Masih Miliki Dana Sekitar Rp200 Miliar, Mandiri Capital Siap Tambah Empat Startup Baru

Mandiri Capital Indonesia (MCI) mengungkapkan saat ini perusahaan masih memiliki sisa dana kelolaan sekitar Rp200 miliar untuk menambah tiga hingga empat startup baru masuk ke dalam portofolio perusahaan.

Hingga pertengahan tahun ini, MCI telah menggelontorkan dana investasi sekitar Rp300 miliar untuk tujuh startup fintech. Empat di antaranya sudah diumumkan, yaitu Moka, Amartha, PrivyID, dan Cashlez. Sementara sisanya akan diumumkan dalam waktu dekat, dengan rincian dua startup bergerak di sistem pembayaran dan satu startup di enterprise solution.

“Kami masih memiliki sisa dana kelolaan sebesar Rp200 miliar untuk berinvestasi ke tiga sampai empat startup baru. Namun, belum tentu [investasi] akan kami selesaikan sampai akhir tahun ini, bisa jadi tahun depan karena kami masih mencari-cari [startup yang cocok],” ucap Direktur Utama MCI Eddi Danusaputro, Rabu (12/7).

MCI, sambungnya, hanya memfokuskan diri untuk investasi pada startup fintech yang bergerak di tiga sektor yaitu payment, lending, dan enterprise solution saja. Ketiga sektor tersebut dinilai lebih dapat bersinergi secara langsung dengan Grup Bank Mandiri dan diprediksi bakal menjadi tren ke depannya.

Untuk mencari kriteria startup yang sesuai dengan selera perusahaan, Eddi mengaku selama ini pihaknya mengandalkan relasi dari anggota Aftech Indonesia, berkunjung ke kampus, dan memilih dari peserta inkubasi.

“Kami bukan investor yang pasif, yang hanya menaruh uang saja. Kami itu aktif, sebab setiap startup yang masuk [ke portofolio] satu per satu akan diperkenalkan ke seluruh jaringan Bank Mandiri dan masuk ke ekosistemnya. Lagipula, tim MCI itu kurang dari 10 orang sehingga tidak bisa bergerak cepat.”

Masih andalkan pembiayaan berupa penyertaan saham

Eddi mengungkapkan sejauh ini, mayoritas jenis pembiayaan yang banyak dilakukan MCI adalah penyertaan saham. Dalam Peraturan OJK, regulator memberi keleluasaan pada pemain modal ventura untuk memilih dua jenis pembiayaan lainnya, yaitu pembiayaan bagi hasil dan obligasi konversi.

“Tujuh startup yang tahun ini kami biayai, semuanya berupa penyertaan saham.”

Dia beralasan dari segi bisnis seluruh jenis pembiayaan tersebut masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Oleh karena itu, MCI harus memeriksa kondisi dari tiap startup yang kasusnya tidak selalu sama.

Mengacu ke laporan OJK, hingga Mei 2017 industri modal ventura telah menggelontorkan pembiayaan sebesar Rp7,15 triliun. Pembiayaan bagi hasil mendominasi total pembiayaan dengan nilai Rp5,42 triliun, dengan porsi mencapai 75,72%. Kemudian, diikuti penyertaan saham sebesar Rp1,16 triliun dan obligasi konversi Rp570 miliar.