Halal Local, aplikasi direktori halal asal Bandung, siap menyambangi pasar Australia dan Asia Pasifik tahun depan melalui kerja sama B2B dengan mitra di negara tujuan. Lewat perluasan tersebut, Halal Local akan menyediakan direktori halal di negara tujuan, baik berupa masjid maupun restoran untuk para pelancong.
CEO Halal Local M Senoyodha Brennaf menuturkan, dalam skema B2B ini perusahaan akan menyediakan API yang bisa diintegrasikan dengan platform milik mitra, sehingga para penggunanya bisa terhubung dengan database dari Halal Local saat ingin mencari destinasi halal.
“Halal Local akan ada di balik layar, bantu menyediakan konten untuk mitra, sehingga nanti turis bisa lebih mudah menentukan keputusan saat ingin mendapatkan itinerary halal yang bagus,” ujar Senoyodha, saat ditemui di Startcon 2018 bersama Kedutaan Besar Australia Jakarta dalam rangka Digital Indonesia Media Visit di Sydney, pekan lalu (1/12).
Untuk mendukung rencana ekspansi tersebut, Halal Local tengah menjajaki kerja sama strategis dengan pemain direktori halal dari New Zealand yang sudah 10 tahun menggeluti sektor yang sama. Diharapkan nantinya menghasilkan jaringan dan basis data yang kuat. Yodha memperkirakan proses ini bakal rampung pada Mei 2019 mendatang.
Halal Local sudah mendapat pendanaan eksternal sebanyak tiga kali dari angel investor, Bekraf, dan Kemenristekdikti. Bila ditotal jumlahnya sekitar 950 juta Rupiah.
Perusahaan masuk ke dalam enam besar untuk kompetisi pitching global Startcon 2018 untuk memperebutkan hadiah investasi sebanyak AUD 1 juta (sekitar 10 miliar Rupiah). Namun sayangnya Halal Local harus mengakui keunggulan dari startup Australia yakni Daitum yang bergerak di bidang kecerdasan buatan.
Himpun basis data dari berbagai pihak
Konsep B2B ini dilakukan oleh Halal Local setiap kali ingin melakukan ekspansi ke luar negeri. Jepang menjadi negara pertama yang disambangi Halal Local.
Perusahaan menerapkan konsep bisnis kepada para mitranya yang bergerak di berbagai industri seperti agen travel, maskapai penerbangan, perhotelan, dan lainnya.
Selain Jepang, Halal Local juga sudah hadir di Singapura, Malaysia, dan beberapa negara di kawasan Asia dan Eropa lainnya.
Yodha, panggilan akrab dari Senoyodha, menuturkan konsep B2B lebih mudah untuk diterapkan dan memiliki pasar yang jelas, ketimbang harus memakai strategi B2C. Pasalnya, B2C berarti mendorong Halal Local untuk membuat transaksi di dalam aplikasi. Di sisi lain, pasar di segmen ini belum siap untuk menerima itu karena butuh unsur keamanan dan banyak konsumen yang masih ragu.
“Next 2019 kita mau ke Australia dan 2020 mau ke Tokyo Olympic Games 2020.”
Dalam menyediakan basis data direktori halal, Yodha menjelaskan perusahaan melakukan pendataan dengan berbagai metode. Di antaranya ada yang didapat dari lembaga sejenis MUI (Majelis Ulama Indonesia), lembaga dewan masjid, dan komunitas. Selain itu data juga didapat dari pihak ketiga seperti pemain di sektor yang sama. Pengguna Halal Local dapat turut berpartisipasi memberikan masukan.
Halal Local telah merangkum lebih dari 50 ribu restoran halal dan 150 ribu masjid yang tersebar di 110 negara di seluruh dunia. Secara penetrasi, pengguna Halal Local terbanyak berada di Timur Tengah dan Uni Emirat Arab (26%), Indonesia (25%), Amerika Serikat dan Kanada (12,5%), Eropa (7,6%), Inggris (5%), Jepang dan Korea Selatan (1,3%), Australia (1,1%), dan negara lainnya (21,5%).
Pengembangan fitur
CTO Halal Local Nurma Larasati menambahkan, saat ini perusahaan sedang mengembangkan fitur stiker bertanda “certified halal” sebagai tambahan layanan untuk para mitra restoran yang sudah listing di Halal Local. Stiker ini dibuat berbeda-beda sesuai dengan tingkat halal yang diterapkan setiap manajemen restoran, ada yang semi-halal atau full-halal.
Yodha menjelaskan selain menandakan halal, stiker juga dilengkapi dengan kode QR yang dapat dipindai oleh pengguna saat ingin mencari tahu lebih lanjut informasi tentang restoran tersebut di situs Halal Local. Fitur ini sudah digulirkan sejak November 2018, di Bandung sekitar 2-3 restoran sudah memanfaatkannya, menyusul Jepang ada sekitar 4-5 restoran.
“Kan listing restoran di kita itu free, model bisnis kita itu freemium. Jadi setelah listing, kami tawari mereka lagi mau tidak pasang iklan. Nah salah satunya itu adalah stiker QR yang ditempelkan di depan toko mereka.”
Fitur stiker ini menurut Yodha akan lebih difokuskan ke bagian daerah yang memiliki popularitas Muslim yang minim, seperti Bali dan luar negeri, agar fungsinya lebih efektif.
Aplikasi Halal Local sudah diunduh 6 ribu kali sejak pertama kali hadir di April 2018.