Implikasi revolusi teknologi mobile di tengah masyarakat mendorong produktivitas menjadi lebih subur setiap tahunnya. Di antara sekian banyak aktivitas sehari-hari yang kini dapat dilakukan secara online, seperti belajar, berbelanja, dan mencari hiburan, banyak pula yang berhasil memaksimalkan kinerja dengan menerapkan konsep kerja Remote Working
Remote Working melepaskan mindset bekerja secara konvensional secara perlahan tapi pasti, di mana kehadiran seorang individu di sebuah kantor merupakan hal opsional, tidak lagi menjadi suatu kewajiban. Cara kerja tersebut diyakini dapat secara signifikan meningkatkan kualitas pekerjaan seseorang yang ingin bekerja di mana pun mereka inginkan. Pengadopsian Remote Working menjadi solusi yang masuk akal, mengingat ibukota DKI Jakarta memiliki beberapa masalah lalu lintas yang semakin akut.
Terjebak kemacetan lalu lintas memang bukan pilihan, namun tidak produktif bukan lagi menjadi alasan. Perangkat mobile (notebook/tablet/smartphone) dewasa kini nyaris dapat memegang kendali pekerjaan seseorang. Apalagi kehadiran teknologi komputasi awan (cloud computing) yang dapat mewadahi keseluruhan data dan informasi agar dapat diakses di mana pun dan kapan pun dipercaya turut menyempurnakannya.
Kerap digadang sebagai the next big thing di industri teknologi dan informasi, cloud mampu mencegah terjadinya kesalahan ringan namun mematikan, contohnya ialah hardware failure, kehilangan, dan alasan keamanan lainnya dari perangkat seseorang. Dengan cloud kemudahan akses file juga menjadi keuntungan utama karena pengguna bisa mengakses data mereka dari mana saja. Menggunakan jasa layanan cloud pihak ketiga dapat menjadi salah satu pemecahan masalahnya.
Jika Anda pikir teknologi tersebut membutuhkan biaya mahal untuk mendapatkan jasanya, Anda sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Memfasilitasi infrastruktur tercanggih yang memiliki ruang besar penyimpanan tentu saja membutuhkan biaya operasional, dalam kasus ini penyedia layanan umumnya mematok tarif berdasarkan besaran ruang, atau kebijakan lainnya.
Namun jangan bekecil hati, layanan cloud gratis nyatanya tumbuh pesat guna mengakomodir kebutuhan masyarakat dalam lingkup yang lebih luas. Menurut data yang dihimpun Gartner, moderenisasi teknologi yang melaju begitu dinamis mau tak mau harus turut diadaptasi bagi mereka terlibat di dalamnya. Salah satu jasa layanan cloud gratis yang dapat dimanfaatkan ialah:
Dropbox
Sejauh ini Dropbox merupakan salah satu penyedia cloud storage ternama di dunia. Anda bisa mendapatkan ruang penyimpanan sebesar 2 GB secara gratis, dan tambahan hingga 16 GB jika mereferensikan Dropbox ke rekan lainnya.
Google Drive
Sebagai fitur salah satu perusahaan IT raksasa, Google Drive menjanjikan ruang penyimpanan sebesar 15 GB secara gratis yang disebar dalam fitur Google lainnya seperti Gmail, Google+, dan sebagainya.
Box
Dalam lingkup enterprise atau perusahaan, Box lebih tenar ketimbang kompetitornya dengan menyediakan 10 GB ruang penyimpanan. Namun ukuran maksimal mengunggah hanyalah 250 MB.
ADrive
ADrive menyediakan jumlah yang fantastis, sebesar 50GB ruang penyimpanan cloud tersedia gratis bagi para penggunanya, dengan selipan iklan di aplikasi mobile mereka, dan tanpa fitur mengunggah hingga 16 GB.
OneDrive
OneDrive hadir sebagai kompetitor langsung dari Google Drive. Layanan cloud besutan Microsoft ini memberikan 15 GB gratis, juga tambahan 5 GB lainnya setelah merekomendasikan ke rekan pengguna, dan juga 3 GB tambahan untuk mengaktifkan fitur back-up foto otomatis.
Setiap orang dapat menyimpan dan mengakses foto, musik, video, dan dokumen lainnya yang tersimpan secara rapi dan aman di “awan”, satu celah krusialnya ialah Anda membutuhkan koneksi internet untuk mengunggah maupun mengunduhnya. Akses internet cepat, stabil, dan merata merupakan pondasi konsep mobilitas, sementara komputasi awan menyempurnakannya.
Masyarakat menuntut akses Internet yang dapat diandalkan, layanan yang persis ditawarkan oleh First Media sebagai operator Broadband Wireless Access (BWA) menggunakan jaringan fiber optic dengan kecepatan akses internet hingga 100MBps.
Jika sudah demikian, yang dibutuhkan hanyalah pemerataan yang lebih luas layanan FastNet dari First Media yang sejauh ini telah kokoh hadir di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Denpasar. Ke depannya, First Media yakin telah mencanangkan perluasan cakupan wilayah layanan mereka seiring mobilitas masyarakat Indonesia yang semakin tinggi.
[Ilustrasi: Shutterstock]
—
Artikel ini disponsori oleh First Media.