Rekap Grand Final ESL Indonesia Championship S2: Usaha Keras BOOM Esports Mempertahankan Gelar

Akhir pekan lalu (15 September 2019) menjadi konklusi dari perjalanan panjang perjuangan tim Dota terbaik di ESL Indonesia Championship Season 2. Setelah fase grup sepanjang 6 pekan lamanya, kini hanya tinggal tersisa empat tim saja yang bertanding di Tennis Indoor Senayan.

Empat tim yang tersisa tersebut adalah BOOM Esports, EVOS Esports, dan PG. Barracx, Alter Ego. Dari hasil klasemen di pekan terakhir kemarin, hasil dari pertarungan yang terjadi mungkin bisa ditebak. Namun nyatanya, pemain-pemain yang bertarung di panggung mega ESL Indonesia Season 2 mengusahakan segalanya agar dapat merebut gelar tersebut dari BOOM Esports.

Semi-final 1 – EVOS Esports vs PG.Barracx

Pertandingan yang mempertemukan antara si muda dengan para senior di kancah Dota Indonesia. PG.Barracx sendiri sebenarnya menjadi salah satu tim muda yang diwaspadai di Indonesia. Terakhir kali, mereka berhasil menjadi wakil Indonesia untuk cabang Esports Dota 2 di SEA Games 2019.

Awal-awal permainan antara EVOS melawan PG.Barracx terbilang cukup imbang. Saling bertukar kill satu sama lain yang tidak banyak mengubah keunggulan net-worth. Semua itu berubah ketika EVOS melakukan invasi ke tower tier 2 PG.Barracx di lane bawah.

Sand King dari Adit “Aville” Rosenda menginisiasi serangan kepada Fahmi “Huppey” Choirul yang sedang lengah. Kawan-kawan PG.Barracx langsung teleport (TP) ke arah bawah, tapi mereka melakukan satu kesalahan yang cukup fatal.

Mereka TP dengan posisi yang terlalu saling berdekatan. Alhasil Sand Storm dari Sand King milik Aville, ditambah Calldown Gyrocopter dari Drew, menggerus HP para pemain PG.Barracx dengan cepat. Felix “Ifr1t” Deardo dan kawan-kawan terpaksa tersapu bersih dalam pertarungan ini. EVOS langsung menikmati kereta momentum ini untuk mempertahankan dan meningkatkan keunggulan sampai ke fase late-game.

Masuk menit 35, keunggulan EVOS secara net-worth sudah mencapai angka 20k. Ingin menyelesaikan pertandingan, EVOS mengambil Roshan. PG.Barracx mencoba melakukan perlawanan terakhirnya. Karena keunggulan item dan level yang sangat jauh, PG.Barracx tentu jadi kesulitan melawan Matthew “Whitemon” Filemon dan kawan-kawan. Terkena sapu bersih lagi, PG.Barracx terpaksa mengetik GG di game pertama.

Sumber:: Facebook ESL Indonesia
Sumber: Facebook ESL Indonesia

Pertarungan berlanjut pada game kedua. PG.Barracx kembali keteteran di pertengahan permainan, sempat kembali terkena wipe oleh EVOS. Namun mereka bertahan, bahkan sempat membalas, dan membuat EVOS terkena teamwipe di menit 27.

Tapi ternyata, teamwipe tersebut berdampak besar. PG.Barracx menikmati keunggulan net-worth sebesar 9k, mereka jadi lebih leluasa menekan EVOS. Keunggulan tersebut bahkan terus bertambah sampai jadi 18k bagi PG.Barracx di menit 40.

Memanfaatkan hal tersebut, mereka melakukan push di lane atas milik EVOS, demi mendapatkan kemenangan. EVOS yang sudah ketinggalan jauh mencoba sekuat tenaga menahan, namun mereka tak mampu lagi. Satu demi satu pemain EVOS tumbang, yang akhirnya memaksa mereka memberikan game kedua pada PG.Barracx.

Masuk game terakhir, EVOS tak mau memberi ruang bagi PG.Barracx untuk berkembang. Mereka menerapkan permainan agresif, mengungguli skor kill 15-4, dan net-worth sebesar 3k Gold.

Walau keunggulan sudah cukup besar, PG.Barracx sebenarnya masih punya kesempatan. Ifr1t dan kawan-kawan bahkan sempat berhasil membunuh 3 pemain EVOS dalam satu pertarungan, yang memberi mereka keuntungan berupa 1,8k Gold dan 3,5 XP.

Tetapi itu saja ternyata tidak cukup. EVOS masih tetap kuat, langsung membalasnya dengan sebuah teamwipe untuk PG.Barracx pada menit 20. EVOS yang sudah sangat kuat untuk menutup permainan, langsung melakukan serangan terakhirnya di menit 40.

Usep “FACEHUGGER” Setiawan melakukan Dream Coil yang langsung menusuk ke tengah jantung pertahanan PG.Barracx. Kehilangan dua pemain dengan tanpa buyback PG.Barracx akhirnya harus pasrah. EVOS menjadi finalis pertama ESL Indonesia Championship Season 2.

Semi-final 2 – BOOM Esports vs Alter Ego

Semi-final kedua ini sebenarnya cukup menarik. Ini mengingat kedua tim sama-sama punya merupakan pemain yang sudah cukup senior di kancah Dota 2 Indonesia. Alter Ego punya beberapa pemain kawakan yang sebenarnya potensial untuk kalahkan BOOM Esports seperti Farand “Koala” Kowara, Ramzi “Ramz” Bayhaki, ataupun Michael “KelThuzard” Samsir.

Kendati demikian, BOOM Esports layaknya masih terlalu kuat. Mencoba bermain lebih aktif, BOOM Esports berhasil amankan keunggulan skor kill 10-5 di menit 15. Pertarungan terus berjalan dengan cukup seimbang sampai menit 20an, tetapi Alter Ego beberapa kali kalah bertarung dan mengalami kerugian yang lumayan; kehilangan dua sampai hero inti.

Masuk menit 30, BOOM Esports sudah unggul cukup besar, skor kill 23-12 dan 8k net-worth. Tak mau terlalu berlama-lama mereka langsung saja menyerang mid-lane dengan gagah berani. Alter Ego dengan kekuatan seadanya tak kuat lagi menahan gempuran BOOM Esports. Game pertama dimenangkan oleh BOOM Esports.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Alter Ego kembali mencoba memberi perlawanan terbaiknya di game kedua. Kini mereka mencoba bermain late-game dengan mengamankan Alchemist untuk Rudy “MyDearest” Lucky Thutang. Namun BOOM Esports cukup tanggap dengan mengamankan hero-hero yang kuat di pertengahan game, seperti Legion Commander, ditambah dengan kombinasi apik Phantom Assassin dan Magnus.

Sama-sama butuh waktu untuk memperkuat diri, permainan berjalan adem pada 15 menit pertama. Namun BOOM tetap melakukan rotasi secara aktif, menculik satu demi satu pemain Alter Ego, yang semakin menumpuk pundi-pundi keunggulan BOOM Esports.

Pundi-pundi bagi BOOM Esports terus bertambah sampai tak terbendung lagi oleh Alter Ego. Pada menit 22, BOOM Esports sudah punya keunggulan skor kill 26-10 dan 13k Gold. BOOM Esports sudah bersiap di Lane bawah. Alter Ego setengah mati berjuang menahan gempuran, tapi semua jadi bencana ketika Invoker tertangkap, diikuti Alchemist, dan seluruh anggota tim.

Tak lagi punya buyback Alter Ego langsung saja mengetik GG. BOOM Esports lolos ke Grand Final.

Grand Final – BOOM Esports vs EVOS Esports

Akhirnya babak Grand Final mempertemukan peringkat satu dan dua dari klasemen terakhir di fase grup. Secara peringkat dan perbedaan poin, beda kemampuan BOOM dengan EVOS mungkin terasa beda tipis. Tapi nyatanya beda kemampuan BOOM dengan EVOS tetaplah jauh, baik dari secara pengalaman, ataupun mental pertandingan.

Kendati demikian, Vlaicu, Whitemon dan kawan-kawan tak pernah gentar, siapapun yang mereka lawan. EVOS Esports tetap mengusahakan yang terbaik melawan tim yang masih mengemban titel tim Dota terbaik di Indonesia.

Game pertama EVOS Esports sebenarnya masih bisa cukup mengimbangi fase early-game. Walaupun Omniknight dari Adit “Aville” Rosenda berkali-kali diberi tekanan, namun ia juga berkali-kali masih bisa kabur. Namun memasuki fase pertengahan, rotasi aktif yang dilakukan BOOM Esports terbukti bikin EVOS kesulitan mengikutinya.

Apalagi Earthshaker dari Dreamocel, yang bermain sebagai semi-support, berkali-kali bikin EVOS kerepotan karena Fissure yang tepat sasaran.  Mulai mengarah ke late-game EVOS jadi makin kesulitan. Kekurangan hard-carry bisa dibilang jadi salah satu yang membuat EVOS berat menghadapi BOOM Esports di late-game. EVOS menggunakan Lifestealer sebagai carry. Ditambah lagi mereka juga tidak punya hero inisiator yang biasanya jadi kombinasi dengan skill Infest milik Lifestealer.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Pada sisi lain, BOOM Esports punya Juggernaut. Ditambah dengan kehadiran skill Empower dari Magnus, membuat Juggernaut jadi semakin cepat farming. Benar saja, Lifestealer kesulitan mencari target saat masuk late-game. Walau mereka punya Repel Omniknight, namun Reverse Polarity yang tembus Spell Immunity berhasil membuat mereka keok.

Akhirnya momentum kekuatan BOOM Esports terus bergulir seperti bola salju yang terus dan terus semakin besar. InYourDream dan kawan-kawan hanya tinggal menutup keunggulan ini dengan kemenangan saja. Pertarungan di midlane pada menit 34 jadi momen tersebut.

Drew dari EVOS yang terlalu overextend langsung di-Hex oleh Fbz. Tak berkutik tanpa sang carry, EVOS jadi kekurangan damage. Satu per satu pemain EVOS mulai berjatuhan, mereka pun tak punya buyback. Sadar tak mampu lagi menahan, EVOS langsung saja mengetik “GG” sebagai tanda menyerah.

Masuk game kedua, EVOS Esports mencoba pertaruhannya dengan memberikan Morphling kepada Drew. Melihat hal ini, BOOM Esports tentu saja langsung bereaksi. Mereka pun mempersiapkan pertahanan dengan mengambil Omniknight di sisi mereka, dan sebagai pelengkap tentu saja; Earthshaker untuk Dreamocel.

Memainkan Morphling, wajar kalau fase awal EVOS Esports terbilang cukup pasif. Untungnya mereka juga mempersiapkan pertahanannya dengan mengambil Clockwerk, yang merupakan salah satu hero kuat untuk fase-fase awal. Keadaan sebenarnya cukup berimbang, tapi mimpi buruk bagi tim EVOS terjadi di menit 20.

Sedang berusaha mempertahankan top-lane, Morphling dari Drew sedikit terlambat merespon agresi BOOM Esports. Akhirnya, 4 punggawa EVOS tercerai berai gara-gara Flak Cannon Gyrocopter dengan kemampuan merusak yang sangat tinggi. Akhirnya semua pemain EVOS rata di momen tersebut, yang memberi keuntungan sebesar 2k Gold dan 6k XP pada BOOM.

Melihat kesempatan, BOOM mencoba menggedor midlane milik EVOS. Berusaha bertahan dengan segala daya dan upaya, Drew berhasil membayar kesalahan yang ia buat sebelumnya. Melakukan Morph ia berubah menjadi Earthshaker dan mengacak-acak formasi serangan BOOM Esports.

Peperangan tersebut berhasil membuat cukup kesulitan, tapi keunggulan net-worth masih tetap dipegang oleh BOOM. Setelahnya, BOOM kembali mengambil pundi-pundi kill dari momen ke momen, yang membuat keunggulan Fbz dan kawan-kawan jadi semakin besar.

Walau tinggal menutup keunggulan ini dengan kemenangan, namun pertandingan berjalan dengan cukup alot, membuat durasi pertarungan bahkan molor sampai 40 menit lebih. Saking alotnya, InYourDream bahkan sampai harus membuat Divine Rapier untuk Gyrocopter.

Dengan satu item mematikan tersebut, kemenangan bagi BOOM jadi semakin tak terhindarkan. EVOS Esports, kehilangan barrack di atas dan tengah, harus bertahan setengah mati di bawah. Tak kuat lagi menahan, EVOS Esports akhirnya terpaksa merelakan Ancient. BOOM Esports pun kembali menjadi pemenang dari ESL Indonesia Championship.

BOOM Esports soal Dominasinya di Kancah Lokal dan Persiapan Major

Kemenangan ini menjadi lanjutan koleks trofi kompetisi lokal bagi BOOM Esports. Ini juga jadi kemenangan kedua BOOM Esports, setelah mereka juga berhasil jadi juara di ESL Indonesia Championship Season 1.

“Ini salah satunya karena sistem yang ada di divisi Dota BOOM Esports sudah terbentuk dengan matang.” Ujar Alfi “Khezcute” Syahrin. “Ini juga mungkin karena BOOM Esports selalu berusaha sebisanya untuk menyelesaikan masalah internal tim dengan tanpa harus emosional, entah itu membahas soal mentalitas tim ataupun teknis permainan.” Khezcute membahas soal hal yang jadi alasan dominasi panjang BOOM Esports di kancah Dota lokal.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Kehadiran Analis dan Psikolog tim juga bisa dibilang jadi salah satu alasan lain tim Dota BOOM Esports yang makin kuat. “Analis sangat membantu dalam memberikan insight after game. Karena dia nggak main, jadi dia bisa melihat dan memberikan gambaran lebih luas atas apa yang terjadi di dalam permainan.” jawab Randy “Fervian” Muhammad Sapoetra.

“Kalau psikolog tim, kebetulan nggak tinggal bareng di GH. Biasanya dipanggil jelang kompetisi besar.” Fervian menceritakan cara kerja Psikolog tim yang mendampingi BOOM Esports.

Bertarung sengit dengan EVOS di babak final, Muhammad “InYourDream” Rizky juga memberikan sedikit komentarnya terhadap permainan EVOS. “Menurut gue EVOS mainnya kurang stabil sih. Mungkin karena pemain carry-nya bukan merupakan pemain awal roster Dota EVOS Esports.” IYD menjelaskan pendapatnya.

Kemenangan ini memberikan BOOM Esports total hadiah sebesar $6500 (sekitar Rp91 juta). Mereka juga mendapat kesempatan bertanding di kancah yang lebih tinggi, ESL Clash of Nations Bangkok 2019 (25-27 Oktober 2019) yang masuk dalam rangkaian acara Thailand Game Show. Ada 8 tim terbaik dari negara-negara Asia Pasifik (Indonesia, Malaysia-Singapura, Thailand, Vietnam, Australia-New Zeland, Filipina, dan India) yang akan memperebutkan total hadiah sebesar US$50 ribu pada turnamen tersebut.

Dapatkah BOOM Esports membuktikan dirinya di ESL Clash of Nation Bangkok 2019 nanti? Mari kita doakan saja agar mereka bisa mendapatkan hasil yang terbaik!