Ekosistem Startup di Indonesia Berpotensi Lipatgandakan Nilai Ekonomi

Indonesia merupakan negara dengan persentase ranking startup dunia yang menempati posisi ke-6, dengan total 2.400 startup di tahun 2022 yang sebagian besar berkembang di masa pandemi. Peringkat pertama ranking startup dunia ditempati oleh Amerika Serikat dengan 72.464 startup. Posisi kedua dihuni India dengan 13.833 startup.

Inggris menduduki posisi ketiga dengan total 6.385 startup. Kemudian, sebanyak 3.458 startup tercatat ada di Kanada, dan 3.332 di Australia. Urutan di bawah Indonesia ditempati Jerman yang memiliki total 2.318 startup.

Kini dapat dibuktikan bahwa masa pandemi bukan halangan bagi kalangan bisnis untuk berhenti berinovasi dalam menciptakan startup baru, baik di bidang edutech, healthcare, fintech, dan banyak lagi. Kebutuhan hidup di masa pandemi mengantarkan para pelaku industri kreatif digital untuk mencoba memenuhi kebutuhan hidup secara digital, dengan menggunakan aplikasi digital dalam setiap transaksi pembelian, seperti makanan, pakaian, obat, dan kebutuhan pokok lainnya.

Dengan adanya aplikasi digital tersebut terbukti membantu perekonomian sebagian masyarakat untuk mendapatkan penghasilan secara online, sehingga mendorong masyarakat lain untuk berbisnis secara online. Ini merupakan salah satu peluang bisnis baru yang patut untuk dikembangkan.

Peningkatan startup Indonesia di kancah global

Pergerakan startup Indonesia yang menempati posisi ke-6 dunia merupakan prestasi yang luar biasa. Dalam data pergerakan peningkatan startup dari tahun ke tahun yang terus mengalami peningkatan, bertumbuhnya startup baru di kalangan masyarakat kini mengantarkan Indonesia ke posisi 6 startup dunia.

Dapat dipastikan bahwa dengan segmentasi data, startup Indonesia dapat berkembang secara signifikan dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, seperti lembaga terkait, pemerintahan, instansi dan masyarakat. Dengan adanya pencapaian ini, nilai ekonomi Indonesia meningkat menjadi $77 miliar dan menjadi nilai ekonomi tertinggi se-Asia Tenggara.

Upaya pemerintah dalam membangun startup di Indonesia

Melihat data pergerakan kemajuan startup yang kian meningkat drastis, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate memberikan fasilitas kepada pebisnis digital melalui Gerakan 1.000 Startup setiap tahunnya demi menunjang keberhasilan pendanaan dan terwujudnya startup-startup baru yang berpotensi tinggi.

Gerakan tersebut memfasilitasi masyarakat dan pebisnis untuk mengetahui secara detail tentang startup dengan pendekatan system ignition, workshop, hacksprint, bootcamp, dan incubation.

Tidak hanya itu, peluang dalam mendapatkan pendanaan dari startup yang dibangun juga akan diberikan oleh pemerintah dengan melihat segmentasi kelayakan dan kebutuhan yang ada di masyarakat. Bukti pendukung lain dari pemerintah adalah dibukanya investasi startup baik dari dalam maupun luar negeri melalui konferensi Nexicorn.

Persentase kemajuan startup juga dipengaruhi oleh bidang usaha yang dikembangkan. Dari hasil pelusuran data, diketahui bahwa hampir 32% bidang usaha yang dikembangkan adalah bidang usaha startup general.

Data tersebut diambil dari Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) dalam buku Mapping & Database Startup Indonesia 2022, yang melaporkan bahwa terdapat 1.190 perusahaan rintisan (startup) baru di Indonesia. Selain itu, data dari MIKTI juga menunjukkan bahwa mayoritas startup tersebut berbadan usaha dalam bentuk perseroan terbatas (PT) dengan persentase 51,39%. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar startup di Indonesia telah memiliki perusahaan (PT) dalam menunjang kinerja pegawai dan performa startup yang sedang dijalankan.

Pembuktian perkembangan startup Indonesia yang mengalami peningkatan dapat dilihat dari munculnya aplikasi-aplikasi baru penunjang kebutuhan masyarakat yang memberikan kemudahan dalam menyelesaikan masalah secara online, cepat dan praktis. Selain itu, pemerintah memprediksi akan terjadi peningkatan secara signifikan dalam perkembangan startup di Indonesia pada tahun 2025, hampir dua kali lipat dari nilai ekonomi yang diperoleh saat ini.

Gambar header: Pixabay.

Artikel ini ditulis oleh Verlyna Dian Pratiwi, alumni program DNA #Cohort1 yang digagas oleh DailySocial.