Google DevFest Jakarta telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu. Acara yang kurang lebih dihadiri oleh 750 orang dari berbagai kalangan ini menjadi semacam ruang temu antara para developer, pemilik startup, mahasiswa serta kalangan umum dengan berbagai teknologi, terlebih apa yang baru yang dikembangkan oleh Google.
Topik presentasi yang diberikan mulai dari Google+, update OS Android terbaru, HTML5, Google Apps, teknologi Google Cloud serta pemanfaatan API dari berbagai layanan Google.
Ada banyak pembahasan menarik, seperti tentang HTML5 serta berbagai topik lain, namun pembahasan tentang Android adalah salah satu topik yang saya perhatikan dan akan saya bahas di tulisan ini.
Pasar Android di sini berkembang cukup pesat, banyak merek ponsel/tablet yang menggunakan kendaraan OS ini untuk mendapatkan pengguna, yang berarti promosi yang besar, termasuk pendekatan para developer untuk membuat aplikasi. Meski pengguna di Indonesia belum bisa membeli aplikasi berbayar di Android Market secara mudah dan developer belum bisa menjual aplikasi berbayar, seperti juga yang dijelaskan oleh Ankur Kotwal, Android Developer Advocate yang menyampaikan presentasi tentang Android ini, namun pertumbuhan yang ada bisa disiasati dengan beberapa strategi, sambil menunggu perkembangan seputar ekosistem Android Market.
Ada sesi dengan dua topik tentang Android, yang pertama adalah yang berkaitan dengan Ice Cream Sandwich (Android 4.0) serta beberapa kemampuan teknologi baru yang bisa dilakukan developer dalam aplikasi di OS ini dan yang kedua lebih pada aspek bisnis – Android Market.
Presentasi pertama lebih pada update terbaru dari Android 4.0 (Ice Cream Sandwich) serta beberapa kreasi yang bisa dilakukan developer, terutama untuk pemaksimalan antara tampilan untuk smartphone dan tablet, tampilan dari elemen fitur yang ada di aplikasi – misalnya kamera, kemudian dijelaskan juga tentang Android Beam untuk fitur NFC.
Presentasi kedua lebih tentang Android Market dan sisi bisnis dari pengembangan aplikasi di sana, saya mencatat ada beberapa poin menarik misalnya telah ada lebih dari 190 juta perangkat Android per Oktober, ada 300.000 aplikasi di Android Market, serta sekitar 550.000 aktivasi aplikasi perhari dari seluruh dunia. Serta versi OS yang paling banyak digunakan adalah Gingerbread 2.3.3 – 2.3.7 (November 2011).
Ankur juga menjelaskan beberapa poin yang bisa dipelajari oleh para developer dalam mengembangkan aplikasi seperti sebaiknya pengembangan aplikasi bisa ditujukan untuk OS versi 2,1 ke atas serta memilih OS yang paling banyak digunakan di pasar.
Setiap developer akan mendapatkan dashboard untuk melihat data aplikasi mereka di Android Market, Ankur mengatakan bahwa sebaiknya para developer juga memaksimalkan data ini, dengan melihat negara mana yang paling banyak mengunduh, device apa yang digunakan, jadi para developer bisa memprediksi atau melakukan update sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Tentang featured apps, salah satu fitur yang bisa mendongkrak popularitas aplikasi di Andoird Market, Ankur menjelaskan bahwa penentuan aplikasi apa yang bisa masuk ke sini ditentukan oleh berbagai faktor, kombinasi dari banyak sinyal. Misalkan saja apakah aplikasi tersebut disukai pengguna? Apakah mereka terikat dengan aplikasi tersebut? Didasarkan pula dari review, jumlah aktivasi, komentar pengguna, prediksi. Intinya proses yang ada berubah-ubah.
Untuk ini para developer sebaiknya harus aktif ‘memelihara’ aplikasi mereka, selain itu juga membuat berbagai pendekatan menarik bagi para penggunanya, misalnya saja memberikan pesan-pesan keren untuk update atau jika ada kesempatan komunikasi. Layaknya produk lain, aplikasi juga harus bisa berkomunikasi baik dengan para penggunanya. Selain itu tampilan, screenshot serta sarana komunikasi untuk promosi aplikasi juga harus dibuat semenarik mungkin.
Dalam presentasinya, Ankur juga membeberkan beberapa tips yang harus dan jangan dilakukan untuk meningkatkan ranking, berikut saya tampilkan foto slide presentasinya.
Untuk perihal penentuan harga atau aplikasi gratis, Ankur juga memberikan beberapa saran, misalnya survei atas kategori yang sejenis kemudian menerapkan uji sensivitas harga, lihat mana yang paling menarik minat pembeli/konsumen. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, layaknya produk konsumen lain, penentuan harga juga menjadi faktor penting selain tampilan, promosi serta tentunya aplikasi itu sendiri.
Satu hal menarik lain yang dipresentasikan adalah tentang cara untuk menanggulangi bajakan. Ankur menjelaskan bahwa proses membajak aplikasi akan selalu ada, para pirate ini hampir selalu bisa menemukan strategi untuk melakukan aksi mereka, ada beberapa pendekatan yang bisa diterapkan oleh developer, misalnya pendekatan ke user secara langsung, alih-alih menyetop aplikasi dan mengirimkan pesan ‘kasar’, developer bisa mengajak pengguna yang membajak dengan ajakan yang lebih bersahabat, komunikasi lebih halus bisa membuat presuasi agar mereka mau membeli aplikasi atau setidaknya tidak menggunakan apliaksi bajakan. Pesan kedua dari slide ini bisa menjadi salah satu contoh.
Saya juga sempat berbincang sebentar dengan beberapa perwakilan dari Google di event tersebut, meski sayang saya tidak diperkenankan melakukan wawancara video (agar pembaca bisa juga menonton dan mendengarkan langsung) namun perihal pasar Android di Indonesia menjadi salah satu perhatian Google, baik itu dari pertumbuhan penguna, yang tidak lepas dari para vendor perangkat smartphone/tablet juga dari sisi developer. Jumlah peserta yang hadir juga bisa mengindikasikan hal ini.
Christine Songco Lau, SE Asia Lead, Developer Relations dalam penutupan acara DevFest kemarin juga menjelaskan bahwa mereka menambah ruang bagi peserta dan mengubah/menambah susunan acara, dari yang semula sampai jam 5 menjadi jam 7 malam.
Ankur dalam presentasinya tidak lupa menyinggung salah satu faktor penting dari ekosistem marketplace, tentang proses menjual aplikasi dan pembelian yang lebih mudah di Android Market. Meski tidak menjelaskan rencana detail untuk di Indonesia, beberapa kali Ankur mengatakan bahwa Google sedang mengusahakan untuk memperbaiki hal ini sehingga ekosistem pengembangan aplikasi terutama untuk bisnis bisa menjadi lebih baik, bisa mengembangkan aplikasi free serta berbayar secara lebih maksimal.
Saya secara pribadi juga berharap, meski saya yakin tidak semua yang hadir adalah pengembang, mamun apa yang disampaikan di acara DevFest kemarin bisa memberikan informasi yang bermanfaat, bukan hanya sekedar update dari berbagai tekonologi Google tetapi juga inspirasi untuk mengembangkan karya/produk atau layanan. Kemampuan teknologi terus berkembang, tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkannya agar tercipta hasil karya yang keren dan bermanfaat.
Berikut saya sertakan beberapa foto slide dari presentasi tentang Android di Google DevFest kemarin, teman saya Firman dari TeknoJurnal mencantumkan beberapa tautan materi DevFest, Anda bisa melihatnya di sini.
4 thoughts on “Event Report: Google DevFest 2011 di Jakarta”