Beberapa tahun belakangan, semakin banyak perusahaan non-endemik yang tertarik untuk masuk ke dunia esports. Alasannya, mereka tertarik untuk mendekatkan diri dengan audiens esports, yang kebanyakan merupakan generasi milenial dan gen Z. Di Indonesia, tren ini juga terjadi. Tidak jarang, turnamen atau kegiatan esports disponsori oleh perusahaan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan esports, seperti bank atau perusahaan e-commerce.
Dampak Esports ke Bisnis Non-Endemik
BCA telah terjun ke dunia esports sejak 2018. Ketika itu, mereka mengadakan promosi bersama UniPin. Tahun lalu, mereka juga mendukung Piala Presiden. Armand Hartono, Deputy President Director BCA menjelaskan dampak yang dirasakan oleh BCA setelah ikut aktif dalam mendukung kegiatan esports dalam acara bertajuk “Leverage Your Business with Esports” yang diadakan pada Rabu, 28 April 2021. Dia mengungkap, salah satu efek positif yang BCA dapatkan adalah branding yang lebih kuat, khususnya di kalangan fans esports.
“Perkembangan esports tidak seperti olahraga tradisional, yang perlu hingga puluhan tahun. Pertumbuhan esports eksponensial,” ujar Armand. Lalu, kenapa BCA menargetkan fans esports? Armand menjelaskan, BCA tertarik untuk mendekatkan diri dengan komunitas esports adalah karena di Indonesia, generasi muda memang mendominasi demografi negara. “Kita mengikuti demografi Indonesia, memang banyak yang muda. Kita ikuti apa yang mereka mau. Dengan begitu, kita akan lebih diterima di kalangan generasi muda,” katanya.
Sementara itu, keuntungan konkret yang didapatkan oleh BCA dengan aktif di dunia esports adalah meningkatnya jumlah transaksi di aplikasi mereka. Armand bercerita, pada aplikasi BCA Mobile, terdapat fitur lifestyle, yang dapat digunakan untuk membeli tiket pesawat, voucher game, dan produk lain terkait gaya hidup. Dia mengungkap, pembelian voucher game berkontribusi 70% dari total transaksi di aplikasi tersebut. Meskipun begitu, dia mengatakan, dari segi nilai transaksi, pembelian tiket travel tetap lebih besar.
Tak hanya pelaku bisnis, bahkan pemerintah pun menunjukkan ketertarikannya pada sektor esports. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyebutkan, salah satu alasan mengapa pemerintah kini semakin tertarik dengan dunia game dan esports adalah karena kedua industri itu terbukti bisa bertahan melalui pandemi. Memang, secara global, industri game justru diuntungkan oleh pandemi. Sementara itu, banyak turnamen esports yang menjadi pengganti dari kompetisi olahraga tradisional. Walau, tak bisa dipungkiri, sebagian pelaku esports mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan selama pandemi.
Ke depan, Sandiaga berharap, event esports akan bisa digelar di kawasan wisata yang menjadi prioritas pemerintah, seperti Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupan. Harapannya, hal ini akan mendorong wisatawan untuk berkunjung ke tujuan wisata tersebut. Memang, sebelum pandemi, terbukti bahwa event offline esports bisa menarik pengunjung dari luar kota atau bahkan dari luar negeri. Misalnya, turnamen Rainbow Six Siege Raleigh Major yang diadakan pada 2019 memberikan sumbangan ekonomi langsung sebesa sekitar Rp20,5 miliar.
Mengembangkan Game Esports Lokal, Mungkinkah?
Industri game di Indonesia punya potensi yang cukup besar. Berdasarkan data dari Newzoo, pada 2019, Indonesia merupakan pasar gaming terbesar ke-16 di dunia, dengan nilai industri mencapai US$1,31 miliar. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan pasar gaming terbesar. Sementara itu, menurut perkiraan dari Statista, nilai industri game di Indonesia akan mencapai US$1,49 miliar. Mobile game menjadi kontributor utama, diikuti oleh game PC dan game konsol.
Dari segi popularitas, Mobile Legends: Bang Bang masih menjadi raja di Indonesia. Sementara gelar game terpopuler kedua diduduki oleh PUBG Mobile, diikuti oleh Free Fire di posisi ketiga. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di bawah, semua game terpopuler di Indonesia merupakan game esports, menurut data dari GDP Venture.
Walau industri game punya potensi besar di Indonesia, pemerintah sadar bahwa kebanyakan game yang beredar di Tanah Air merupakan game buatan developer asing. Begitu juga dengan game-game esports yang populer di Indonesia; kebanyakan merupakan game dari mancanegara. Karena itu, pemerintah ingin mendorong developer lokal agar bisa membuat game esports. Terciptalah Lokapala, yang akan dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021.
Ketika ditanya tentang potensi pengembangan ekosistem game esports lokal, Co-founder EVOS Esports, Hartman Harris percaya, hal itu bukan sesuatu yang tidak mungkin. “Sekarang, medan esports sangat Jakarta-sentris. Karena, dari segi infrastruktur, seperti stadion dan lain-lain, masih terpusat ke Jakarta. Tidak tertutup kemungkinan, dalam satu atau dua tahun ke depan, komunitas esports akan lebih tersebar, ke Kalimatan, Sulawesi, atau bahkan Papua,” ujarnya.
Lebih lanjut, Hartman menyarankan, bagi developer yang hendak membuat game esports, mereka harus memerhatikan komunitas dari game itu. Dia menyebutkan, developer sebaiknya fokus untuk membangun komunitas gamer yang berkualitas, tanpa harus terlalu terpaku pada kuantitas. “Satu orang gamer yang benar-benar hardcore itu lebih berharga dari satu juta followers yang nggak aktif sama sekali,” ungkapnya. “Komunitas yang hiperlokal itu sangat berharga.”
Sementara itu, Hans Saleh, Country Head, Garena Indonesia percaya, hanya karena telah ada game esports yang populer di Indonesia, hal itu bukan berarti tidak ada ruang bagi game esports lain. Dia mengatakan, beberapa game esports bisa tumbuh bersama tanpa harus saling menganibal viewers atau gamers satu sama lain. “Penonton kan bisa saja mau menonton lebih dari satu game atau turnamen,” ujarnya. Dia membandingkan skena esports dengan dunia olahraga tradisional. Tidak tertutup kemungkinan, fans sepak bola menonton pertandingan basket. Begitu juga dengan game esports.
Soal karakteristik game esports, Hans menjelaskan, salah satu hal yang membedakan game esports dengan kebanyakan game lainnya adalah game esports cenderung lebih kompetitif. Selain itu, kebanyakan gamer yang bermain game esports cenderung lebih serius. Pasalnya, mereka memang ingin mengejar gelar juara.