Layanan platform email Mailbird mengumumkan kehadiran fitur multi account yang telah lama ditunggu konsumennya. Fitur ini direalisasikan 8 bulan setelah peluncuran perdananya yang hanya mendukung email berdomain Gmail di bulan April lalu. Dengan fitur ini, Mailbird sebagai native email client untuk Windows bisa digunakan untuk mengakses berbagai email yang didukung oleh IMAP secara berbarengan.
Saat ini Mailbird mengklaim telah memiliki puluhan ribu konsumen yang telah mengunduh layanannya, meskipun tidak disebutkan statistik tentang jumlah pengguna aktif. Untuk versi gratis, konsumen bisa mengakses hingga 3 email yang berbeda. Mailbird versi berbayar, baik untuk versi Pro maupun Business, tidak memiliki batasan jumlah akun email yang bisa diakses. Meskipun demikian, fitur-fitur yang ditujukan untuk sistem versi berbayar masih banyak yang masih dalam pengembangan, seperti Wingman atau No Ads, padahal awalnya diharapkan pengembangannya bakal selesai dua bulan setelah peluncuran perdana.
Pengalaman saya menggunakan versi terbaru ini tidak jauh berbeda dengan pengalaman sebelumnya saat Mailbird pertama kali diluncurkan. Menggunakan laptop dengan spesifikasi cukup terbatas (untuk ukuran masa kini), pengaksesannya masih terasa lambat untuk bergerak dari satu menu ke menu yang lain. Meskipun demikian, notifikasi email yang ditampilkan di taskbar (untuk akun Gmail) cukup responsif untuk menampilkan informasi setiap email baru yang masuk ke mailbox.
Menarik dicermati bahwa dengan exposure Mailbird yang luar biasa hingga diliput oleh sejumlah media ternama, jumlah penggunanya masih belum begitu besar, setidaknya jika dibandingkan dengan penyedia layanan email pihak ketiga lainnya. Hadirnya fitur multi account merupakan kesempatan kedua bagi Mailbird untuk meningkatkan jumlah penggunanya ke level yang diharapkan.
Meskipun tim pengembangnya berbasis di Indonesia (Bandung dan Bali), sudah jelas bahwa untuk model bisnis Mailbird harus bisa mendapat pengakuan secara global karena mengandalkan premium users yang mau membayar bulanan atau sekali bayar seumur hidup. Akan sulit jika hanya mengandalkan konsumen Indonesia untuk model bisnis seperti ini.
Tentu saja mimpi yang diharapkan adalah diakuisisi oleh pemain besar, seperti yang terjadi pada Sparrow dan Mailbox. Sparrow diakusisi oleh Google, sementara Mailbox diakusisi oleh Dropbox. Dua cerita sukses tersebut terjadi dalam jangka waktu singkat, tak lama sejak produk yang dibuat diluncurkan ke publik. Bedanya keduanya menyasar sistem operasi yang diusung oleh Apple, baik Mac maupun iOS.
Berkaca dengan pengalaman berbagai native email client di Windows yang belum menghasilkan kisah sukses seperti Sparrow atau Mailbox, langkah kali ini bisa menjadi do or die bagi kelangsungan hidup layanan Mailbird.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]