diah cookies

Kisah Inspiratif Diah Cookies yang Konsisten ‘Mengikuti Ombak’ di Era Digital

Perkembangan teknologi digital terutama pada sektor bisnis sangatlah pesat. Tak jarang pelaku usaha, khususnya usaha kecil dan menengah, gagal mengikutinya dan memilih cara konvensional atau mundur. Namun, tak jarang pula para pelaku UMKM yang justru semakin sukses di era digital seperti saat ini. Salah satunya adalah toko kue kering asal Surabaya, Diah Cookies.

Diah Cookies merupakan industri kue kering rumahan yang telah memulai perjalanannya secara online dan semakin sukses sejak pandemi hingga meraih omset ratusan juta rupiah. Berikut ini kisah dari Diah Cookies yang berhasil memaksimalkan pemanfaatan platform digital untuk meraih keuntungan.

Berawal dari Hobi Menjadi Sumber Pendapatan

Memiliki hobi yang dapat menjadi sumber pendapatan adalah impian semua orang. Ibu Diah Arfianti adalah salah satu yang berhasil mewujudkannya melalui toko kue kering miliknya, Diah Cookies.

Sejak 2001, Ibu Diah mulai memasarkan kue kering buatannya untuk mendapatkan penghasilan tambahan di setiap momen menjelang lebaran. Namun, sejak sang suami terkena PHK pada tahun 2012, Ibu Diah memutuskan untuk mulai menjual kue kering tidak hanya saat momen lebaran saja, mengingat penjualan kue kering miliknya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

“Karena tiap tahun penjualan kue kering saya kan ada peningkatan, akhirnya saya coba jual kue kering ini setiap hari, enggak hanya lebaran,” ujar Ibu Diah.

Setelah memutuskan untuk fokus menjual kue kering setiap hari, Ibu Diah juga mulai fokus mengikuti pelatihan branding, product value, packaging, hingga digital marketing melalui Komunitas Pahlawan Ekonomi. Pelatihan-pelatihan tersebut membuktikan keseriusan Ibu Diah untuk membangun usaha kue kering miliknya secara online.

Berinovasi Tidak Hanya Pada Varian Rasa, Tapi Juga Strategi Marketing

Ketika berbicara mengenai inovasi, Ibu Diah mengatakan bahwa Diah Cookies fokus berinovasi pada varian rasa kue. Awalnya, Diah Cookies hanya menyediakan 3 varian, yakni kastengel, choco chip, dan putri salju. Tapi, kini, terdapat 23 varian kue kering yang dapat dipilih oleh pelanggan.

 

Diah Cookies

 

Selain varian kue kering, Diah Cookies juga terus berinovasi pada strategi pemasaran dimana Diah Cookies berusaha mengedukasi para pelanggan bahwa kue kering tidak hanya bisa dikonsumsi saat lebaran, tapi juga di hari-hari lainnya.

“Kalo secara produk dan packaging, (kami) sudah siap. Tapi cara marketingnya itu yang harus diinovasi untuk mengedukasi orang lewat konten supaya makan kue kering enggak perlu menunggu lebaran,” jelasnya.

Toko Offline Sebagai Bentuk Branding

Diah Cookies yang mengawali perjalanannya melalui penjualan online kini telah memiliki satu toko untuk penjualan offline dan juga branding. Menurut Ibu Diah, memiliki toko offline adalah salah satu bentuk branding yang ia dapatkan melalui pengalaman ketika belum memiliki toko dan hanya memanfaatkan teras rumah untuk kegiatan produksi.

“Waktu itu ada tender buat bikin hampers. Secara rasa udah cocok sama kita. Harganya juga masuk. Tapi ketika mereka dateng, mereka tidak percaya kalau kita bisa memproduksi sesuai dengan pesanan mereka. Saya sudah meyakinkan tapi sepertinya mereka enggak trust karena kelihatannya hanya usaha rumahan,” katanya.

Sejak saat itu, Ibu Diah bertekad untuk membangun toko offline agar ia dapat meraih trust dari para pelanggan dan juga untuk menyamakan target pasar Diah Cookies. Kini, rencananya telah terlaksana dan ia senang dengan dampak yang dihasilkan.

 

Diah Cookies

“Kalo jualan kita bisa melakukannya melalui online. Tapi, toko offline ternyata bisa membentuk persepsi dan membangun branding kita lebih bagus. Jadi, orang lebih trust kepada kita,” lanjutnya.

‘Mengikuti Ombak’ Perkembangan Platform Digital

Perkembangan platform digital memang cukup pesat belakangan ini. Alih-alih tertinggal, Diah Cookies ternyata telah mencicipi sebagian besarnya. Sejak 2006, Ibu Diah telah mulai berjualan kue kering melalui platform digital Facebook dan BBM.

Seiring dengan banyak munculnya media sosial lain yang mendukung penjualan online, Diah Cookies pun terus memanfaatkannya. Mulai dari Instagram, WhatsApp, Facebook, hingga Google Business. Bahkan, 70 hingga 80 persen penjualan ia dapatkan dari media sosial.

 

“Kita lebih banyak pakai media sosial. Dari 2006 itu jualan di Facebook dan BBM. BBM udah enggak ada, kita pakai WhatsApp. Ada Instagram, kita ikutan. Sekarang ada TikTok ya udah kita mulai bangun TikTok. Jadi kita mengikuti ombak aja. Mengikuti era.”

Kemudian, Diah Cookies juga telah membangun website yang untuk sementara waktu hanya sebagai branding dan belum dikelola untuk menghasilkan.

Selain media sosial, Diah Cookies juga tak lupa memanfaatkan software akuntansi dan kasir digital untuk memudahkan aktivitas operasional bisnis.

Kreatif dalam Mengatasi Masalah Permodalan

Modal adalah kendala yang cukup sering terjadi bagi para pelaku usaha, bahkan usaha yang sudah besar sekalipun. Diah Cookies juga kerap tersendat dalam hal permodalan, khususnya pada momen-momen menjelang lebaran dimana pesanan akan jauh lebih banyak.

Untuk mengatasinya, Ibu Diah telah mencoba berbagai cara, mulai dari mengambil pinjaman kepada bank hingga membuat program untuk reseller.

“Sudah beberapa tahun belakangan ini kita bangun sistem berupa program untuk reseller. Nah itu lumayan buat modal saya bikin kue kering. Tapi ternyata ada kendala. Abis itu berubah lagi (programnya). Jadi, kita mempelajari kalau suatu program dijalankan itu plus minusnya apa,” ujarrnya.

Setelah beberapa kali melakukan trial and error, akhirnya Ibu Diah menemukan satu program yang cocok, yaitu pembelian 40 lusin kue kering oleh reseller di empat bulan menjelang lebaran akan mendapatkan diskon sebesar 17 ribu rupiah per toples, free ongkir ke Surabaya dan sekitarnya, dan free 1 gram emas Antam.

Meskipun keuntungannya lumayan berkurang, namun ia senang karena dengan skema tersebut, ia bisa mendapatkan modal untuk lebaran dan reseller-nya bisa mendapatkan banyak keuntungan.

Dengan bantuan program-program tersebut, Ibu Diah kini tidak perlu mengambil pinjaman untuk modal. Meski begitu, memurutnya meminjam uang untuk modal adalah hal yang normal. Namun, terdapat tiga hal yang perlu dipastikan sebelum meminjam modal menurut keterangan Ibu Diah.

“Meminjam uang untuk modal itu sah-sah aja. Intinya nomor satu itu harus disiplin. Lalu, pinjam modal itu benar-benar harus buat usaha. Terakhir, harus bisa mengukur kemampuan.”

Konsisten adalah Kuncinya

Sejak pertama kali memutuskan untuk fokus menjual kue kering secara rutin pada tahun 2012, Diah Cookies telah banyak mengalami perkembangan. Ibu Diah mengakui bahwa itu adalah hasil dari dirinya yang konsisten dalam segala hal. Konsisten dalam mutu kualitas produk dan konsisten dalam mempromosikannya. Meskipun konsisten memang terlihat mudah, namun nyatanya tak semua orang bisa melakukannya. 

Bahkan, ketika omset kue keringnya sedang turun, Ibu Diah selalu menyiapkan suatu produk pendamping untuk sementara ia jual, salah satunya adalah produk sambal. Kemudian, ia akan mengarahkan para adminnya untuk sekalian menawarkan kue kering apabila ada yang membeli produk sambalnya.

“Saya setiap hari enggak pernah enggak posting. Kuncinya jualan di online itu bagaimana supaya orang tetap melihat kita. Ketika sudah melihat kita, mereka akan mengingat. Ketika telah ingat dan mereka butuh, mereka akan beli produk kita,” katanya.

Itulah yang menjadi dasar bagi Ibu Diah untuk tidak pernah melewatkan satu hari pun tanpa posting konten di media sosial, bahkan ketika omset kue keringnya sedang turun. Cara itu juga bisa membuat tokonya terlihat aktif dan membangun kepercayaan para pembeli.

Turut Membantu Pelaku Usaha Lain untuk Go Digital

Tidak hanya fokus membangun usahanya sendiri, Ibu Diah juga turut membantu pelaku usaha di sekitarnya untuk mulai go digital melalui kelas-kelas di komunitas. Menurutnya, masih banyak sekali pelaku UKM yang takut untuk belajar memahami teknologi. Padahal, ketakutan itu hanya akan membatasi diri sendiri dari berkembang.

Ia pun berpesan untuk para pelaku usaha di luar sana agar berani mencoba dan jangan takut karena semua usaha itu memang harus ada perjuangannya.

“Saya aja umur segini harus belajar TikTok itu kan agak sulit ya. Tapi kan saya harus bisa. Mau laku apa enggak? Intinya kembali lagi kepada kita.”

Dari kisah Ibu Diah dalam membangun bisnis kue keringnya, Diah Cookies, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil. Salah satunya adalah terus belajar dari waktu ke waktu. Entah itu belajar memahami teknologi yang berkembang pesat atau belajar dari pengalaman pahit sekalipun.

Leave a Reply

Your email address will not be published.