Teknologi saja tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan di Indonesia. Harus dimaknai sebagai budaya untuk pengembangan diri dan kompetensi

Memaknai Peran Teknologi untuk Membantu Menyelesaikan Masalah Pendidikan di Indonesia

Masih ada banyak permasalahan yang harus dihadapi Indonesia di sektor pendidikan. Kehadiran teknologi dianggap belum sepenuhnya bisa mengentaskan masalah yang sudah terjadi puluhan tahun. Dua hal yang banyak dipersoalkan adalah masalah kualitas dan efektivitas pembelajaran. Secara perlahan sudah sudah banyak solusi ditawarkan startup pendidikan Indonesia.

Dulu, perbedaan kualitas pendidikan selalu dikaitkan dengan pembangunan yang tidak merata. Distribusi informasi seperti buku ajar dan bahan materi selalu terganggu akibat infrastruktur yang belum merata di semua daerah. Sekarang, ketika internet sudah mulai hadir di daerah-daerah akses informasi menjadi mudah. Kendati masih belum sepenuhnya, distribusi materi sudah mengalami kemajuan.

Startup seperti Ruangguru, Zenius, HarukaEdu, dan semacamnya harusnya mendapat perhatian khusus oleh para regulator. Kehadiran mereka berperan aktif mengubah budaya masyarakat Indonesia dalam belajar. Serupa dengan apa yang dilakukan Gojek, Bukalapak, atau Tokopedia yang telah mengubah atau bahkan menciptakan budaya baru di masyarakat Indonesia dalam bertransaksi.

Kecakapan berteknologi

Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi menyumbang banyak solusi di berbagai bidang. Internet dengan segala kemudahan akses informasi bisa jadi perpustakaan paling lengkap di dunia, atau bahkan bisa jadi ruang kelas paling menyenangkan yang begitu luwes. Tapi hal itu terjadi jika, semua dari kita, semua yang terlibat dalam ekosistem pembelajarannya melek dan paham bagaimana memanfaatkan teknologi.

Cepat tersebarnya hoaks dan perundungan yang masih marak di media sosial dan platform semacamnya menjadi bukti bahwa kecakapan berteknologi di Indonesia masih dipertanyakan. Belum lagi teknologi dan internet yang harusnya menjadi sumber belajar malah dimanfaatkan sebagai sumber bocoran soal ujian. Di titik ini teknologi berhasil mengubah pendidikan di Indonesia, sayangnya dalam konteks negatif.

Perayaan kemudahan teknologi seperti ini yang patut menjadi perhatian. Budaya belajar mandiri masih sangat kurang. Terbentuknya group atau komunitas berbagai bocoran soal ujian juga sangat memperihatinkan. Sementara banyak yang berjuang menjadikan teknologi sebagai kendaraan revolusi pendidikan, di sisi lain teknologi menjadi penghambat proses pendidikan yang jujur dan berkualitas.

Dengan kondisi demikian sebaik apa pun solusi yang dihadirkan tidak akan berarti apa-apa. Teknologi kadung dimaknai dan disemarakan sebagai sebuah alat untuk mencapai sebuah tujuan singkat dengan cara yang tidak tepat, bukan sebagai solusi penunjang belajar dan solusi meningkatkan kemampuan belajar.

Solusi yang dihadirkan startup pendidikan

Ruangguru dan Zenius adalah dua startup yang memberikan solusi pembelajaran berbasis digital yang tak hanya berkualitas tetapi juga menyenangkan. Kata kuncinya ada pada bisa diakses dari mana saja dan dibuat berjenjang dengan beragam pendekatan, seperti kehadiran materi berbentuk multimedia hingga gamifikasi.

Selain pembelajaran formal startup pendidikan juga banyak bermunculan untuk pendidikan non formal atau bisa dikatakan sebagai pengembangan keterampilan. Mulai dari teknis seperti pemrograman, pengolahan data, marketing, public speaking, presentasi, dan banyak lainnya.

HarukaEdu adalah salah satu layanan yang menghadirkan solusi belajar online dengan pilihan yang cukup lengkap. Didukung dengan berbagai macam lembaga pendidikan mereka juga bisa mengeluarkan sertifikat sebagai bukti kompetensi.

Nama-nama seperti SkillAcademy, Kode.id, MauBelajarApa, Dicoding, dan semacamnya juga memiliki semangat yang sama untuk meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia. Setidaknya untuk bisa membekali diri dengan keterampilan dengan minat yang disesuaikan.

Teknologi untuk semua elemen pendidikan

Dalam dunia pendidikan sudah banyak elemen teknologi mulai masuk menggantikan sistem yang lama. Mulai dari pengurusan data pokok pendidikan, ujian nasional, dan beberapa proses lainnya. Sayangnya teknologi belum menyentuh secara keseluruhan proses belajar mengajar, yang seharusnya menjadi hal paling penting untuk mengubah budaya belajar.

Teknologi harusnya tak sebatas layar proyektor yang menampilkan materi presentasi, tetapi juga proses diskusi dan pembelajaran. Untuk mampu membuat sebuah budaya belajar baru yang lebih baik dengan memanfaatkan teknologi orang-orang yang terlibat di dalamnya harus lebih dulu cakap dalam menggunakan teknologi. Dalam hal ini siswa, guru, bahkan wali murid. Teknologi menawarkan kemudahan dan transparansi di banyak bidang, harusnya dalam dunia teknologi pun demikian.

Semua rencana belajar, perkembangan setiap siswa, dan komunikasi dengan orang tua murid harusnya berada dalam satu wadah yang sama. Mungkin akan butuh waktu lama untuk bisa langsung serentah mengaplikasinya di Indonesia. Tapi bukan tidak mungkin dilakukan.

Kesenjangan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri selalu disebut jadi permasalahan kunci yang harus dihadapi. Tapi adopsi materi dari industri kadang tersandung masalah administrasi atau bahkan kompetensi pengajar yang ada. Guru dan murid harus melek teknologi. Teknologi harus dimaknai lebih dari sekadar alat, tapi juga budaya untuk pengembangan diri dan kompetensi. Bukan sebuah jalan pintas untuk mengetahui jawaban apa lagi bocoran soal.