Hey Startup, Mungkin Ini Saatnya Anda Membutuhkan Kultur Korporat dan Bereskan Perusahaan Anda!

Dalam dunia startup/wirausaha teknologi, kurangnya apresiasi terharap budaya ‘korporat’ bisa terlihat jelas. Adalah menjadi alasan utama orang terjun ke dunia startup, dimana semuanya begitu cepat, agile, spontan, dan tidak ada birokrasi seperti dunia korporat. Tetapi, ada alasannya mengapa budaya korporat tetap bertahan sampai sekarang dengan ukuran yang luar biasa besar, dan alasan itu adalah organisasi dan skalabilitas.

Pikiran tentang budaya anti kemapanan, anti korporat, hal tersebut harus dihentikan, setiap wirausaha akan menyadari hal ini pada suatu tahapan tertentu dalam perusahaan mereka. Ketika perusahaan Anda baru dimulai, terutama untuk perusahaan teknologi, konsep agile, pergerakan cepat, spontan dan budaya ambil resiko harus dipelihara untuk mendapatkan produk yang inovatif agar bisa dirilis, mendapatkan umpan balik sebanyak mungkin, melakukan revisi dan terus berkembang. Untuk pengembangan produk, pendekatan ini bekerja secara baik.

Tetapi dalam perkembangannya, ketika perusahaan ada mulai menjadi matang, budaya perusahaan juga harus ikut menjadi lebih matang. Semakin besar ukuran perusahaan Anda, semakin banyak produk yang dimiliki, lebih banyak konsumen/klien yang ada atur, ketika itulah Anda membutuhkan untuk memasukkan budaya korporat dalam perusahaan Anda. Tentu saja akan ada muncul konflik di sini dan di sana, tetapi ini adalah penyesuaian yang dibutuhkan. Budaya korporat membantu Anda untuk mengatur operasi Anda dengan lebih efisien dan tetap efektif.

Pengalaman pribadi saya dalam menjalankan DailySocial, startup bisa jadi sangat berantakan ketika masuk dalam urusan operasional (keuangan, HR, legal, dll) dan lebih banyak waktu yang Anda buang untuk menolak budaya korporat, semakin cepat perusahaan Anda akan mati. Saya bilang pada Anda, akan menjadi sulit untuk startup dalam menyambut budaya korporat, tetapi hal ini menjadi langkah penting jika Anda ingin membawa perusahaan Anda ke tingkatan yang lebih tinggi.

Perusahaan seperti Apple, Google dan Facebook dimulai sebagai perusahaan produk dengan pada teknisi rock star yang tidak mendengarkan orang lain dan hanya fokus pada produk dan hanya itu saja. Tetapi setelah perusahaan tersebut masuk ke bisnis NYATA, mereka menyewa seseorang dengan latar belakang korporat yang kuat yang tahu bagaimana caranya mengatur orang dan bisnis, misi mereka adalah untuk merapihkan lini operasi dan menyiapkan perusahaan untuk bisnis yang lebih besar.

Apple merekrut Sculley, Google merekrut Schmidt, Facebook merekrut Sandberg.

Jadi wahai para startup, ketika perusahaan Anda sedang dalam masa dimana Anda membutuhkan untuk mengembangkan operasional perusahaan, saya pikir memiliki seseorang dari latar belakang korporat bisa menjadi pilihan yang baik. Tentu saja tidak ada cara benar/salah untuk menjadi pengusaha, selalu ada pengecualian. Tetapi tetap saja, saya pikir kita bisa belajar dari BANYAK budaya korporat daripada hanya mengolok-olok dan menyangkalnya.

Lagi pula, Anda tidak ingin perusahaan Anda tetap menjadi ‘startup’ selama hidupnya bukan?

h/t: Heriyadi Janwar dan William Henley untuk memulai percakapan yang akhirnya memicu tulisan ini.

About Rama Mamuaya

Founder, CEO, Writer, Admin, Designer, Coder, Webmaster, Sales, Business Development and Head Janitor of DailySocial.net. Contact me : rama@dailysocial.net

Leave a Reply

Your email address will not be published.