Lima Perempuan Indonesia yang Berperan Aktif di Lanskap Industri Digital Tanah Air

shutterstock_93400924

Lebih dari seabad yang lalu Kartini lahir dan hari kelahirannya selalu dikenang sebagai tonggak sejarah pergerakan perempuan Indonesia. Kartini dianggap sebagai seorang perempuan yang  pemikiran-pemikirannya tentang kesetaraan perempuan melampaui zamannya. Buah pemikiran tersebut yang memberikan inspirasi bagi pergerakan perempuan selanjutnya untuk memperjuangkan haknya, salah satunya adalah hak yang sama untuk  pendidikan.

Dengan pendidikan, kini perempuan Indonesia memiliki kesempatan dan pilihan yang lebih luas dalam hidupnya. Hasilnya perempuan-perempuan Indonesia saat ini mampu memberikan berkontribusi yang sesuai passion-nya bagi perkembangan masyarakat sekitar. Perempuan yang menjadi cita-cita Kartini.

Kini banyak sekali perempuan yang berperan dalam berbagai sektor ekonomi dan pembangunan di Indonesia. Salah satunya adalah sektor ekonomi kreatif, seperti industri startup.

Berikut adalah lima founder perempuan Indonesia yang berhasil merintis, membangun, dan membesarkan bisnisnya. Tak hanya berbisnis, mereka mencoba memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitarnya, sekaligus ikut bersama-sama membentuk lanskap industri digital Indonesia.

1.    Hanifa Ambadar dan Affi Assegaf – Female Daily Network (FDN)

Berawal dari blog fashion tahun 2005, Female Daily menjadi media perempuan yang membahas banyak hal tentang perempuan mulai dari fashion, kecantikan, parenting hingga travel. Hani dan Affi pun membangun platform forum komunitas perempuan yang besar. Semua berawal dari satu tujuan menjadi “teman” bagi perempuan Indonesia di setiap tahap kehidupannya, sehingga mereka bisa berkembang dengan potensi maksimal diri mereka. Setelah memutuskan untuk memperkuat posisi dan bisnis, FDN memilih isu kecantikan menjadi fokus utama mereka.  Gabungan antara kredibilitas sebagai “kiblat” media kecantikan online yang terpercaya serta komunitas yang kuat FDN termasuk startup yang mampu bertahan dan terus berkembang di bisnis startup yang sangat berisiko tinggi..

2.    Diajeng Lestari – HijUp

Online marketplace busana Muslim,HijUp didirikan oleh Diajeng Lestari pada tahun 2011 ini telah memiliki pelanggan dari mancanegara. HijUp menjadi brand lokal dengan pelanggan dari Malaysia, Singapore, hingga negara-negara Arab, Eropa, dan Amerika. Produk fashion Muslim yang ditawarkan HijUp cukup bervariatif, tidak sebatas busana saja, melainkan aksesoris, tas, sepatu, hingga buku-buku Islami. Selain itu, HijUp juga memiliki channel  YouTube yang memberikan tutorial untuk mengenakan hijab dengan belasan juta pemirsa. Terakhir HijUp berhasil menutup kesepakatan pendanaan dengan Fenox Venture Capital, Skystar Capital, dan 500 Startups untuk mengembangkan HiJUp. Pendanaan yang diterima akan memperkuat HijUp sebagai online marketplace busana Muslim di Indonesia dan pemasaran lebih gencar ke luar negeri.

3. Veronika Linardi – Qerja

Veronika Linardi adalah salah satu pendiri  situs informasi gaji, dan tempat kerja Qerja. Selain itu ia juga menjabat sebagai CEO situs lowongan kerja Jobs.id. Baru-baru ini mereka mengumumkan perolehan pendanaan Seri A dari SB-ISAT Fund. Kabarnya nilai dari valuasi perusahaan yang diperoleh Qerja adalah delapan digit dalam US$, atau lebih dari $10 juta. Qerja didirikan didasarkan dari hasil lembaga riset Gallup yang membongkar hanya delapan persen orang Indonesia puas dengan pekerjaannya, dan ternyata karyawan Indonesia justru yang paling tidak bahagia. Alasan utamanya antara lain, kompensasi yang didapat kurang, work-life balance, dan kesempatan untuk mengembangkan karier. Veronika berniat untuk membongkar budaya tabu membicarakan gaji yang melekat di Indonesia serta ketabuan untuk membuat review tentang perusahaan berdasarkan kesejahteraan yang diberikan kepada karyawannya.

4.    Sabrina Mustopo –  Kakao Chocolate

Founder lainnya yang memiliki bisnis yang ingin meningkatkan taraf hidup petani Indonesia adalah Sabrina Mustopo. Dengan pengalaman enam tahun sebagai konsultan di perusahaan McKinsey and Company di bidang pertanian, ia percaya kekuatan sektor swasta dalam menciptakan perubahan sosial. Serta sektor swasta pun bisa memenuhi  kebutuhan Indonesia untuk berinvestasi di industri hilir. Maka, ia mendirikan Kakao Chocolate, sebuah perusahaan cokelat yang dibangunnya dengan mengedepankan prinsip fair trade bagi petani. Kakao Chocolate percaya petani harus menerima porsi yang lebih besar dari nilai yang dibayar oleh konsumen cokelat, sebab merekalah yang memproduksi bahan bakunya. Selain membangun perusahaan, ia juga telah membangun hubungan dekat dengan petani untuk memahami kebutuhan mereka, dan memberi mereka dukungan tambahan seperti program pelatihan untuk meningkatkan hasil panen.

5.    Cynthia Tenggara – BerryKitchen

Bisnis katering bukanlah sebuah hal yang asing, namun Cynthia Tenggara mencoba mengembangkannya dalam sebuah bisnis online katering. Bisnis yang sering dijadikan sampingan ini pun di tangan Cynthia hijrah ke dunia bisnis online yang digarap dengan serius. BerryKitchen menawarkan jasa antar menu harian, bento, dan makanan ringan yang semua pemesanan dilakukan secara online. Konsep yang ditawarkan pun unik, pemesanan dilakukan dengan cara membeli poin yang ditawarkan, 15 poin, 50 poin, 100 poin, atau 300 poin. Poin tersebut dapat ditukarkan dengan pilihan menu lengkap. BerryKitchen merupakan startup yang telah mendapatkan pendanaan dari ANGIN.

Leave a Reply

Your email address will not be published.