Jangan Bangun Startup Hanya Karena Ikutan Tren

Tiga tahun terakhir bisnis startup di Indonesia booming. Tetapi meski banyak bermunculan startup baru, perkembangan dunia startup Indonesia belum mencapai titik yang menggembirakan, dan belum banyak startup yang benar-benar menonjol. Salah satu penyebabnya, banyak pelaku startup hanya ikut-ikutan tren tetapi tidak didukung mental pengusaha dan kemampuan bisnis yang memadai.

Hal ini diungkapkan oleh Antonny Liem, Chief Executive Officer Merah Putih Inc, kepada DailySocial. “Jika dilihat perkembangannya, belum ada startup yang benar-benar menonjol. Banyak orang yang latah ramai-ramai bikin startup karena sedang hype, tetapi tanpa dibekali kemampuan yang cukup untuk terjun ke dalam bisnis dan menciptakan sesuatu yang benar-benar bagus.”

Menurut Antonny, banyaknya orang yang membangun startup membuat sebagian pelaku berfikir membuat startup itu judah. “Tiga tahun lalu banyak yang membuat startup tanpa memikirkan jangka panjangnya. Mereka berfikir membuat startup itu mudah, mencari investor itu mudah, dan menjual lagi juga mudah.”

Memang, Antonny menjelaskan, memulai sebuah startup itu mudah, asal mempunyai ide yang bagus serta kemampuan teknis. Tetapi setelah itu untuk membuat bisnis menjadi maju tidaklah mudah. Founder harus memikirkan bagaimana agar bisnis itu sustain dan menghasilkan, mendapat untung, investor, menjual, dan lain-lain.

Hanya saja, harapan agar dunia startup di Indonesia bisa maju pesat tetap ada. “Tetapi untunglah saya melihat bahwa satu tahun terakhir sudah bermunculan startup founder yang lebih dewasa, mau belajar dari pengalaman orang lain. Dan banyak orang Indonesia yang mulai bekerja di luar negeri. Karena pengalaman mereka yang sudah matang dan ekposure mereka di luar yang ekosistem yang mapan, jadi mereka tahu sekali kekurangan di sini apa saja.”

Selain itu, dalam pandangan Antonny, Indonesia sebenarnya tidak kalah samasekali dari negara lain dari sisi founder serta enterpreneurship. “Yang membedakan adalah support ekosistem. Contohnya Singapura, untuk memulai startup di sana mungkin lebih mudah hingga taraf tertentu. Tetapi untuk menjadi besar sulit, karena marketnya kecil.  Kalau Malaysia, startup-nya banyak yang B2B, bikin bikin aplikasi, software, rata-rata sukses. Dalam arti mereka sudah punya revenue tetap dan bisa ekspansi ke luar Malaysia.  Bedanya hanya ekosistem, seperti market, universitas, atau infrastruktur.”

[Ilustrasi Foto: Shutterstock]

Leave a Reply

Your email address will not be published.