Mengejar Ketertinggalan Jaringan Internet Indonesia Dengan Program Rencana Pitalebar Indonesia

Tertinggalnya Indonesia dalam hal pemerataan jaringan dan kecepatan akses internet dibandingkan dengan negara-negara lain bukanlah cerita baru. Masalah yang cukup klasik ini kerap disebut sebagai penghambat pertumbuhan industri di sektor bisnis digital. Masalah ini jelas harus mendapat perhatian khusus, maka dari itu lewat program Rencana Pitalebar Indonesia (RPI) yang akan digalakkan dalam lima tahun ke depan, setidaknya harapan akan infrastruktur fixed line broadband yang luas di Indonesia akan segera terwujud.

Ketertinggalan Indonesia sangat ironis, jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga sekitar. Bayangkan saja, seperti yang diungkapkan oleh Dedy S. Priatna selaku Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas, pemerataan infrastruktur fixed line broadband di Indonesia yang masih sangat minim tentu berimbas pada akses dan kecepatan internet yang termasuk paling lambat bahkan di Asia.

“Sampai tahun 2013 kemarin, Indonesia telah ketinggalan jauh dengan negara-negara tetangga. Untuk [fixed line broadband] yang masuk ke wilayah rumah tangga masih sekitar 15% itu pun masih 1Mbps, untuk konsumen enterprise sendiri sudah 30% dengan rata-rata mengonsumsi 100Mbps. Namun, secara populasi [fixed line broadband] baru sebesar 5%. Yang paling cepat pertumbuhannya malah justru ada di mobile,” ungkap Dedy di sela-sela acara konferensi pers National Broadband Symposium 2014 di Jakarta.

Ketertinggalan ini nyatanya mendorong pemerintah dalam penerapan RPI yang diproyeksikan akan berlangsung selama lima tahun ke depan (2014-2019). Program ini merupakan kolaborasi pemerintah dengan berbagai pihak seperti Bappenas, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kemenkominfo, Mastel, dan juga Kadin Indonesia. Ditargetkan, RPI akan segera dirilis dalam waktu dekat sembari menunggu penandatanganan Peraturan Presiden akan program ini.

Program RPI memiliki tiga rencana implementasi yang diharapkan seluruhnya bisa rampung di tahun 2019 mendatang. Apa saja implementasi yang diberikan? Dalam paparan presentasi yang kembali disampaikan Dedy S. Priatna program RPI memiliki tiga fokus yaitu program unggulan, pengembangan sektor prioritas, dan kebutuhan pendanaan.

Dalam program unggulan, program RPI memiliki tiga substansi fokus seperti Konektivitas Ekonomi, Konektivitas Pemerintah, dan Enabling. Konektivitas Ekonomi sendiri fokus mengembangkan backbone jaringan internet dengan proyek pembangunan Ring Palapa yang merupakan pembangunan jaringan serat optik di 497 kabupaten dan kota, lalu juga ada penerapan pipa bersama untuk akomodasi serat optik dari berbagai operator, serta proyek percontohan pita lebar terestrial untuk wilayah pedesaan.

Sebagai bentuk dukungan lain, konektivitas pemerintah dalam bentuk pembangunan jaringan dan pusat data pemerintah juga dilakukan. Sementara itu, program RPI juga tak ketinggalan dalam mereformasi kewajiban layanan universal dan program pengembangan SDM dan industri TIK nasional.

Untuk mewujudkan program RPI, perkiraan dana yang dibutuhkan mencapai angka yang cukup fantastis. Dijelaskan, total dana yang dibutuhkan mencapai hingga Rp 278 triliun. Perlu diketahui angka ini masih merupakan kebutuhan minimal untuk memenuhi kebutuhan potential captive market. Biaya yang besar ini diklaim tidak berasal dari APBN melainkan hasil “patungan” dari pihak pemerintah, swasta, hingga BUMN. Semoga saja angka yang besar tersebut benar mewujudkan harapan yang digalang saat ini.

Fokus terakhir dari program RPI ini ada pada pembangunan sektor prioritas. Prioritas yang dimaksudkan dalam hal ini adalah sektor kesejahteraan masyarakat yang akan ditransformasikan lewat ekosistem digital, seperti misalnya penerapan e-Government, e-Kesehatan, e-Pendidikan, e-Logistik, dan e-Pengadaan. Untuk sektor ini sendiri menyumbang pengeluaran dana sebesar Rp 87 triliun yang masuk dalam total dana yang dibutuhkan tadi.

Melihat gagasan program ini, tak ada tanggapan lain yang bisa diberikan selain menyambutnya dengan penuh harapan optimis akan pada lima tahun mendatang, masyarakat Indonesia secara luas dapat menikmati pemerataan jaringan internet yang bisa mencakup ke seluruh wilayah.

Untuk memperkenalkannya kepada khalayak luas dan dunia internasional, program RPI rencananya akan menjadi salah satu topik utama dalam penyelenggaraan exhibition tahunan Connect Expo Comm Indonesia 2014 serta National Broadband Symposium 2014 yang akan diselenggarakan pada 5-7 November 2014 mendatang di Jakarta. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Indonesia Infrastructure Week 2014.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Leave a Reply

Your email address will not be published.