Bisnis Logistik Lazada

Lazada Logistics, Partisipasi Lazada Gairahkan Industri Pendukung E-commerce

Dibandingkan sesama pemain e-commerce lainnya, Lazada termasuk salah satu pionir yang mengembangkan teknologi logistiknya sendiri. Bagi perusahaan e-commerce, mengelola logistiknya sendiri artinya mereka punya kuasa menstandardisasi pelayanan untuk konsumen. Semangatnya, konsumen yang ada di kota besar dan di kota lapis dapat menikmati kecepatan pengiriman yang sebanding.

Itu harapan idealnya. Akan tetapi kondisi ini tidak bisa disamaratakan dengan Indonesia yang punya ribuan pulau, jadi ada tantangan berbeda. Di sisi lain, kecepatan pengiriman yang mulus itu sangat berpengaruh pada aspek keberlanjutan bisnis bagi perusahaan.

VP Logistics Strategy Lazada Indonesia Ratih Dwiastuti menyampaikan, upaya Lazada untuk terus meningkatkan layanan logistiknya semakin baik dari tahun ke tahun, tepatnya pada 2015 saat inisiasi baru mulai dijalankan.

“Lazada adalah salah satu pionir yang menginvestasikan kapital untuk logistik sejak 2015. Implementasinya enggak sebatas di warehousing saja, juga di delivery service dengan 3PL (perusahaan yang menyediakan jasa outsourcing layanan logistik). Intinya kami ingin meningkatkan kapabilitas logistik agar bisa memberikan layanan yang kompetitif buat pelanggan dan seller,” ucapnya kepada DailySocial.id.

Terlebih lagi, dukungan dari induknya, Alibaba, mempermudah perusahaan untuk menanamkan lebih banyak teknologi logistiknya ke Lazada Logistics. Di antaranya, penerapan teknologi Warehouse Management System (WMS), supply chain, network allocation, delivery optimization, yang masing-masing ditanamkan secara bertahap. “WMS [sudah diterapkan] di 2018, dari sisi network dan operasional sejak 2020. Jadi kurang lebih sudah bergulir selama empat tahun.”

VP Logistics Strategy Lazada Indonesia Ratih Dwiastuti / Lazada Indonesia

Tentunya hasil akhir yang dibidik dengan peningkatan teknologi smart logistics-nya adalah pengiriman yang lebih cepat. Ratih bilang, maksimal pengiriman harus sampai dalam waktu dua hari untuk area yang banyak pelanggan Lazada. Di area tertentu masih membutuhkan durasi pengiriman lebih dari itu, perusahaan pun memanfaatkan ekosistem yang ada di industri demi memastikan pemerataan layanan, didukung dengan prosedur standar yang jelas.

“Tak hanya bangun teknologi, kami membiasakan karyawan di Lazada dan di lapangan agar tech-savvy karena kami sangat mengedepankan efisiensi.”

Sejak didirikan di 2013, Cainiao, unit bisnis khusus logistik di bawah Alibaba, memilih pendekatan model bisnis unik karena memilih jadi platform terbuka, bekerja dengan cepat bangun kemitraan industri dan meningkatkan layanan logistik untuk bisnis dan konsumen. Akibatnya, bisnis dan konsumen mendapat manfaat dari layanan logistik yang lebih stabil dan beragam, dengan transparansi dan daya saing yang lebih besar dalam harga dan layanan pelanggan.

Karena sifat rantai pasokan dan logistik lintas batas yang kompleks, UKM sering menghadapi masalah seperti kerja sama di sepanjang rantai nilai, manajemen biaya, dan pelacakan waktu nyata. Untuk mengurangi masalah ini, model bisnis Cainiao memfasilitasi digitalisasi rantai nilai logistik yang mencakup pengiriman jarak jauh yang mulus, pergudangan luar negeri, bea cukai dan proses pemeriksaan barang, menghubungkan pedagang, perusahaan logistik, dan konsumen untuk membangun rantai pasokan global dan jaringan parsel.

Dengan demikian, apakah UMKM ingin meningkatkan pengalaman pelanggan dengan pemenuhan pesanan yang lebih cepat, mengurangi biaya pengiriman untuk meningkatkan daya saing harga, atau mengekspor ke lebih banyak negara tanpa operasi di lapangan, infrastruktur logistik Cainiao seperti gudang berikat, pusat logistik regional, internasional rute pelayaran dan penerbangan sewaan akan dapat mendukung berbagai persyaratan untuk mendorong kesuksesan bisnis.

Bagi bisnis dan konsumen, platform logistik Cainiao menjadi alternatif yang dapat menghapus inefisiensi rantai pasokan tradisional, dan mengintegrasikan teknologi di seluruh rantai nilai untuk mendorong efisiensi biaya yang lebih besar.

Berkat pendekatan tersebut, menurut temuan tahunan di 2019 yang dikutip perusahaan, Cianiao menempati urutan keempat terbesar di global dengan volume paket lintas batas harian tertinggi, setelah UPS, Fedex, dan DHL.

Smart logistics milik Lazada

Lazada Indonesia

Menganut semangat yang serupa dengan Cainiao, Ratih pun berpendapat bahwa sejatinya penerapan teknologi di logistik adalah bagaimana menyeimbangkan antara ongkos dan layanan. Indonesia sendiri adalah negara dengan ongkos kirim termahal karena dipengaruhi oleh kondisi geografis.

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) bahkan menyebutkan penyebab lainnya karena aksi premanisme dan oknum aparat, khususnya di pelabuhan. ALI mencatat akibatnya, kegiatan transportasi dan penanganan kontainer berkontribusi hingga 40% dari total biaya logistik nasional. Saat ini, rata-rata biaya logistik dalam negeri adalah 21,48% dari biaya produksi industri. Namun ada kota-kota seperti Makassar dan Medan, biaya logistiknya berada di atas rata-rata angka tersebut.

“Secara makro penerapan teknologi sudah cukup baik dan agile, minimal ada aplikasi. Tapi bagaimana mengintegrasikan logistik yang ada di Indonesia, itu jadi cerita sendiri. Lazada melalui solusi jaringannya bisa diintegrasikan. Tugas kami mengantarkan dari titik A ke B.”

Smart logistics juga ada kaitannya dengan upaya menuju ekonomi hijau. Dia bilang, dengan integrasi antar perusahaan untuk buka jaringan, membawa dampak semakin berkurangnya kendaraan yang berseliweran di jalan, semakin berkurang pula karbon emisi yang dikeluarkan. “Bagaimana dengan efisiensi ini bisa buat Lazada jadi lebih kompetitif.”

Sebagai gambaran, Lazada punya dua solusi logistik internal, yakni Lazada eLogistics (LEL) dan Lazada Express (LEX). LEL mengelola pemenuhan dan logistik dengan penyedia logistik pihak ketiga, sedangkan LEX menangani pengiriman paket ke pelanggan (last-mile delivery service). Kini kedua solusi tersebut dilebur menjadi satu brand Lazada Logistics, peresmiannya dilakukan pada Agustus tahun lalu.

Bersamaan dengan itu pula, Lazada Logistics juga memperkenalkan layanan multi-channel logistics (MCL). MCL menyediakan solusi pemenuhan stok tunggal untuk membantu enabler e-commerce dan brand di platform e-commerce manapun dengan mulus. Lazada Logistics akan memenuhi dan mengirimkan semua pesanan, baik dari transaksi di Lazada maupun di platform e-commerce lainnya.

Dengan mekanisme ini, Lazada akan menyimpan produk-produk dari mitra dan merchant, sehingga penanganan dan pengiriman pesanan yang efisien melalui armada Lazada, mitra logistik pihak ketiga (3PL), ataupun armada yang ditunjuk lainnya.

Merchant yang bergabung di MCL dapat mengatur fleksibilitas dan ketangkasan dalam pengendalian inventaris, membebaskan mereka dari masalah logistik yang membutuhkan modal biaya operasional yang tinggi untuk memenuhi pemesanan, misanya kebutuhan untuk pemeliharaan infrastruktur gudang dan armada pengiriman. Mereka juga terhindar dari hambatan untuk membangun jaringan operasi yang luas dengan skala ekonomi yang terbatas.

Tak hanya MCL, perusahaan juga menyediakan layanan Fulfillment by Lazada (FBL). Layanan ini memenuhi mulai dari warehousing atau penyimpanan produk di gudang milik Lazada, pengemasan, hingga pengiriman produk ke pelanggan.

Bagi Ratih, seluruh inisiatif di atas ini mengukuhkan jalan perusahaan untuk menjadi perusahaan agregator yang terbuka untuk multi-platform e-commerce. Perusahaan pun dapat menggaet lebih banyak merchant dari berbagai skala bisnis untuk memanfaatkan solusi tersebut. Misalnya, MCL cocok untuk UKM yang selama ini mengandalkan jalur penjualan sendiri.

“Misalnya, UKM ini sudah punya situs. Sekarang dengan MCL memperkenalkan produknya ke area potensi yang sudah ada seller Lazada-nya terlebih dahulu. Mungkin di area tersebut sudah multi-platform e-commerce, tapi social commerce. Kita bisa mulai dari situ.”

Adapun untuk FBL, memungkinkan merchant bisa pakai sesuai kebutuhan saja, misal warehouse saja bisa, kalau spesifik barang tertentu juga bisa di-setup. Ada juga yang sudah punya gudang tapi tidak punya armada logistiknya, itu bisa kita sasar. Sayangnya, ia tidak menyebutkan sudah ada berapa banyak merchant yang memanfaatkan solusi ini. Hanya disampaikan, ada salah satu merchant dari brand premium Lazada yang sudah bergabung.

Kedua solusi di atas menjadi bukti infrastruktur rantai pasok dan kapabilitas logistik perusahaan yang mumpuni, dengan solusi inventaris dan pemetaan rute cerdas yang didukung data dan teknologi.

Ratih menjelaskan, alur rantai pasok keluar-masuknya barang di gudang Lazada disokong oleh kedua teknologi di atas. Dicontohkan, setiap barang yang dibeli konsumen dari merchant UKM, sistem akan mengautomoasi di mana barang tersebut disimpan. Apakah dari gudang Lazada atau merchant itu sendiri. Peletakan barang-barang merchant di gudang juga sudah disesuaikan kategorinya harus terdekat oleh packer, biasanya ditaruh barang-barang yang sifatnya fast moving.

“Proses delivery juga sudah diautomasi. Di aplikasi konsumen, akan ada rekomendasi konsumen akan lebih murah pakai jasa logistik mana, pakai LEX atau bukan.”

Warehouse Lazada di Sidoarjo / Lazada Indonesia

Apabila ternyata barang dikirim langsung oleh merchant, terdapat sistem Seller Center akan memroses sesuai rekomendasi jasa logistik mana yang terbaik untuk lokasi mereka dan pembeli, sebelum sampai di hub untuk sortir barang. “Dari pusat sortir di bawa ke gudang yang lebih kecil untuk armada front liner kurir bisa antarkan. Kurir pun bisa mengirimkan paket yang di-assign secara otomatis berdasarkan kecamatan.”

Semua merchant dapat memanfaatkan jaringan Lazada Logistics dengan lebih dari 400 fasilitas, terdiri dari gudang, pusat penyortiran, hub, yang tersebar di 80 kota di Indonesia, serta mendapat keunggulan kompetitif Lazada yang memiliki kendali atas operasi logistik yang menyeluruh. Lebih dari 85% dari keseluruhan pengambilan paket pada first-mile ditangani oleh fasilitas milik Lazada.

Diklaim, Lazada Logistics didukung oleh lebih dari 15 ribu karyawan dan mitra kurir, yang mayoritas menggunakan roda dua untuk pengiriman last mile. Gudang utama Lazada Indonesia berada di Cimanggis, Jawa Barat seluas 70 ribu meter persegi. Selain itu lokasi gudang lainnya ada di Surabaya dan Medan.

Perusahaan juga memanfaatkan gudang dengan ukuran yang lebih kecil, disebut long tail warehouse, ditempatkan di kota-kota dengan populasi pengguna Lazada yang tumbuh pesat. Gudang tersebut rata-rata seluas 2 ribu meter persegi yang spesifik untuk menyimpan barang tertentu dan cepat laku, misalnya FMCG, kesehatan, kebersihan, dan kecantikan. Saat ini berada di empat titik, di kawasan Jabodetabek, Balikpapan, dan Makassar.

Ada pula hub, yakni kantor yang digunakan sebagai tempat penyortiran barang. Di tempat tersebut ada beberapa di antaranya punya dwi fungsi, sekaligus untuk penyimpanan (storage) dan pengiriman. Jumlahnya disebutkan sudah 150 hub tersebar di seluruh Indonesia.

“Kami terus evaluasi lokasi warehouse dan melihat perkembangan demand-nya karena tiap tahun terlihat ada pergeseran tren, dari jumlah seller dan pembeli. Belakangan ini tumbuh dari luar Jabodetabek. Hub kami juga sudah ada di Boyolali dan Solo misalnya. Kuartal empat ini akan coba ke area Bali,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here