Bagaimana Pendiri Pemula Menemukan Ide dan Beradaptasi dengan Kondisi

Clapham Startupfest 2018 kembali digelar untuk yang ketiga kalinya. Episode kali ini menghadirkan lebih banyak narasumber dengan harapan bisa memberikan banyak manfaat bagi para peserta yang datang, baik sebagai startup, individu atau mahasiswa yang ingin tahu dan terjun di bidang startup. Salah satu yang dibahas cukup banyak dibahas adalah mengenai bagaimana memulai startup.

Di hari pertama Jourdan Kamal, founder MauBelajarApa, membuka sesi dengan sebuah presentasi tentang bagaimana pentingnya sebagai individu untuk terus belajar, disambung dengan diskusi dengan tiga founder startup, Wilton Halim dari MobilKamu, Ronny Wuisan untuk UrbanAce, dan Jourdan yang membagikan kisah tentang bagaimana menemukan ide dan kapan memulainya.

Kemampuan beradaptasi

Acara Clapham Startupfest 2018 dibuka dengan presentasi cukup inspirasional dari Jourdan. Ia menceritakan bagaimana perjalanan karirnya hingga sampai sekarang membawahi MauBelajarApa dan terus berusaha untuk membawanya ke tahap yang lebih baik. Ada tiga poin penting yang ditekankan dari pemaparan Jourdan. Pertama tentang bagaimana belajar, atau learning, bagaimana mendeteksi pengetahuan yang sudah mulai usang, atau disebut unlearning, dan kembali lagi mempelajari hal baru atau re-learning.

Ketiga hal itu bisa membantu untuk terus belajar dan untuk terus beradaptasi. Di tengah persaingan yang semakin ketat, akses informasi yang tak lagi terbatas menjadi pembelajar yang terus belajar adalah sebuah hal wajib untuk tidak terlindas dalam arus persaingan yang semakin deras.

“Jadi dalam hidup kamu harus belajar bagaimana caranya untuk unlearn dan bagaimana caranya untuk re-learn. Jadi ketika pengetahuan berubah dengan cepat kemampuanmu untuk untuk melupakan pengetahuan yang lama dan mempelajari pengetahuan yang baru merupakan hal penting,” ujar Jourdan.

Salah satu hal yang dicontohkan Jourdan adalah proses bagaimana ia belajar memasarkan sesuatu. Ia menceritakan bahwa pada mulanya Google dan SEO dianggap sebagai kanal pemasaran digital paling efektif, namun seiring berjalannya waktu anggapan ini berubah. Proses menyadari sesuatu sudah tidak bekerja dengan baik itulah yang dikatakan sebagai unlearning. Kemudian ia mulai mempelajari teknik pemasaran digital baru yang akhirnya menuntunnya pada Instagram, hal ini yang disebut dengan re-learning. Siklus ini yang harusnya diterapkan para founder dari startup. Proses belajar dan beradaptasi.

Presentasi Jourdan Kamal dari MauBelajarApa
Presentasi Jourdan Kamal dari MauBelajarApa

Mentransformasi ide jadi eksekusi

Setelah belajar tentang bagaimana caranya untuk bertahan yang dimulai dari pribadi atau diri seorang founder rangkaian acara Clapham Startupfest 2018 kembali menghadirkan para founder startup untuk membagikan pengalamannya mengenai ide dan bagaimana mulai mengeksekusinya.

Dalam sebuah sesi tanya jawab dengan founder ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Founder MobilKamu Wilton Halim, Founder UrbanAce Ronny Wuisan, dan Founder MauBelajarApa Jourdan Kamal. Ketiganya membahas mengenai bagaimana menemukan ide dan eksekusi yang dilakukan.

Latar belakang yang beragam dari narasumber memberikan perspektif yang menarik. Wilton misalnya, mengawali karier di Australia dan memboyong Mobilkamu ke Indonesia di bulan April 2016. Selama beberapa bulan ia berusaha menemukan permasalahan sebenarnya yang coba ia selesaikan, sampai akhirnya kini membantu masyarakat dalam membeli mobil dengan klaim lebih mudah dan murah.

Sementara Ronny Wuisan berpengalaman dalam bidang penjualan properti. Pengalaman itulah yang dibawanya untuk mengembangkan UrbanAce. Sedangkan Jourdan Kamal, terinspirasi adiknya yang ingin menjadi guru dan dipromosikan secara online. Berdasarkan pemahaman bahwa workshop yang dikelola secara online akan membuahkan hasil, ia akhirnya mendirikan MauBelajarApa.

Ketiganya melalui proses yang berbeda-beda, terutama dalam menemukan ide. Salah satu poin dari pemaparan para narasumber adalah pentingnya menemukan dan mengelola ide, terutama sebelum melanjutkan ke eksekusi. Bagi Ronny, ide biasanya lahir dari pengalaman pribadi. Dengan merasakan sendiri permasalahan, biasanya ide bisa lebih valid.

Sementara itu bagi Wilton, menemukan ide (atau mengetahui masalah) itu mudah, hal terberat justru memastikan bahwa itu adalah problem yang sesungguhnya atau hanya noise.

“Sebenernya hal terberat itu adalah mengetahui, apakah itu problem [sesungguhnya]?,” ujar Wilton.

Menurutnya, noise dalam identifikasi ide itu bisa menimbulkan bias dan bisa mempengaruhi eksekusi jika terburu-buru.

Sementara Jourdan memiliki cara tersendiri untuk membedakan ide dengan bias yang sering ditemukan. Bagi Jourdan, menuliskan ide dan membiarkannya dalam beberapa waktu bisa memisahkan ide dengan bias.

“Biasanya saya tidak langsung mengeksekusi ide yang ada. Saya menunggu tiga bulan. […] kalau ide itu masih stuck di saya dan passion itu [masih ada] setelah tiga bulan baru saya eksekusi,” terang Jourdan.

Salah satu cara paling aman untuk menghindari kesia-siaan dalam mencoba dan mengeksekusi inovasi adalah meyakinkan diri sendiri dan terus berusaha memilah mana yang sebenarnya jadi permasalahan, mana yang berpeluang, dan mana ide yang paling mungkin dieksekusi.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Clapham Startupfest 2018