Uji Coba “Perampingan Data” Google di Indonesia Menggunakan Teknologi Transcoding

Google Jadikan Indonesia sebagai negara uji coba teknologi transcoding / Shutterstock

Mencoba mengatasi permasalahan rendahnya kecepatan Internet, terutama melalui akses 2G, Google mengembangkan teknologi “perampingan data” menggunakan metode transcoding. Indonesia adalah negara pertama yang akan merasakan uji coba teknologi terbaru Google ini dan bakal diimplementasikan 14 Mei mendatang.

Product Manager Google Search Team Hiroto Tokusei di artikel blog Google Indonesia mengatakan, Dalam dua minggu, kami memulai uji lapangan di Indonesia untuk memberikan hasil penelusuran yang disederhanakan dan halaman yang dioptimalkan ketika pengguna berada dalam sambungan seluler yang lambat, misalnya 2G.”

Teknologi  baru Google ini merupakan sebuah teknologi berbasis transcoding. Dengan teknologi ini Google berusaha merampingkan data yang di-load dengan menyederhanakan tampilan web atau situs yang diakses melalui mobile phone. Penggunaan teknologi ini diperkirakan bisa meningkat kecepatan akses hingga empat kali lebih cepat.

Selain akses yang lebih cepat, optimasi ini diklaim mampu menghemat penggunaan data hingga 80 persen.

“Eksperimen kami menunjukkan bahwa laman-laman ini dimuat empat kali lebih cepat dibandingkan laman aslinya dan mengurangi penggunaan byte (data) sebanyak 80 persen. Karena pengalaman keseluruhan pengguna kami menjadi lebih cepat, kami melihat peningkatan lalu lintas sebesar 50 persen ke laman yang dioptimalkan ini,” ungkap Tokusei.

Seperti dikutip dari Kompas, Tokusei mengungkapkan alasan mengapa Indonesia dijadikan sebagai negara pertama yang diuji coba dengan teknologi ini. Ia mengatakan, “Indonesia adalah negara yang menarik. Pengguna mobile di sana sangat aktif, pola penggunaan internetnya pun berbeda dari negara lain, dalam hal pemakaian untuk keperluan sosial atau messaging. Tapi koneksi mobile kondisinya kurang ideal.”

Keterbatasan teknologi transcoding

Meski terdengar menjanjikan dengan akses cepat dan penghematan data yang tinggi, Tokusei memaparkan bahwa tidak semua situs bisa dirampingkan dengan teknologi transcoding ini. Ia mencontohkan situs video sharing, dengan ukuran konten yang sangat besar, secara realistis tak akan mungkin jika diciutkan dan disebarkan melalui jaringan 2G.

“Contoh utama lainnya adalah website yang disesuaikan untuk pengguna secara pribadi, semisal Facebook. Jadi untuk sekarang kami belum memasukkan situs-situs semacam itu,” papar Tokusei.

Penyesuaian pribadi yang dimaksudkan adalah situs yang bersangkutan menggunakan fasilitas cookie atau situs yang mengharuskan melakukan identifikasi melalui login atau semacamnya, termasuk situs-situs layanan Google.

Sejauh ini optimalisasi transcoding difokuskan pada kegiatan pencarian informasi dengan mengunjungi halaman web melalui fasilitas Google Search.

Leave a Reply

Your email address will not be published.