Mengantisipasi Gelombang E-commerce, Dampak Akuisisi Lazada dan Kehadiran Amazon

Tahun ini dua berita besar datang menghampiri industri e-commerce yang sedang bergeliat di Indonesia. Pertama pengumuman di bulan April lalu, akuisisi e-commerce Lazada oleh Alibaba. Kemudian belum lama ini berita kedua mencuat, yakni seputar rencana kedatangan pemain e-commerce kawakan Amazon ke pangsa pasar Indonesia dan Asia Tenggara. Lantas apa saja konsekuensi yang mungkin terjadi ketika kedua pemain tersebut, Alibaba dan Amazon, yang mulai memainkan bisnisnya di Indonesia dan bagaimana dampaknya bagi tatanan e-commerce yang sedang berjalan saat ini.

Sebelumnya mari kita menelisik kasus yang sudah terjadi di negara tetangga, Thailand. Ensogo sebagai salah satu layanan e-commerce yang memfokuskan pada daily-deal dan flash-sales harus amblas diterpa persaingan. Menurut asosiasi e-commerce setempat, Alibaba dan Amazon sudah memainkan pangsa pasar lokal e-commerce di Thailand, dan itu  menjadi salah satu penyebab persaingan yang mulai tak sehat dengan pemain lokal. Asosiasi juga harus memeras keringat lebih untuk mampu memaksimalkan potensi e-commerce lokal di negara tersebut, di tengah persaingan ketat antara pemain asal Tiongkok dan Amerika Serikat.

Lazada yang telah memiliki basis bisnis e-commerce terbesar di Asia Tenggara, tentu hal ini sangat strategis untuk menjadi perpanjangan tangan Alibaba. Dengan kepemilikan saham mayoritas, Alibaba pun bisa mengatur laju strategi Lazada, terutama untuk distribusi produk dan market-fit. Langkah Lazada ini tampaknya turut menyadarkan Amazon akan potensi e-commerce di wilayah Asia Tenggara. Dengan total GDP mencapai $2,4 triliun, investasi untuk menetapkan kehadiran di pasar ini adalah tindakan yang cukup menguntungkan, terlebih keduanya sudah memiliki brand yang kuat.

Sementara Alibaba memiliki Lazada, Amazon sudah bersiap dengan investasi $2 miliar yang akan digelontorkan untuk membangun pasar secara berangsur di Asia Tenggara.

Asosiasi dan regulasi harus bisa menjadi penyeimbang

Meskipun banyak yang menilai bahwa ekosistem e-commerce di Indonesia masih tergolong tahap awal, namun pemain lokal perlu untuk mulai bersiap meningkatkan layanan dan memastikan bahwa platform mereka menawarkan ragam produk yang tepat untuk melawan pemain besar. Bisnis e-commerce lokal perlu untuk membentuk kesatuan, mengidentifikasi posisi mereka dan target pasar dengan.

Namun belajar dari sepak terjang eBay bekerja sama dengan Telkom membangun Blanja, hal tersebut sebenarnya juga tak perlu dijadikan ancaman berarti. Hanya saja antisipasi memang selalu perlu dilakukan.

Regulator harus memantau dan memastikan pemain lokal tetap dapat tegak, tanpa adanya dominasi pemain tertentu. Aturan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan, monopoli misalnya, maka regulasi yang tepat harus digulirkan. Karena regulator memang menjadi satu-satunya yang paling ideal mengontrol pasar, harusnya. Untuk memastikan pemain lokal tetap berjaya, dan tidak ada yang menjadi korban lagi seperti Ensogo atau Rakuten.