Bukalapak memaparkan pencapaiannya di 2020. Dalam jumpa media yang diadakan virtual, Bukalapak menyoroti bagaimana pandemi Covid-19 memicu tren baru dan pergeseran perilaku konsumen di sepanjang tahun ini.
Pandemi mengakselerasi pertumbuhan pengguna internet di Indonesia. Sebagaimana disampaikan CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin dalam paparannya, terdapat penambahan pengguna internet baru dengan pertumbuhan 37%, sebanyak 56% berasal dari luar perkotaan.
Dari krisis kesehatan global ini, ia menyimpulkan tiga tren baru, yakni (1) orang menjadi lebih sadar pentingnya kesehatan, (2) mobilisasi terpusat di daerah rumah (home-centric), dan (3) pandemi mengakibatkan resesi yang membuat masyarakat lebih berhati-hati mengeluarkan uang.
Tentu bagi Rachmat, sektor e-commerce termasuk satu dari sekian sektor yang diuntungkan karena pandemi. Ia mencatat ada pertumbuhan GMV signifikan pada periode 2018-2020, yakni sebesar 200%.
Selama periode tersebut, perusahaan mampu mencapai pertumbuhan EBITDA 80% sebagai hasil dari juga upaya mengurangi cashburn. Saat ini, Bukalapak telah mengantongi 100 juta pengguna dengan 7 juta Mitra.
Dengan meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia, ujar Rachmat, ini menandakan bahwa platform digital memiliki peran signifikan terutama di situasi saat ini. Ia mengaku optimistis dengan pertumbuhan dan pengembangan Bukalapak di 2021.
“Kami tetap berkomitmen untuk melayani segmen underserved, tidak hanya customer sophisticated atau mereka yang melek digital dan tinggal di kota tier 1. Fokus kami menjangkau segmen tersebut karena dua pertiga dari transaksi Bukalapak berasal dari luar kota tier 1,” papar Rachmat.
Fokus 2021, ekspansi merchant hingga pengembangan inovasi
Ada tiga pilar utama yang menjadi fokus Bukalapak di 2021 antara lain talent atau SDM, pertumbuhan bisnis, dan permodalan. Dari sisi bisnis online marketplace, fokus utama Bukalapak adalah memperbanyak jumlah merchant baik C2C maupun B2C.
Bukalapak mencatat pertumbuhan signifikan, terutama dari segmen B2C melalui Bukamall dengan pertumbuhan 17% setiap bulan di sepanjang 2020. Per Desember 2020, transaksi Bukamall tumbuh 3,1 kali dibandingkan tahun lalu.
VP of Marketplace Bukalapak Kurnia Rosyada mengatakan bahwa pandemi membuat tren pasar jauh lebih cepat berubah dibandingkan tahun lalu. Perubahan tren produk bisa berubah dalam rentang waktu satu minggu.
Untuk mengantisipasi tren ini sekaligus mempermudah akuisisi merchant, Bukalapak menawarkan merchant fee sebesar 0,5% yang diklaim terendah dibandingkan platform sejenis. Penawaran ini mulai berlaku pada 11 Januari 2021 melalui program Super Seller.
Selain itu, Bukalapak yang baru saja memigrasikan infrastrukturnya ke cloud juga akan meningkatkan fitur baik untuk pelapak maupun pembeli. “Kami berencana mengembangkan fitur untuk mempermudah mitra berjualan, mulai dari meningkatkan kapabilitas untuk manage pembeli hingga analytic dashboard yang lebih baik untuk profiling pembeli,” jelas Kurnia.
Sementara itu CEO Buka Mitra Indonesia Howard Gani mengaku optimistis untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya di 2021. Ia melihat peluang besar untuk menginovasikan mitra warung ke digital, terutama jika mengacu pada penetrasi pasar yang selama ini masih didominasi oleh transaksi konvensional.
President BukaFinancial and Digital Victor Lesmana juga menyebutkan demikian. Peluang ini tercermin dari tingginya transaksi produk virtual dan finansial di sepanjang 2020.
“Ini menjadi strategi penting mengingat stickyness dan loyalitas dapat terbangun lewat satu aplikasi. Dengan begitu, ini dapat meningkatkan pendapatan mitra tanpa perlu repot mencari cara lain,” ujar Victor.
Adapun, perusahaan mencatat kenaikan jumlah Mitra Bukalapak hingga 50%. Dari kategori Digital Marketplace, Bukalapak mengantongi sebanyak 50 ribu pengguna dengan 100 ribu transaksi. Perusahaan juga mengalami peningkatan penggunaan QRIS untuk bertransaksi hingga dua kali lipat selama dua kuartal di 2020.
Soal IPO dan konsolidasi
Terkait isu konsolidasi yang tengah ramai dibicarakan, Rachmat menegaskan bahwa pihaknya belum terpikirkan untuk merealisasikan hal tersebut. Dengan target bisnis yang dimiliki tahun ini, pihaknya masih berkomitmen untuk tumbuh dan mengejar profitabilitas. “Kami masih ingin berdikari dan menjalankan Bukalapak sebagai stand alone company,” paparnya.
Kendati demikian, Rachmat menyebut bahwa pihaknya terbuka terhadap opsi IPO. “IPO adalah salah satu opsi untuk bisa mendapatkan dana dan memang perusahaan teknologi di masa tertentu ingin IPO. Kami terbuka dengan opsi itu dan sekarang sedang siapkan infrastrukturnya,” tuturnya.
Hal ini wajar mengingat Bukalapak berencana mengembangkan banyak inovasi di tahun ini. Rachmat mengakui bahwa pihaknya tengah fokus memperkuat basis permodalan dan infrastruktur sejak tahun lalu.