Ingin Ciptakan Founder Startup Berkualitas, Bank DBS Bergabung sebagai Mentor Founder Institute

Bank DBS kini menjadi mentor untuk program pelatihan entrepreneurship Founder Institute. Inisiasi ini dipilih lantaran untuk dukung fokus Bank DBS bertransformasi dari bank konvensional menjadi bank digital bermindset startup yang berorientasi pada inovasi.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai mentor, Bank DBS bersama dengan tim ahlinya yang bergerak di bidang inovasi dan digitalisasi akan memberikan pengarahan kepada seluruh peserta Founder Institute selama program berlangsung hingga berakhir.

“Melalui Founder Institute, kami ingin gandeng para pendiri startup untuk saling berbagi mengenai berbagai trends startup serta ekosistem pendukungnya. Kami berharap DBS dapat menjadi bagian dan berkontribusi pada perkembangan startup ini melalui berbagai inovasi yang ditawarkan termasuk digibank,” terang Director of Consumer Banking Bank DBS Indonesia Wawan Salum dalam keterangan resmi.

Di skala global, Bank DBS telah mendirikan DBS Innovation Center di Singapura sebagai pusat proyek inovasi DBS dan wadah bagi 22 ribu karyawan DBS dalam melakukan riset dan pengembangan inovasi yang dinamis. Bank DBS juga bekerja sama dengan fintech global untuk mengembangkan ekosistem startup, yaitu Kasisto, SoftToken, lokal fintech (E2B).

Fokus Founder Institute batch ketujuh

Secara terpisah, Director Founder Institute Richie Wirjan mengatakan Bank DBS kini bergabung sebagai mentor untuk batch ketujuh dari program yang sudah dijalankan sejak 2010. Untuk batch kali ini, pihaknya menerima 1200 aplikasi pendaftaran. Yang lolos sejauh ini berjumlah 81 orang yang berasal dari berbagai bidang.

“Sekarang [yang tersisa dari 81 orang yang lolos] tinggal 21 founder startup karena setiap minggu itu ada evaluasi. [Founder startup] yang enggak perform, biasanya mereka akan drop out sendiri. Batch akan selesai di pertengahan Maret 2018,” terang Richie kepada DailySocial.

Untuk masuk sebagai peserta Founder Institute, lanjut Richie, seluruh partisipan yang bergabung diharuskan telah lolos screening melalui Entrepreneurial DNA Test. Fokus program ini adalah diri founder startup itu sendiri.

Partisipan berasal dari berbagai perusahaan startup, ada yang sudah punya ide tapi belum 100% yakin. Ada juga yang sudah jalan selama 1-2 tahun tapi masih butuh tuntunan yang lebih mendalam. Bahkan banyak juga yang bergabung tapi belum punya ide sama sekali. Mereka menjalani program pelatihan berbayar yang berjalan selama kurang lebih empat bulan.

“Ide bisa berubah-ubah, tetapi karakter dan attitude dari para founder yang kami bangun. Fokus kami tetap sama dari dulu, ingin memastikan munculnya para founder berkualitas yang tahan uji dan menciptakan startup yang berdampak buat masyarakat banyak.”

Untuk sementara ini, ada lima startup yang memiliki penilaian paling tinggi dibandingkan partisipan lain. Kelima startup itu adalah sebagai berikut:

1. Marcopolo.id, situs B2B Marketplace yang membantu pemasok menjual produk kepada pembeli dalam jumlah banyak dengan Group Buying System

2. SmartBee, aplikasi mobile yang membantu guru prasekolah untuk fokus pada pengembangan siswa dengan memungkinkan para guru berbagi analisis, laporan, penilaian, dan gambar dengan banyak orang tua secara real time

3. Ayoslide, aplikasi iklan Android yang membantu brand online berinteraksi dengan pengguna ponsel secara langsung dari layar kunci smartphone dengan insentif (virtual cash) dan hadiah mengejutkan

4. Eddemy, perusahaan SaaS B2B yang menyediakan sistem manajemen pembelajaran untuk sekolah dan meningkatkan kolaborasi antara orang tua, guru, dan siswa dalam satu platform menggunakan aplikasi situs web dan seluler

5. Napro (Nabung Properti), platform crowdfunding untuk berinvestasi secara patungan di properti.