Sejak diumumkan bulan November silam, ada semakin banyak produssen perangkat bergerak yang mengadopsi system-on-chip high-end Snapdragon 835 racikan Qualcomm; di antaranya Samsung Galaxy S8, Xiaomi Mi 6, Xperia XZ Premium, serta Aquos R. Qualcomm percaya, proses pabrikasi FinFET generasi kedua bisa merevolusi hampir semua aspek dalam ranah mobile.
Bermaksud untuk membahas kemampuan Snapdragon 835 secara lebih rinci, Qualcomm Technologies mengundang media dari Asia Tenggara dan India buat mengikuti acara Qualcomm Snapdragon Tech Day Singapore yang diadakan di tanggal 9 Mei 2017 kemarin. Selain mengulik kecanggihan chip baru itu, perusahaan asal San Diego tersebut turut menyingkap sejumlah kejutan baru.
System-on-chip Snapdragon 835 dibuat melalui proses pabrikasi 10-nanometer – nanomaterial di sana 1.000 kali lebih kecil dari tebal rambut manusia. Dengan begini, kerja chip jadi lebih efisien dibanding SoC 14-nanometer, memberikan keleluasaan bagi produsen untuk menambah daya tahan baterai, mengusung desain lebih ramping, serta memungkinkan device melakukan banyak hal baru.
Walaupun ukuran Snapdragon 835 lebih kecil dari koin sen, tak berarti kinerjanya berkurang. Sebaliknya, SoC anyar ini menyuguhkan performa 27 persen lebih tinggi dan mengonsumsi tenaga 40 persen lebih rendah dibanding sang pendahulu, Snapdragon 821. Tingkat efisiensinya melonjak sebesar 30 persen.
Ada lima pilar yang menjadi fokus dari pengadaan Snapdragon 835, yaitu upgrade kapasitas baterai, immersion, capture, konektivitas, dan keamanan. Mereka semua diarahkan agar perangkat dapat meningkatkan pengalaman penggunaan, membuatnya jadi lebih ‘pintar’, dan membuka jalan ke koneksi 5G yang kita nanti-nanti.
Path to 5G
Di sesi presentasinya, Francisco Chen selaku product marketing director Qualcomm membahas aspek jaringan terlebih dulu. System-on-chip baru ini mempunyai beberapa pondasi Gigabit LTE, vaian baru teknologi wireless LTE. Namanya diangkat dari kepabilitasnya menyentuh kecepatan akses 1-gigabit per detik – setara Google Fibre.
Tentu saja Gigabit LTE bukanlah sambungan 5G sejati. Qualcomm menyebutnya sebagai ‘jangkarnya’ 5G, dan sekarang merupakan momen yang tepat buat merangkul Gigabit LTE karena nama-nama seperti Sony, ZTE dan Motorola sudah punya rencana buat meluncurkan produk-produk berteknologi Gigabit LTE; lalu para operator di 11 negara juga telah memiliki agenda untuk mulai menghidangkan layanan tersebut.
Berdasarkan uji coba live dengan Telstra, modem LTE Snapdragon X16 sanggup menyentuh kecepatan unduh 911.21Mbps dan unggah 126,2Mbps.
Path to Immersion
Beralih ke aspek immersion, Qualcomm berupaya mendongkrak mutu visual, suara dan interaksi. Pertama-tama, Qualcomm mencoba memastikan device dapat menyajikan kualitas dan kuantitas pixel yang tinggi karena buat kebutuhan VR, kita akan memposisikannya di dekat mata.
Selanjutnya, teknologi di Snapdragon 835 memungkinkan device melihat ruang tiga dimensi secara lebih alami layaknya mata manusia. Uniknya lagi, terdapat fitur bernama foveated rendering di mana hardware hanya akan me-render objek yang tampil di layar sehingga kerjanya jadi lebih ringan.
Selain itu, Qualcomm berupaya meminimalisir tingkat latency, diklaim hanya sebesar 15ms. Snapdragon 835 juga mendukung sistem motion tracking 6-DOF, tecapai berkat kolaborasi antara Qualcomm dengan Leap Motion. 6-DOF maksudnya adalah kemampuan handset melacak lokasi serta gerakan tangan secara presisi, sehingga sensor tracker eksternal tak lagi diperlukan.
Untuk gaming dan video, GPU Adreno 540 sendiri kabarnya mempunyai kapabilitas rendering 25 persen lebih cepat dari 530, serta sudah menunjang fitur HDR 10 yang membuat reproduksi warna di layar jadi lebih mendekati asli dengan color gamut lebih tinggi.
Di sisi audio, Snapdragon 835 siap menyuguhkan output suara yang jernih ‘kelas audiophile‘ dan akurat. Jadi jika sumber bunyi virtual datang dari belakang kepala Anda, ia terdengar betul-betul seperti dari belakang. Hal ini tentu saja berkaitan erat dengan penyajian konten VR.
Path to Intelligence
Ada setidaknya dua aspek yang terkena dampak dari pemanfaatan chip yang lebih pintar: kamera dan sistem keamanan. Snapdragon 835 memungkinkan kamera smartphone menangkap objek lebih mulus via autofocus serta menyajikan hasil jepretan dengan warna mendekati aslinya. Berkat SoC baru tersebut, handset siap menopang optical zoom via kombinasi dari ISP berlensa telephoto dan wide-angle.
Di sana, Qualcomm turut memperkenalkan EIS 3.0, yakni fitur penstabil yang sangat esensial saat Anda memakai device untuk merekam video dan ketika men-zoom. Proses koreksi dilakukan di poros pitch, yaw, roll, serta rolling shutter.
Framework Snapdragon 835 secara cerdas dapat menentukan solusi autofocus yang cocok (dan tersedia) buat situasi saat itu: laser atau inframerah untuk kondisi sangat gelap; 2PD saat mulai terang, lalu ia akan memafaatkan contrast di 200-lux ke atas.
Di aspek keamanan, sistem machine learning bisa semakin mengenal Anda seiring seringnya pemakaian. Satu contohnya ada pada voice recognition: suara Anda bisa dipakai untuk log-in, tapi meskipun menggunakan perintah serupa, orang lain tidak dapat mengakses device. Hebatnya lagi, perangkat dengan Snapdragon 835 mampu membedakan suara asli dan rekaman.
–
Snapdragon 835 menyimpan prosesor octa-core 64-bit buatan Qualcomm sendiri, Kryo 280, berkecepatan maksimal di 2,45GHz; GPU Adreno 540, modem Snapdragon X16 LTE; mendukung setup kamera ganda 16Mp atau modul kamera tunggal maksimal 32Mp; serta sanggup merekam video 4K di 30fps dan menjalankan video 4K di 60fps (frame rate per detik).