Desty Page dan Desty Store

Desty Kantongi Pendanaan Awal dari East Ventures, Kembangkan Layanan Pendukung “Social Commerce”

Startup penyedia infrastruktur social commerce Desty mengumumkan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan dari East Ventures. Dana akan digunakan untuk pengembangan produk dan menggenjot akuisisi pengguna.

Desty baru didirikan pada Oktober 2020. Mereka adalah platform digital yang membantu kreator konten, influencers, dan pedagang di media sosial membuat destinasi online untuk memasarkan, menjual produk, dan konten mereka.

CEO dan Founder Desty Bill Wang menerangkan, Desty dirintis dalam kondisi pandemi yang menantang, namun ia percaya bahwa akselerasi digital memberikan kesempatan untuk berkembang. “Desty hadir sebagai solusi lokal, sederhana, dan gratis bagi bisnis online untuk membuat landing pages serta membangun online brand sendiri hanya dalam hitungan menit,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (1/12).

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan, dalam setahun terakhir jumlah pebisnis online di Indonesia tumbuh pesat karena berbondong-bondong membuka toko online. Ia melihat, tim Desty, yang menggabungkan keahlian global dan lokal, mampu membuat sebuah produk yang mampu menarik perhatian ribuan pengguna, hanya dalam beberapa minggu setelah diluncurkan.

“Kami sangat senang untuk bekerja sama dengan Desty dalam membantu jutaan pedagang online dan kreator konten di Indonesia mengintegrasikan bisnis mereka lintas berbagai platform e-commerce dan media sosial,” imbuh Willson.

Desty memiliki dua produk, yaitu Desty Page dan Desty Store. Desty Page adalah layanan penyedia landing page yang dioptimasi untuk tautan di akun media sosial, khususnya Instagram — konsepnya mirip Linktree atau Oneblink yang dikembangkan MTARGET. Sementara Desty Store menyediakan platform untuk buka toko online dengan mudah, sebagai pelengkap marketplace.

Meski baru seumur jagung, diklaim Desty berhasil menggaet ribuan pengguna, termasuk online brands (Alowalo, Babycare, Notbad), kreator konten (Mindblowon Studio/Tahilalat), dan influencer dari industri kuliner, travel, gaya hidup, dan fesyen. Perusahaan telah terintegrasi dengan beberapa rekanan penting untuk menambahkan fitur pembayaran dan logistik di dalam platform Desty Store.

“Tidak hanya pedagang online, Desty digunakan oleh beragam pengguna untuk meningkatkan engagement dengan followers mereka. Kami juga menyediakan fitur terbaik untuk pengguna, mulai dari customizable templates hingga alat analisis yang lengkap.”

Bill menuturkan, pihaknya akan menggunakan dana tahap awal ini untuk mempercepat pengembangan produk dan menggenjot akuisisi pengguna. Ia menargetkan Desty mampu menarik 100 ribu pengguna hingga semester pertama tahun depan.

Bill Wang merintis Desty bersama Eric Natanael. Keduanya memiliki pengalaman panjang di perusahaan lokal dan global, mulai dari industri e-commerce, B2B, hingga telekomunikasi. Bill sebelumnya bekerja selama 17 tahun di Alibaba, ia terlibat dalam perjalanan raksasa teknologi tersebut berevolusi menjadi AliExpress.

Momentum social commerce

Menurut laporan Econsultancy bersama Magento dan Hootsuite pada bulan Oktober 2019 berjudul “The State of Social Commerce in Southeast Asia”, industri social commerce diproyeksikan akan bertumbuh signifikan. Asia Tenggara memiliki lebih dari 350 juta pengguna internet dan 90% dari mereka sudah terhubung dengan smartphone, alhasil kesempatan ini begitu menjanjikan untuk digarap.

Kue tersebut semakin signifikan pertumbuhannya selama pandemi dan sudah dibahas sebelumnya oleh DailySocial.

Di Indonesia, para pemain ini menawarkan berbagai solusi teknologi simpel yang memudahkan penjual masuk ke ranah digital. Pemain-pemain tersebut adalah Woobiz, TapTalk.io, Storie, Super, Chilibeli, Halosis.

Bahkan, Moka merilis GoStore yang memudahkan merchant membuat situs toko online. Sebelum berinvestasi ke Desty, East Ventures juga berinvestasi ke startup social commerce bernama KitaBeli pada Agustus kemarin.

Pemain lainnya, Kata.ai, platform teknologi percakapan bertenaga AI dan NLP, merilis platform khusus social commerce dan mengelola bisnis bernama QIOS. Melalui platform ini, pelaku UMKM bisa membuat asisten virtual via WhatsApp untuk melayani pertanyaan, pembayaran, hingga pengiriman.

Platform ini terintegrasi dengan e-wallet (OVO, DANA, LinkAja), dan layanan logistik (GoSend dan GrabExpress). “Kata.ai sebagai enabler untuk membantu para pemain di industri ini bisa lebih thriving dengan adanya teknologi kecerdasan,” kata CEO Kata.ai Irzan Raditya.