IoT dan AI Dinilai Akan Menjadi Landasan Kuat Inovasi Teknologi di Indonesia

IDX Incubator kembali mengadakan sesi diskusi teknologi dan startup untuk kali kedua. Di sesi ini, program inkubasi yang diusung PT Bursa Efek Indonesia tersebut mengusung tema “Technology vs Humanity”. Dalam diskusi ini dihadirkan dua narasumber, yakni Wakil Ketua Komite Tetap KADIN Indonesia Kevin Wu dan Managing Director Samsung R&D Indonesia Alfred Boediman.

Diawali dengan pemaparan oleh Alfred yang menggaris bawahi bahwa kemunculan startup digital cukup memberikan warna baru untuk industri teknologi di Indonesia, khususnya dalam kaitannya dengan inovasi produk. Yang saat ini mulai tercetus dan berkembang salah satunya Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI). Alfred meyakini bahwa kedua hal tersebut akan menjadi signifikan ke depannya, karena menjadi fondasi utama smart-things, seperti smart city, smart home, smart transportation dan bidang lainnya.

Memang, jika melihat perkembangan teknologi saat ini arahnya sudah ke sana. Sebut saja startup seperti Nodeflux, produknya yang menggabungkan kapabilitas IoT dengan AI kini mampu melengkapi perangkat CCTV yang dipasang di area perkotaan menjadi lebih “hidup” –dalam artian tidak sekedar merekam gambar, namun memberikan analisis secara real-time. Kemudian contoh juga ada Atnic, startup ini memfokuskan layanan IoT yang membantu peternak udang untuk meningkatkan produksinya melalui pendekatan teknologi.

Namun inovasi sendiri dinilai selalu bertahap, dari proses riset, pengembangan hingga implementasi secara masif. Yang jelas semua harus diawali dari penerimaan baik oleh pengguna. Di Indonesia dapat diindikasikan adanya penerimaan baik terhadap inovasi teknologi, Alfred mencontohkan dengan hadirnya berbagai layanan online yang ada saat ini.

“Banyak aktivitas masyarakat kini bergantung pada layanan online, seperti layanan on-demand atau e-commerce, yang terbukti mampu memberikan kemudahan dalam melakukan berbagai aktivitas masyarakat. Ini sekaligus menjadi bukti bahwa teknologi bersifat mendukung, bukan mengubah total aktivitas yang sudah ada,” terang Alfred.

Kevin turut menambahkan, bahwa salah satu pangkal inovasi teknologi ada di tangan startup digital. Untuk itu menjadi salah satu urgensi berbagai pihak untuk mendukung pertumbuhan startup digital di Indonesia. Kevin juga menerangkan, melihat penetrasi yang ada saat ini ia meyakini bahwa startup akan terus bertumbuh. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memastikan startup tidak stagnan di fase awal –bisa scale up di level yang lebih tinggi—dapat melakukan 3C, yakni Connecting, Collaborating dan Contributing.

Produk AI juga menjadi salah satu tren yang ada saat ini di Indonesia. Teknologi ini digadang-gadang mampu menggantikan beberapa peran manusia dengan sistem yang lebih otomatis. Komputer mampu merespons kebutuhan pengguna layaknya ketika mereka dilayani oleh petugas manusia. Lantas apakah nantinya teknologi ini akan benar-benar menjadikan robot-robot yang sangat cerdas layaknya manusia? Menurut Kevin tidak, secanggih apa pun peran manusia tidak bisa digantikan secara penuh.

“Semakin canggihnya teknologi ke depan tidak sepenuhnya dapat menggantikan posisi manusia yang menciptakan data dan sistem teknologinya secara langsung,” ujar Kevin.

Dari sisi pemanfaatannya kedua pemateri meyakini bahwa AI akan memberikan banyak dampak baik. Kecerdasan untuk teknologi sangat penting, untuk memaksimalkan penggunaannya.

“Tren teknologi AI akan mengalami perubahan besar mendukung kegiatan manusia di sektor tertentu. Ke depannya juga akan banyak pertimbangan yang perlu dianalisis bisnis, ketika ingin menggantikan peran manusia menjadi sepenuhnya teknologi,” ujar Alfred.