Bersama Hello Kitty dan Tamagotchi, Pokémon ialah franchise sekaligus ekspor budaya Jepang tersukses. Industri gaming Barat memang akhirnya mendominasi Jepang, tapi sejauh ini penduduk negara itu merupakan konsumen gaming yang paling dimanjakan. Itu mengapa banyak orang heran mengapa Nintendo malah menunda peluncuran Pokémon Go di sana.
Kabar gembiranya, usai sudah penantian ‘panjang’ para fans Pokémon di Jepang selama lebih dari dua minggu. Akhirnya permainan berbasis augmented reality karya tim pencipta Ingress itu tersedia di Google Play dan Apple app store, disertai dukungan penuh layanan Niantic. Jepang adalah negara pertama lokasi pendaratan Pokémon Go di Asia, setelah sebelumnya hadir di Kanada awal minggu ini.
Kiprah Pokémon dimulai lewat dua game untuk Game Boy, dikembangkan oleh Game Freak dan dipublikasi Nintendo. Franchise kini sudah meluas ke berbagai media: permainan trading card, film animasi, komik, sampai mainan. Sayang sekali The Pokémon Company, tim yang memegang lisensi Pokémon, merasa ragu buat memanfaatkan teknologi smartphone. Nyatanya, meminta Niantic Labs untuk menggarap Pokémon Go ialah sebuah langkah tepat.
Besarnya penantian dan harapan konsumen membuat Pokémon Go menjadi fenomena global dalam waktu singkat. Ia mendominasi app store sebagai aplikasi paling populer, terlepas dari kritik para media terkemuka – gameplay-nya dangkal, belum mempunyai fitur-fitur yang dijanjikan, lalu dinodai kendala teknis.
Dari penjelasan sebelumnya, penundaan peluncuran Pokémon Go di Jepang disebabkan oleh besarnya playerbase. Developer membutuhkan lebih banyak waktu untuk meningkatkan kapasitas server mereka demi menghadapi serbuan jutaan pemain.
Tentu saja, gamer Jepang harus mengejar ketinggalan dari pemain di negara lain. Belum lama ini, seorang gamer bernama Nick Johnson dikabarkan telah berhasil menangkap seluruh Pokémon di Amerika Serikat. Di sana ada 142 spesies ‘monster saku’ dari total 151 spesies, sisanya merupakan Pokémon eksklusif yang cuma terdapat di area tertentu, namun belum ada yang bisa menebak di mana lokasi enam spesies lainnya.
Pada Business Insider, Johnson menceritakan cara melakukan pencapaian tersebut. Ia banyak menghabiskan waktu berjalan di malam hari, bisa menghabiskan sampai delapan jam. App Health di iPhone miliknya menginformasikan bahwa sang gamer rata-rata menempuh jarak hampir 13-kilometer per hari.
Kini pertanyaannya adalah: dengan peluncuran Pokémon Go di Jepang, apakah proses perilisan game di kawasan Asia lain, termasuk Indonesia, akan jadi lebih cepat?
Via Reuters. Sumber: Facebook Pokémon Go.