Dilihat dari segala metrik saat ini Indonesia sangat menarik dan menjanjikan untuk mendirikan startup. Investasi pun mulai banyak masuk, mendanai startup dari dalam hingga luar negeri. Managing Partner 500 Startup Khailee Ng, Co-founder East Venture Wilson Cuaca, Partner Monk’s Hill Ventures, Founding General Partner Takeshi Ebihara, dan Managing Partner Ideosource Andi Boediman bicara tentang alasan dan tantangan investasi startup di Indonesia sebagai bagian dari Echelon Jakarta 2015.
Setiap investor atau Venture Capital memiliki pandangan dan ketertarikan tertentu kepada bisnis, serta pendirinya. Mereka memiliki gaya berinvestasi yang berbeda-beda.
Gaya dan preferensi investasi
Khailee memiliki gaya investasi yang tidak terlalu memfokuskan pada pasar mana yan akan dipilih oleh startup. Khailee lebih melihat kepada rencana dan dari mana pemasukannya nantinya.
Sedangkan Wilson, salah satu investor yang paling aktif di Indonesia dan memiliki portfolio startup yang sangat beragam mulai dari e-commerce hingga EduTech mengemukakan bahwa gaya investasinya adalah cepat. Selain itu timing juga menjadi bagian penting dalam mengucurkan dana pada startup. Waktu peluncuran produk yang tepat, dan layanan yang pas yang dihadirkan oleh startup untuk market tertentu akan mendapatkan hasil yang optimal.
Lain lagi dengan Ebihara yang lebih memilih melakukan investasi di area startup consumer mobile. Ebihara mengatakan ia lebih suka untuk berinvestasi dengan lokal founder yang mengenal pasar dengan baik.
Ekosistem startup di Indonenesia di mata Investor
Stefan melihat Indonesia masih “sehat’ untuk berinvestasi. Ia juga belakangan memerhatikan bahwa pertumbuhan co-working space, inkubator, makin banyak startup bermunculan, serta dana mengalir menjadi tanda cukup sehatnya ekosistem. “Ekosistem sedang bertumbuh sehat jadi optimis untuk pasar Indonesia”
Namun dengan semua pertumbuhan yang menggembirakan, Ebihara masih melihat Indonesia hingga saat ini masih tertingal dalam hal jaringan internet (atau kondisi infrastruktur). Sedangkan untuk peluang dan potensi masih sangat besar.
Selain infrastruktur Khailee juga menambahkan bahwa, masalah yang perlu diperhatikan startup Indonesia adalah cara mereka menggunakan dana investasi. “Harus ada lebih banyak pengetahuan bagi mereka (para founder startup) untuk hal ini,” tuturnya.
Startup yang dicari untuk investasi
Selain gaya berinvestasi, para panelis juga memiliki cara melihat yang berbeda dari startup yang ingin mereka danai. Satu yang disepakati mereka semua adalah melihat pendirinya. Perbedaannya, Khailee lebih melihat dua sisi pengusaha dalam diri founder, pertama yang fokus kepada bisnis, dan ke dua fokus kepada relasi. “Perpaduan keduanya akan sangat baik,”
Wilson menambahkan soal perpaduan yang baik bagi seorang founder adalah yang memiliki visi global namum sangat mengerti pasar lokal.
Ebihara punya pendapat lain lagi, ia justru mencari pendiri yang fokus membangun produknya. Artinya tidak perlu memikirkan monetisasi lebih dahulu. “Tunjukan produk Anda, dan kita bicara,” tantangnya.
Stefan juga melihat founder menjadi kunci yang penting. Selain itu Ia juga mengatakan ada tiga hal yang menjadi penting founder, market size, dan bisnis model. “Namun founder tetap yang paling penting. Sebab model bisnis bisa berubah, namun yang dibutuhkan adalah founder yang mampu mengikuti perubahan tersebut,” pungkasnya.