Dalam hitungan hari, tahun 2017 akan segera berakhir. Secara umum, startup di Indonesia makin bergairah, terlihat dari banyak startup yang tumbuh, ada pula yang gugur. Tahun ini pula tercatat ada tiga startup bergelar unicorn, menyusul Go-Jek.
Pesatnya pertumbuhan startup turut berkesinambungan dengan strategi pemasaran digital. Pemanfaatan media sosial saja untuk beriklan tidak cukup, perlu riset, dan paham dengan minat audience agar dapat menghasilkan konten berkualitas.
#SelasaStartup edisi penutupan tahun 2017 diisi tim DailySocial, diwakili oleh Founder & CEO DailySocial Rama Mamuaya dan CMO DailySocial Rahmat Harlyadi. Keduanya berbagi apa saja yang terjadi di dunia startup dan pemasaran digital sepanjang tahun ini dan bagaimana prediksinya untuk tahun depan.
Kaleidoskop startup 2017
Rama memaparkan sepanjang tahun ini ada 14 pengumuman akuisisi, beberapa di antaranya akuisisi Tiket oleh Blibli, Kudo oleh Grab, TemanJalan oleh Line, dan terakhir Midtrans, Kartuku, dan Mapan oleh Go-Jek (meski saat ini belum dapat restu dari Bank Indonesia), dan lainnya.
Menurutnya, aksi akuisisi ini secara implisit memperlihatkan bahwa saat ini investor sudah lebih paham, mereka tidak lagi sekadar menaruh uangnya tanpa tahu proyeksi kapan bisa memperoleh uang. Dengan strategi exit seperti akuisisi, jadi solusi bahwa saham sekarang bisa menjadi uang tunai yang bisa diterima semua orang.
Di luar itu, tahun ini menjadi catatan perdana ada dua startup yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia, yakni Kioson dan MCash.
“Tahun depan akan lebih keren lagi, ada yang estimasi lebih banyak startup yang akan pilih strategi exit,” tuturnya.
Dari segi investasi, tercatat ada 91 investasi yang diumumkan, sementara di luar sana kemungkinan ada lebih banyak investasi yang secara sengaja tidak diumumkan. Menariknya, secara jumlah menurun dibandingkan tahun lalu. Akan tetapi, dari segi nominalnya meningkat.
Dirinci lebih dalam, ada 32 startup mendapat investasi tahap awal (seed), 29 startup dapat seri A, dan 9 startup dapat seri B. Sektor startupnya yang paling banyak menerima investasi adalah fintech sebanyak 29 startup, 14 startup e-commerce, dan 9 startup media.
“Semakin banyak startup yang dapat investasi tahap lanjutan (seri B ke atas), akan semakin baik buat ekosistem karena bisa beri efek ke investasi di bawahnya. Sekarang memang masih kecil [jumlah startup yang dapat investasi lanjutan], tapi ini indikasi yang buat ke depannya.”
Tantangan masih sama
Tantangan yang dihadapi startup dari tahun ini dengan tahun lalu masih sama, terutama di masalah kekurangan talenta. Kebutuhan talenta yang tinggi tapi tidak ada ketersediaan yang cukup, akhirnya membuat startup harus rekrut dari luar negeri atau hijack dari perusahaan lain dengan menawarkan gaji yang tinggi.
Dari segi aturan pun masih ada beberapa tantangan yang perlu diselesaikan secara bersama. Namun, pendekatan yang dipakai oleh regulator yang menangani startup fintech cukup bagus untuk menyeimbangkan inovasi dengan regulasi. Seperti yang dipakai Bank Indonesia dengan menghadirkan BI Fintech Office dan meluncurkan aturan regulatory sandbox.
Proyeksi tahun depan
Menurut Rama, tahun depan akan kembali menjadi tahunnya fintech. Masih banyak sektor fintech yang memiliki ruang untuk dikembangkan, selain pembayaran. Secara industri keuangan, pemain incumbent lebih terbuka untuk berkolaborasi dengan startup fintech. Sehingga diperkirakan tahun depan akan semakin banyak pengumuman kolaborasi bisnis.
Bagi startup media, tahun depan hingga 2019 adalah tahun politik karena ada pilkada dan pilpres. Tentunya kondisi ini akan berdampak pada pemberitaan banyak media. Banyaknya startup media yang mendapat investasi pada tahun ini, diperkirakan adalah bentuk persiapan para investor.
Startup sektor lainnya seperti healthtech, perlahan-lahan mulai memperoleh perhatian. Terlihat dari mulai banyaknya startup yang mendapat investasi karena adopsinya yang mulai tinggi. Dari segi regulasinya, kemungkinan besar akan lebih kompleks daripada fintech karena ini kaitannya dengan nyawa.