[Manic Monday] Pertunjukan Tidak Berhenti (Atau Dimulai) di Bioskop

Akhir minggu ini, orang-orang di seluruh dunia membicarakan tentang film Batman terbaru yang disutradarai oleh Christoper Nolan, The Dark Knight Rises. Saya menontonnya Jumat malam kemarin, 3 deretan kursi dari depan layar, dan saya menyukainya. Film ini adalah akhir yang pas untuk trilogi Batman yang disutradarai Nolan, dan adalah trilogi terbaik dari kisah Batman yang ada di bioskop. Jika Anda belum menontonnya, saya merekomendasikan untuk melihatnya. Terutama jika Anda penggemar komik seperti saya.

Jangan takut, saya tidak akan membocorkan cerita di film tersebut, tetapi saya ingin membicarakan sedikit tentang bagaimana pemutaran TDKR adalah puncak dari kampanye yang dimulai… satu tahun lalu. Kampanye viral dimulai bahkah jauh sebelum film ini pengambilan gambar selesai dilakukan. Dan sampai akhir tahun 2011, semakin banyak cuplikan tentang film ini muncul ke permukaan. Sifat samar dari kampanye viral ditambah dengan berbagai berita yang muncul tentang film itu sendiri, tentunya membuat banyak orang datang ke bioskop bahkan sebelum trailer-nya muncul.

Kebanyakan produk hiburan bergantung pada publisitas yang dibangun sampai dengan waktu rilis, sebagai sarana pemanasan bagi para penonton sebelum menonton film-nya, biasanya hal ini dilakukan dengan keseimbangan antara keakraban dan intrik. Suksesnya film ‘Batman Begins’ (2005) dan ‘The Dark Knight’ (2008) tentu menaikkan peluang ketertarikan di TDKR, sama layaknya ketertarikan penonton atas keterikatan antara film ‘Iron Man’, ‘Iron Man 2’, ‘Thor’, ‘Captain America: The First Avenger’, bahkan ‘The Incredible Hulk’ yang menyediakan fondasi untuk film ‘The Avengers’. Meski demikian, film dengan budget minim juga seharusnya memikirkan publisitas sebagai sesuatu yang dibangun, dalam masa kini, harus memiliki aspek digital di dalamnya.

Kemampuan siaran pers dan sinopsis untuk mempromosikan film memang terbatas – teaser strategis, dengan YouTube yang kini menjadi outlet ‘standar’ untuk konten video. Aksi publisitas juga menjadi pemasok konten untuk Twitter, Facebook, dan blog – sehingga bahkan sebelum berita resmi tentang film tersebut muncul, percakapan dan ketertarikan telah muncul, terutama ketika aksi tersebut diarahkan secara jeli kepada penonton utama. Dengan strategi dan kreativitas yang tepat, pertunjukan akan dimulai jauh sebelum tanggal resmi pertunjukan film di bioskop.

Situs crowdfunding Vodo menciptakan sebuah platform yang mendistribusikan bagian dari film atau serial TV secara gratis (meski melalui situs torrent), dan produksi dari serial TV atau film tersebut didanai oleh orang-orang yang menginginkan untuk melihat lanjutan ceritanya. Star Trek: New Voyages merupakan proyek yang menarik: sebuah proyek oleh penggemar yang melanjutkan seri orisinal dari petualangan Captain Kirk, dan didanai secara penuh melalui crowdfunding. Dengan cara ini, orang akan disuguhi bagian dari cerita, gratis, dan membayar sisa ceritanya jika mereka menyukai cerita tersebut. Dalam beberapa kasus, ketika proyek tersebut mendapatkan dana penuh dan selesai dikerjakan, produk akhirnya bisa dirilis secara gratis atau melalui saluran biasa yang digunakan oleh produk komersial.

Dan terlepas dari suka atau tidaknya orang akan film Promotheus, menarik untuk melihat bagaimana konten viral yang dirilis untuk film ini tidak berhenti ketika film tersebut dirilis, begitu juga diskusi tentang film tersebut karena kampanye viral yang ada belum tuntas. Saya pikir kita bisa setuju bahwa film tersebut tidak memuaskan dalam beberapa aspek tertentu, tetapi apa yang terjadi adalah orang-orang masih berteori tentang mengapa film tersebut ‘hanya’ bercerita segitu saja, serta terdorong terus oleh situs viral dan berita tentang tambahan adegan yang tidak masuk dalam film tersebut. Hanya waktu yang akan bisa mengatakan tentang kisah apa yang belum diceritakan.

Membuat film adalah sebuah seni tersendiri dan membutuhkan kemampuan yang tinggi serta kreativitas untuk membuat orang menyukainya. Tetapi film yang terbaik, sejak masa awal pembuatan film sampai saat ini, adalah film-film yang hidup di benak penonton dan berbagai diskusi bahkan sebelum film tersebut ditonton, dan terus dibicarakan setelah film tersebut dirilis. Dengan strategi yang tepat, sedikit keberuntungan dan banyak kreativitas, pemikiran digital bisa membantu hal ini. Jadi film tersebut tidak hanya akan hidup dalam 2 jam pemutarannya di layar, tetapi pengalaman menyeluruh yang akan hidup di hati para penggemarnya.

Ario adalah co-founder dari Ohd.io, layanan streaming musik asal Indonesia. Ario bekerja di industri musik Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010, ia kini bekerja di industri film dan TV di Vietnam. Anda bisa follow akunnya di Twitter – @barijoe atau membaca blog-nya di http://barijoe.wordpress.com.

[Gambar]

Leave a Reply

Your email address will not be published.