Developer Economics 2013: Tentang Platform Pilihan Developer

Seperti apa lanskap industri aplikasi mobile di Tahun 2012? Firma analis Vision Mobile baru saja merilis dengan detail hasil survei dalam laporan tahunan bertajuk “Developer Economics 2013”. Survei ini melibatkan responden sebanyak 3.460 developer yang tersebar di 95 negara mencakup kawasan Amerika Utara, Eropa dan Asia. Pengumpulan data dilakukan secara online dalam rentang waktu lima waktu antara Oktober dan November 2012. Selain itu juga wawancara langsung untuk menggali insight lebih dalam. Lembaga tersebut menyatakan bahwa laporan fokus pada tools developer yang mencakup enam sektor: ad-networks dan mesin mediasi, backend-as-a-services, tools lintas platform, jaringan lintas promosi, user analytics, dan layanan suara. Laporan ini berisi insight yang menarik mengenai mind share pengembang, pendapatan dan platform utama.

Vision Mobile membuka laporannya dengan menyoroti kondisi di industri mobile. Meskipun beberapa produsen ponsel mengalami masa-masa suram, pertumbuhan industri relatif stabil dengan CAGR (compound annual growth rate) mencapai 23% pada pendapatan sejak tahun 2009. Yang mendasari pertumbuhan ini adalah meningkatnya penjualan smartphone dengan nilai lebih dari 40% dari seluruh penjualan handset. Selain itu juga didorong oleh perangkat Android murah yang dengan cepat memakan pangsa pasar feature phone.

Fenomena duopoli juga tak luput dari pengamatan. Hal ini karena vendor yang bermain di industri mobile cukup banyak, tetapi saat ini yang mendominasi hanya ada dua. Platform mobile dikuasai oleh Apple (iOS) dan Google (Android), yang telah mengapalkan sebanyak 700 juta smartphone pada tahun 2012. Duopoli juga terjadi pada produsen handset yaitu Samsung dan Apple, yang jika dikombinasikan pangsa pasarnya sebesar 46%, dan menyumbang 98% dari keuntungan industri handset untuk produsen handset 8 besar.

Duopoli ini secara tidak langsung mempengaruhi preferensi devoper untuk mengembangkan aplikasinya. Disebutkan bahwa 72% mindshare developer mengembangkan aplikasi di platform Android. Dan sebanyak 56% membuat aplikasi untuk platform iOS. Besarnya angka di Android ini disebabkan oleh masuknya sebagian besar developer dari Asia yang menunjukkan preferensi jelas terhadap Android. Meski demikian, sebagian besar pengembang juga berniat mengadopsi Windows Phone (47%) dan BlackBerry 10 (15%) yang menunjukkan bahwa masih ada minat pada ekosistem aplikasi lain yang layak.

Menariknya, HTML justru menjadi pilihan paling populer ketiga di kalangan pengembang mobile. 50% di antaranya menggunakan teknologi berbasis HTML sebagai platform penyebaran (untuk membuat aplikasi mobile web) atau sebagai platform pengembangan (untuk membuat aplikasi hybrid maupun kode HTML yang diterjemahkan dalam aplikasi native).

Secara keseluruhan, HTML dianggap jauh lebih sukses sebagai teknologi, bukan platform. Lahirnya sistem operasi baru Firefox OS akan menjadi web sentris utama untuk menciptakan alternatif yang lengkap dari iOS dan Android. Sudah banyak yang mengembangkan aplikasi berbasis HTML5, terutama kategori Bisnis & Produktivitas, Enterprise dan Media. Untuk bersaing dengan platform native, HTML5 diharapkan memiliki akses API native, lingkungan pembangunan, dan dukungan debugging yang lebih baik.

Laporan ini juga memberikan insight mengenai pendapatan developer.Sebagai akibat dari duopoli, 74% dari pengembang menggunakan platform 2 + secara bersamaan, tapi uang terkonsentrasi di iOS / Android. Sebanyak 80% dari responden mengembangkan untuk Android, iOS atau keduanya. Mengenai prioritas, kebanyakan memilih iOS sebagai yang pertama dan Android di prioritas berikutnya. Nah, bagi yang tidak mengembangkan salah satu dari dua platform tersebut, rata-rata penghasilannya adalah setengah dari revenue developer yang menggunakan dua platform tersebut. Hal ini semakin mempertegas konsentrasi kekuasaan dalam dua ekosistem utama.

Mengenai model bisnis, sekarang iklan adalah model pendapatan yang paling populer untuk aplikasi. Sedikitnya 38% dari pengembang memilih pemasangan iklan pada aplikasinya untuk memperoleh pendapatan. Google Admob menjadi platform iklan paling populer yang diadopsi lebih dari 65%. Di sisi lain, sistem in-app purchase dan Freemium mulai meningkat, tumbuh 50% dibanding tahun survei tahun sebelumnya dan digunakan lebihdari seperempat developer. Khusus di iOS, in-app purchase merupakan pendapatan paling populer kedua, yang dipakai 37% pengembang.


Dalam hal monetisasi, pengembang telah banyak meningkatkan perencanaan bisnis aplikasinya. Sebanyak 49% dari pengembang mengakui pada awalnya membangun aplikasi yang digunakan sendiri, tapi akhirnya paling menghasilkan pendapatan. Strategi yang paling menghasilkan pendapatan adalah mereka yang memperluas sebuah aplikasi baik ke vertikal atau geografi yang berbeda. Sampai batas tertentu, strategi ini bergantung pada aplikasi yang sudah mapan dan sukses, yaitu yang telah dicoba dan dibuktikan dalam setidaknya salah satu pasar.

Lembaga riset ini juga mencatat temuan yang menarik, yaitu hanya 24% developer yang merancang aplikasinya berdasarkan diskusi dengan pengguna. Angka ini tidak beruhan dengan pengalaman pengembangan dan kemahiran. Hal ini menunjukkan bahwa hambatan dari siklus build-measure-learn dari pengembangan adalah mengukur atau memahami pelanggan. Padahal feedback dua arah ini diperlukan untuk menghilangkan friksi antara developer dan user. Masih banyak lagi hasil riset yang ditemukan di laporan setebal 60 halaman ini. Jika ingin mengetahui lebih jauh, Anda bisa mengunduhnya di situs Vision Mobile.

Leave a Reply

Your email address will not be published.