Setelah menjalani fase pengujian terbatas sejak bulan Mei lalu, Collab, aplikasi eksperimental garapan Facebook, akhirnya resmi dirilis ke publik. Kalau sepintas Anda langsung memikirkan aplikasi sosial dengan cara kerja mirip TikTok, Anda tidak salah. Pasalnya, Collab memang menerapkan formula dasar dari pionir format video pendek tersebut.
Formula dasar yang saya maksud adalah terkait aspek kolaborasi musikal dalam TikTok. Bedanya, di Collab sama sekali tidak ada katalog musik berlisensi dari banyak label. Sebagai gantinya, para penggunanya diajak untuk berkarya sendiri, lalu mencari tandem yang pas untuk jamming bersama.
Menariknya, kita tidak harus bisa bermain musik untuk berpartisipasi dalam Collab. Kita pada dasarnya bisa bertindak sebagai DJ, menggabungkan tiga video musik dari komunitas, lalu mengemasnya menjadi satu video remix yang spesial di mana ketiga video tadi dapat berjalan secara sinkron dan saling melengkapi satu sama lain.
Halaman utama aplikasi Collab berisikan deretan video dari komunitas yang bisa kita pakai bereksperimen. Misalnya, kita dapat mencocokkan klip seseorang yang memainkan chord gitar suatu lagu populer dengan cover vokal dari dua orang yang berbeda, dan hasil akhirnya pun adalah sebuah video musik yang sangat unik yang berasal dari tiga orang yang mungkin sebelumnya tidak pernah kita kenal sama sekali.
Tentu saja, jika Anda dapat memainkan alat musik, Anda juga bisa menggabungkan rekaman Anda sendiri dengan klip orang lain. Setiap video collab ini terbentuk dari tiga klip yang berbeda dengan durasi maksimum masing-masing 15 detik. Seperti halnya platform sosial lain, kita dapat mengikuti para pengguna Collab lain sehingga kita bisa lebih mudah menemukan konten baru dari mereka.
Selama masa pengujiannya kemarin, Facebook telah menyempurnakan kemampuan audio-syncing milik Collab dan sejumlah aspek teknis lain di dalamnya. Pengguna sekarang bahkan juga bisa menyambungkan interface audio eskternal, sehingga mereka dapat menggunakan instrumen elektronik untuk membuat konten di Collab.
Terakhir dan yang tak kalah menarik, semua video yang pengguna buat di Collab dapat disimpan dan diunggah ke platform lain, termasuk halnya TikTok. Dibandingkan Instagram Reels, Collab terkesan lebih orisinal dan lebih dari sebatas meniru-niru TikTok. Sayangnya Collab sejauh ini masih belum tersedia secara luas, dan baru bisa diunduh oleh pengguna di Amerika Serikat saja. Versi Android-nya bahkan juga masih belum ada.
Sumber: TechCrunch.