Efektifkah Startup Listing Restoran Di Indonesia?

Trend aplikasi restaurant listing / Dailysocial

Maraknya industri restoran saat ini bukan saja disambut baik oleh para pecinta kuliner, tapi juga pengembang startup dan entrepeneur di dunia. Aplikasi yang sifatnya membantu dan memudahkan pencarian restoran, rekomendasi review juga makin banyak bermunculan. Sebut saja seperti Yelp. Yelp adalah aplikasi restaurant search terbesar dan terlengkap , salah satu perusahaan yang lokasinya berada di San Francisco, California. Yelp memiliki lebih dari 50 juta review restoran, promo dari restoran dan foto dari restoran. Yelp juga dilengkapi dengan  filter pencarian agar Anda dapat mempersempit pencarian sesuai dengan jarak, harga, dan rating, sehingga Anda tahu persis apa yang Anda cari

Dihadirkan untuk memudahkan para pecinta kuliner mencari rekomendasi restoran hanya dalam satu genggaman, bagaimana para foodies melihat tren aplikasi restaurant listing yang saat ini sudah banyak pilihannya?

“Dengan menggunakan aplikasi semacam ini, selain informasi restorannya, kita bisa mendapatkan rincian menu dan testimoni dari orang-orang yang sudah pernah mencicipi makanan di restoran tersebut. Lengkap sudah informasi yang kita dapatkan, sehingga kemungkinan salah pilih resto atau salah pilih menu bisa diminimaliskan,” ujar Andriani Wiria, foodblogger.

Zomato

Di Asia sendiri salah satu perusahaan yang sudah melakukan ekspansi dalam jumlah besar adalah Zomato. Zomato didirikan oleh Deepinder Goyal dan Pankaj Chaddah yang merupakan sarjana IT Delhi di New Delhi, India. Sebelumnya Deepinder Goyal dan Pankaj Chaddah bekerja di sebuah perusahaan management consulting. Karena selalu kesulitan mendapatkan menu saat sedang berada di restoran, dua rekan kerja ini pun kemudian memutuskan untuk merangkum menu-menu restoran yang sudah dikunjungi dan dibangun dalam satu database, kemudian di share ke teman-teman di kantor. Ternyata konsep tersebut populer dan banyak di-follow oleh pecinta kuliner lainnya.

Akhirnya setelah 2 tahun mengerjakan system dan module, Deepinder Goyal dan Pankaj Chaddah berhenti di perusahaan mereka dan menekuni konsep Zomato secara full time. Pada tahun 2008 Zomato resmi berdiri. Funding awal diterima sebanyak  1 juta USD  dari Info Edge venture capital dari India.

“Saat ini funding yang diterima oleh Zomato  digunakan untuk expand ke new city, new country, akuisisi berbagai macam perusahaan yang bergerak dibidang F&B discovery berbagai macam negara seperti Urban Spoon di Amerika Serikat dan Australia,” Ujar Djunadi Satrio, Country Manager Zomato Indonesia.

Zomato Indonesia sendiri hadir di tanah air pada tahun 2014 silam, dan saat ini mampu tampil sebagai restaurant listing populer di Jabodetabek hingga Bali. Lalu apa yang menyebabkan Zomato Indonesia kian hari makin digemari oleh foodies?

Seperti yang ditekankan oleh Djunadi, Zomato hadir sesuai dengan keinginan pecinta kuliner dalam menemukan rekomandsi restoran, “Memang aplikasi zomato sifatnya user-friendly tapi yang lebih penting adalah unsur social networkingnya, yang sudah menjadi bagian dari aplikasi tersebut, unsur social networking penting agar user yang memakai akan addict dan menggunakan kembali aplikasi tersebut,” tambah Djunadi.

Qraved

Salah satu aplikasi restaurant listing/reservation yang tengah merangkak naik bukan hanya sebagai aplikasi rekomendasi restoran namun juga panduan dan informasi terkini seputar dunia kuliner di tanah air adalah Qraved. Aplikasi Qraved hadir untuk membantu masyarakat melakukan reservasi dari ribuan restoran secara online menggunakan smartphone mereka. Untuk menghindari kemungkinan tidak mendapat tempat di suatu restoran favorit setelah menempuh perjalanan untuk mencapainya, ada baiknya kita melakukan reservasi terlebih dahulu.

Qraved hadir di Indonesia sebagai salah satu pemain marketplace O2O (Online to Offline). Saat ini Qraved juga telah memaksimalkan user experiences untuk aplikasinya dengan meluncurkan pembaruan aplikasi versi 2.2.1 untuk platfrom Android dan iOS. Versi terkini dihadirkan untuk memaksimalkan user experiences. Fitur baru lainnya yang juga tersedia di Qraved adalah My List, yaitu  pengguna kini dapat membuat daftar restoran pribadi yang dapat dikategorikan berdasarkan kriteria tertentu. Pengguna dapat menyimpan restoran favorit ke dalam daftar pribadi tersebut untuk memudahkan dalam memesan makanan. Cara kerja fitur My List sekilas sama dengan fungsi Bookmark.

Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, Qraved berhasil mengumpulkan lebih dari 1 juta pengunjung unik untuk layanannya. Saat ini Qraved mengklaim bahwa sebanyak lebih dari 20.000 restoran di wilayah Jakarta dan Bali telah terafiliasi dengannya.

Qraved juga mampu menghadirkan Qraved Journal yang secara lengkap menggali informasi restoran terkini, rangkuman tempat makan favorit hingga rekomendasi restoran sesuai budget. Semua di up-date setiap harinya dan telah berhasil di share bukan hanya oleh foodies tetapi juga media online lainnya.

“Kami benar-benar senang dengan respon positif terhadap konten kami dari para pengguna Qraved. Qraved Journal diciptakan untuk memudahkan para pencari makanan tanpa harus mencari di google atau mengunjungi situs lainnya untuk mencari rekomendasi tempat makan enak, ujar Steven Kim,Co-Founder, CEO Qraved.

Qraved merupakan startup lokal yang mampu bersaing dengan para pemain regional lainnya. Qraved telah membuat peningkatan yang signifikan dalam lokalisasi, itu semua terjadi karena culture Qraved adalah selalu mendengarkan keinginan pengguna kemudian menyesuaikan permintaan tersebut.

“Kuncinya adalah agar selalu memberikan konten lokal, kasual dan membantu mencari rekomendasi tempat makan yang diinginkan,” tambah Steven.

Tantangan terbesar Qraved saat ini bagaimana Qraved mampu untuk terus tumbuh sebagai teknologi online dan mobile, mengingat bahwa teknologi online dan mobile relatif baru untuk industri makanan dibandingkan dengan industri perhotelan.

Populer untuk konsumen, tidak signifikan untuk restoran

Aplikasi restaurant listing lumayan cukup berhasil menarik pelanggan baru, banyak potential new customer yang mengenali restoran kemudian datang dan mencoba hanya berdasarkan dari informasi dan review yang ada di aplikasi restaurant listing. Namun demikian masih belum familiarnya kalangan mainstream menggunakan aplikasi restaurant listing yang memang hanya populer dikalangan foodies dan food blogger saja, menjadi salah satu alasan mengapa pada akhirnya beberapa pihak restoran memilih untuk tidak menggunakan atau tidak memperpanjang penggunaan layanan yang ada di aplikasi tersebut.

Seperti yang diungkapkan oleh Nasya Nugroho pemilik restoran Hachimitsu,”Overall menurut saya aplikasi seperti restaurant finder, restaurant listing masih belum populer terutama dikawasan restoran saya di Jakarta Barat, culture dari orang-orang disini adalah makan langsung di restoran atau rekomendasi dari teman dan keluarga.”

Hal ini membuktikan pendekatan kepada restoran harus lebih banyak dilakukan, dalam arti memenuhi permintaan yang spesifik, mulai dari lokasi, tema restoran dan signature dish yang dihadirkan. Kedepannya restaurant listing dapat lebih memberikan perhatian kepada restoran yang belum terlalu mainstream, agar masyarakat umum bisa lebih aware dan terbiasa menggunakan aplikasi mobile pencari restoran.

About Yenny Yusra

Curiosity has always been a part of my life. With my love for technology with all digital entrepreneur aspects and related ecosystems, I hope to be able to provide relevant and insightful information for tech enthusiasts out there.

Leave a Reply

Your email address will not be published.