Ini Strategi BeautyTreats Hadapi Kendala di Sektor Layanan Kotak Kecantikan

Adalah impian yang menjadi kenyataan bagi para penggemar produk kecantikan dan perawatan sedunia: Mendapat kiriman satu kotak sampel produk kecantikan –mulai dari krim wajah hingga cat kuku— tiap bulannya. Indonesia pun tidak luput dari fenomena ini. Hanya saja, sukses tidak berlangsung lama. Ada kendala utama yang menghalangi layanan kotak kecantikan untuk bisa sukses besar dan booming layaknya sektor e-commerce.

Beberapa waktu yang lalu, DailySocial mengabarkan berita tutupnya layanan kotak kecantikan Lolabox. Penyebabnya adalah mereka tidak bisa mengatasi masalah jarangnya pengadaan sampel produk kecantikan. Sulitnya mendapat produsen yang mau menyediakan produk sampel membuat kuota peminat dan ketersediaan sampel tidak sejalan. Akhirnya jalan satu-satunya harus terpaksa menutup layanan.

Jauh berbeda dengan kondisi yang dialami layanan sama di luar negeri, terutama Amerika Serikat yang kian berkembang. Memang, sebenarnya di Amerika Serikat ada juga kendala semacam ini. Perusahaan-perusahaan kosmetik besar yang punya jaringan toko dan pemasaran luas juga tidak bisa memberikan sampel produknya dalam jumlah terlalu banyak untuk layanan ini. Hanya saja, hal ini bisa tertolong oleh tingginya minat perusahaan kecantikan yang mau bergabung dengan layanan ini dan lebih jelas dan lebih mudahnya penanganan perizinan produk kosmetik oleh direktorat jenis produk terkait

Pemain lain, Beauty Treats, juga menyediakan layanan kotak kecantikan serupa. Nah, seperti Lolabox, kendala langkanya ketersediaan sampel produk ternyata juga dialami oleh BeautyTreats.

“Peminatnya memang banyak. Kami memulai beroperasi dari 500 pelanggan, kemudian meningkat hingga 3000 orang, bahkan hingga sekarang sudah mencapai 20.000 pelanggan. Namun, memang supply sample dari brand tidaklah besar,” ujar Romeo B.S. Reijman, Chief Executive Officer, Beauty Treats.

Romeo mengakui sejak awal sudah mengenali masalah ini, maka ia pun, sejak Oktober 2013 lalu, lebih fokus kepada sisi e-commercenya dengan membuka gerai kecantikan online. Saat ini bisa dilihat bisnis utama dari BeautyTreats memang bukan sekadar layanan kotak kecantikan tetapi juga menjadi gerai  toko online produk-produk kecantikan.

Beralih fokus kepada toko online produk kecantikan, bukan berarti layanan kotak kecantikan ditutup total. “Hanya disesuaikan dengan supply. Sistemnya tidak dibuat berlangganan lagi perbulan, sebab mustahil menyediakan sampel untuk seluruh pelanggan tiap bulan, melainkan menjadi hanya per box. Jadinya hanya campaign. Misalnya seperti nanti jelang lebaran akan ada promo beberapa box, siapa cepat dia dapat, jadi dibatasi sesuai supply yang tersedia,” imbuh Romeo.

Romeo mengatakan bahwa primadona penjualan dari gerai kecantikanya masih kosmetik, kemudian diikuti skin caredan aksesoris.

Dalam hal penjualan produk kecantikan, Romeo mengatakan hingga kini tidak ada kendala yang cukup berarti. Untuk meningkatkan penjualan Ia mengatakan masih menggunakan cara-cara yang umum dilakukan banyak pelaku bisnis lainnya seperti melakukan promo-promo melalui menarik melalui media seperti Facebook, Instagram, dan sebagainya.

 Saat ini Beauty Treats kurang lebih melayani layanan sekitar 100 pesanan per hari dengan transaksi per-pelanggan mencapai Rp 300.000.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Leave a Reply

Your email address will not be published.