LexiPal: Membantu Anak dengan Disleksia Belajar Secara Menyenangkan

Tulisan ini adalah seri selanjutnya dari tulisan tentang para pemenang Imagine Cup Indonesia 2012. Lexipal, buatan tim Antasena, berhasil memperoleh juara kedua dalam kompetisi tersebut.

Tim Antasena, yang berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, peduli dengan masalah disleksia yang dialami oleh 10% dari populasi (menurut US Department of Health and Services pada 2006). Disleksia adalah kesulitan belajar yang berhubungan dengan bahasa.

Mereka mengambil nama Antasena, seorang tokoh pewayangan yang tidak dapat berbahasa dengan baik, tetapi sebenarnya mempunyai hati yang sangat baik. Demikian juga dengan penderita disleksia, bisa jadi mereka sebenarnya mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Beberapa contoh nama terkenal yang disebut-sebut mengalami kesulitan belajar karena disleksia adalah Albert Einstein, Sir Winston Churchill, Tom Cruise, Walt Disney, dan Lee Kuan Yeuw.

Karenanya, tim Antasena yang terdiri dari M. Risqi Utama Saputra (team leader dan developer, mahasiswa S1 dan S2 fasttrack Jurusan Teknik Elektro dan Teknik Informatika (JTETI) UGM), Kuntoro Adi Nugroho (developer, mahasiswa S1 dan S2 fasttrack JTETI UGM), Vina Sectiana (designer, S1 JTETI UGM) dan Vremita Desectia (business analyst, mahasiswa Sastra Roman UGM), merancang sebuah aplikasi untuk mendeteksi masalah disleksia secara dini pada anak.

Aplikasi tersebut diberi nama LexiPal. Selain untuk mendeteksi secara dini gejala-gejala disleksia pada anak, aplikasi LexiPal juga mempunyai fitur untuk terapi secara menyenangkan dan atraktif untuk penderita disleksia.

Dijelaskan dalam video promosinya di Youtube, Lexipal hadir dalam dua versi, yaitu Home Version untuk penderita, dan Therapist Version untuk psikolog atau terapis yang menerapi pasien disleksia. Versi home version, hanya mempunyai dua fitur utama, yakni untuk deteksi dini dan basic treatment. Sedangkan versi Therapist, mempunyai beberapa fitur lain seperti advanced assesment treatment, treatment dengan gamification mulai dari mengeja sampai membaca, 3D modelling, brain gym, sampai manajemen data pasien.

Sayangnya, sampai dengan tulisan ini ditulis, DailySocial gagal menghubungi tim Antasena sehingga tidak mendapatkan infomasi lebih lanjut tentang bagaimana pengembangan selanjutnya dari aplikasi LexiPal ini. Namun jika dilihat dari penghargaan yang diberikan oleh Imagine Cup Indonesia 2012 dan video testimonial dari terapis yang telah mencoba aplikasi ini, sepertinya aplikasi ini telah dapat membantu pasien disleksia untuk belajar dengan lebih mudah dan menyenangkan.

1 thought on “LexiPal: Membantu Anak dengan Disleksia Belajar Secara Menyenangkan

  1. Sepertinya, [semoga saya salah] ilmu kita mendidik generasi penerus belum ada istilah disleksia dah, sepertinya itu masih istilah yang dimiliki negara negara maju, kita dengan mudahnya mencap “bodoh” saja mereka…
    #kasian generasi penerus ini

Leave a Reply

Your email address will not be published.