Empat Hal Dasar yang Harus diperhatikan dalam Membangun Startup

Dalam membangun bisnis itu tidak ada resep pasti yang bisa menjamin kesuksesan. Akan tetapi, dengan banyak mendengar kisah-kisah di balik kesuksesan seorang pengusaha akan ada benang merah yang bisa ditarik untuk menjadi bahan pelajaran.

Salah satunya, belajar dari Andrew Tanyono. Dia adalah pendiri sekaligus CEO Promogo, startup yang bergerak di sektor car advertising. Perusahaan ini berdiri sejak tahun lalu.

Kini Promogo telah hadir di 20 kota, tersebar di kota tier ke-2 dan 3 dengan menggandeng 45 brand sebagai pengiklan. Jumlah mobil berstiker sekitar 4 ribu, total perjalanan mencapai 20 juta kilometer.

Secara bisnis, Promogo telah mencetak pendapatan bisnis sebesar US$1 juta dan telah membayar iklan ke pemilik mobil dengan total nilai Rp5 miliar.

Berbekal pengalaman mendirikan Promogo, Andrew berbagi tips empat hal dasar apa saja yang harus diperhatikan dalam membangun startup. Berikut rangkumannya:

Validasi ide

Menurut Andrew, ide itu adalah barang murah. Yang mahal adalah eksekusi. Pasalnya, semua orang memiliki ide, tapi belum tentu bisa mengeksekusinya. Dia juga menekankan bahwa dalam melakukan validasi ide, founder harus memiliki passion yang sama dengan bisnis yang akan digelutinya. Memiliki passion yang sama, dinilai akan lebih mudah dalam memvalidasi.

“Bahkan empat bulan Promogo sudah berdiri, validasi ide itu terus dilakukan karena saya sendiri enggak tahu hasilnya akan seperti apa karena saya selalu coba apapun ide yang muncul,” terangnya, Selasa (21/11).

Bangun tim yang tepat

Perjalanan tim Promogo sejak pertama kali dirintis, pergantian orang-orangnya cukup dinamis. Dari empat orang, berkurang jadi tiga, hingga Andrew sendiri. Sampai akhirnya tim Promogo kini sudah mencapai 25 orang.

Dalam mencari tim, sebelumnya founder perlu identifikasi kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Kemudian cari sosok yang dapat komplementer dengan founder.

Bijak mengalokasikan pengeluaran

Keuangan adalah nyawa perusahaan. Maka dari itu, founder tidak bisa sembarang dalam membelanjakan uangnya. Atau dengan kata lain sadar dengan kapasitas sendiri. Menurut Andrew, bila menempuh cara bootstrapping, jangan sampai besar pasak daripada tiang.

“Kalau founder tidak tahu uang yang keluar dan masuk itu ada berapa totalnya, sebaiknya lupakan [bangun startup] karena itu nyawanya perusahaan.”

Terus belajar

Apa yang Andrew lakukan saat merintis Promogo adalah banyak keluar rumah untuk mendatangi berbagai pertemuan bisnis. Dari sana, dia berkenalan dengan banyak orang untuk belajar dan berteman. Belajar, sambungnya, tidak harus duduk di bangku sekolah saja tapi bisa dari lapangan langsung.

“Jangan lupa untuk terus berbuat baik ke orang asing karena kita semua enggak ada yang tahu di luar akan ketemu siapa. Yang terpenting adalah skill, usaha, dan terus berdoa,” pungkas Andrew.