Terlepas dari fakta bahwa lemahnya infrastruktur internet yang dimiliki Indonesia jika dibandingkan negara-negara lain, tidak serta merta mengurangi minat masyarakat untuk berbelanja online yang dinilai jauh lebih mudah ketimbang harus belanja secara konvensional.
Menurut CEO Zalora Frederick Thomassen, salah satu faktor yang mendukung ialah penetrasi kepemilikan perangkat mobile di tengah masyarakat, yang belanjut pada aspek lainnya menghadirkan efek bola salju yang berantai. Menariknya, pertumbuhan e-commerce di Indonesia dinilai lebih cepat dari Tiongkok, negeri asal e-commerce raksasa asal Asia Alibaba.com.
Dalam wawancaranya dengan tim Okezone, Frederick mengatakan:
“Penetrasi seluler, penetrasi internet, PDB, penduduk kelas menengah yang terus meningkat dan cakupan 3G yang semakin meluas, semuanya meroket secara bersamaan. Menurut saya ini membuat pertumbuhan bisnis internet (e-commerce) lebih cepat dibanding Tiongkok,”
Turut diakui oleh Frederick bahwa akses internet merupakan krusial bagi industri e-commerce, namun hal tersebut justru bukanlah hambatan, melainkan tantangan untuk mengembangkan pola berbelanja online yang belum banyak dilakukan.
Kendati demikian, berbelanja secara online jauh lebih fleksibel dengan segala kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan. Menurut CEO Blibli.com Kusumo Martanto yang dikutip dari Wall Street Journal (3/3), selain dapat dilakukan langsung dari rumah, berbelanja online mengizinkan pengguna memiliki lebih banyak pilihan cara pembayaran. Tidak lupa kehadiran customer care yang melayani keluh kesah konsumen yang ingin mengganti, mengembalikan, atau refund barang yang telah dibeli, hal yang tidak bisa ditemui di kebanyakan toko offline.
Co-founder Vela Asia Susie Sugden juga menyatakan pernyataan yang selaras, “E-commerce berkembang karena masyarakat Indonesia semakin mudah terhubung ke internet dewasa ini, sementara toko offline tidak mampu memenuhi permintaan mereka.”
Merangkul industri lain
Untuk bisa bertahan di industri ini, ekspansi dapat dilakukan dengan mencoba membuka layanan baru di industri lain yang mampu menopang kinerja bisnis itu sendiri. Seperti cara yang ditempuh MatahariMall besutan Lippo Group. Setelah dikabarkan memiliki bisnis O2O (online to offline) yang merupakan salah satu solusi permasalahan logistik, kini pihaknya baru saja diberitakan siap memperkaya layanan mereka dengan menawarkan payment gateway tersendiri yang serupa dengan PayPal tahun depan.
Blibli sendiri telah memiliki delivery service yang baru saja dimulai, menyusul Lazada yang lebih dulu mengimplementasinya. Di masa mendatang, nampaknya perusahaan logistik pihak ketiga bakal tergeser dengan tren tersebut jika tidak mempersiapkan diri dengan lebih baik lagi.