang mumpuni, dan juga pastikan batas waktu project tidak mepet.

Selain S-Log2, sebetulnya Sony juga punya picture profile yang juga tidak kalah populer di kalangan content creator dan sering dibandingkan dengan S-Log yaitu Cine4. Proses pengolahannya relatif cepat dan hanya membutuhkan pemahaman basic correction yang bisa dipelajari dengan mudah.

Cine4 vs. S-Log2

WhatsApp Image 2020-07-21 at 7.33.19 PM

Cine4 adalah salah satu dari banyak preset gamma yang disediakan oleh Sony. Preset ini menawarkan dynamic range lebih baik daripada profil video standar tapi tidak seluas yang disuguhkan S-Log2.

Tidak seperti S-Log2 yang memberi keleluasaan mengatur warna, Cine4 sudah menyajikan warna yang cukup ideal dan secara native lebih kontras. Dalam hal workflow post-production, Cine4 juga lebih menguntungkan karena hanya butuh basic correction.

Minimum ISO yang digunakan pada Cine4 adalah 200, sedangkan S-Log2 minimum 800 sehingga kita harus menggunakan ND filter saat syuting di pencahayaan cerah. Selain itu, untuk menghindari munculnya noise saat memulihkan detail pada area shadow, biasanya videografer sengaja mengambil footage overexposure sebanyak dua stop yang artinya hal ini mengurangi performa kamera di cahaya rendah.

Fitur picture profile sendiri tersedia di kamera mirrorless dengan sensor APS-C dan full frame terbaru Sony. Untuk APS-C mulai dari Sony A6300, A6400, A6500, dan A6600. Kalau pada Sony A6400, pengaturannya berada di tab pertama nomor sebelas.

Sony menyediakan sepuluh slot picture profile (PP), bisa pilih salah satunya. Misalnya pilih PP1, lalu atur gamma ke Cine4 dan color mode ke Pro atau Cinema. Atau bisa coba pengaturan yang direkomendasikan oleh seorang content creator bernama Cody Blue, sebagai berikut:

  • Gamma: Cine4
  • Black Gamma: Wide, +4
  • Knee: Manual, Point: 80%, Slope +2
  • Color Mode: Pro
  • Saturation: -5

Basic Correction

Basic Correction 1

Untuk menghasilkan video yang cinematic menggunakan Cine4, yang dibutuhkan saat post processing ialah basic correction yang mudah dipelajari. Kalau kalian suka edit foto pakai aplikasi Lightroom, kurang lebih prosesnya bakal sama.

Pada tutorial kali ini, saya menggunakan Adobe Premiere Pro. Setelah memilih footage yang akan diedit, langsung saja kita menuju tab ‘color‘ (Lumitri Color) dan pilih menu basic correction.

Basic Correction 2

Sebetulnya kita bisa mengeditnya sesuai preferensi, tapi umumnya adalah menurunkan hightlight untuk memperoleh detail atau meredam area yang terlalu terang, menambah atau mengurangi shadow, menambah white agar video tampak lebih cerah, dan menaikkan saturation agar warna pada video sedikit lebih menonjol.

Basic Correction 3

Satu hal lagi, kita menuju menu Curves. Pada bagian warna putih, kita buat empat titik seperti pada gambar dan naikkan sedikit titik yang ditengah untuk membuat tampilan video lebih terang dan juga berdimensi.

Bagaimana pun S-Log2 dan Cine4 memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sesuaikan dengan kebutuhan. Bila project yang dikerjakan punya batas waktu yang lama dan durasinya juga tidak terlalu panjang, S-Log2 masih dipercaya opsi terbaik untuk mengeluarkan potensi dan mendapatkan kualitas video secara optimal.

(Referensi: Premiumbeat)