Godsent Perkenalkan Roster Perempuan Pertama untuk Divisi VALORANT

Terlepas belum adanya struktur dan sirkuit yang pasti mengenai skena esports VALORANT, tim Godsent, dalam sebuah pengumuman di media sosial mereka, memperkenalkan roster line up VALORANT mereka. Roster terbaru Godsent terdiri dari kombinasi pemain FPS kawakan dan streamer yang seluruhnya adalah perempuan. Godsent menjadi organisasi esports pertama yang memiliki roster perempuan untuk game VALORANT.

Organisasi esports asal Swedia, Godsent, dengan yakin merekrut roster perempuan untuk game VALORANT sekalipun diiringi dengan respon pesimisme dari komunitas esports. Berdasarkan beberapa catatan, beberapa tim esports perempuan yang berlaga di beberapa divisi di Eropa, dinilai belum menunjukkan hasil yang cukup memuaskan.

https://twitter.com/GODSENTgg/status/1258493934306840582?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1258493934306840582%7Ctwgr%5E&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.hotspawn.com%2Fgodsent-announces-all-female-valorant-team%2F

Inisiatif yang kurang populer dan belum diiringi dengan hasil yang baik juga membuat respon dari komunitas esports menaruh ekspektasi lebih yang bisa menjadi tekanan bagi organisasi esports dengan tim perempuan. Di sisi lain ada juga masalah yang sangat serius dan membuat perempuan enggan dan ragu terjun sepenuhnya ke ekosistem esports.

Adapun esports dapat dipandang kegiatan yang positif. Secara umum jumlah gamers di dunia cukup berimbang dari segi gender maupun usia. Bahkan nyatanya ada kelompok umur lansia yang malahan terlibat aktif di skena esports.

Sayangnya sampai saat ini keberadaan pro player perempuan masih dipandang inferior daripada laki-laki. Padahal, esports adalah ekosistem  yang cukup inklusif, baik secara gender dan usia. Sedikit nasib baik akan memberi perbedaan jika sebuah tim esports perempuan bisa menunjukkan performa yang solid dan prestasi.

Permasalahan seolah tidak cukup, kerap kali perempuan mengalami diskriminasi sampai verbal harassment di dalam game environment. Di level casual gamers, perempuan menjadi tidak nyaman karena diremehkan atau berbagai perlakuan yang tidak menyenangkan. Beberpa esports personalities seperti streamer, pro player bahkan shoutcaster perempuan kerap menjadi sasaran. Keresahan akan kenyamanan bermain sudah semestinya menjadi pertimbangan bagi game developer.

Nyatanya, di waktu yang bersamaan tidak sedikit pro player perempuan yang mengukirkan prestasi yang membanggakan. Lambat laun persepsi negatif dan stigma terhadap gamer dan pro player perempuan seharusnya sudah bisa berkurang bahkan dihilangkan sepenuhnya di masa depan.