Agaknya kita masih ingat bahwa setahun silam Tizen merupakan sistem operasi yang masih hijau namun mumpuni di beragam device bertitel “smart” (seperti salah duanya ialah smartphone dan smart TV).
Samsung, selaku pemrakarsa dari lahirnya Tizen sekaligus menjadi pemimpin di pasar mobile devices, melakukan beragam upaya terus meningkatkan kualitas sistem operasi berbasis Linux kernel dan GNU C Library ini; baik dari sudut pandang ekosistem maupun teknologinya.
Menapak Tilas Ekosistem Tizen di Indonesia
Tarik mundur satu tahun, kelahiran ekosistem Tizen Tanah Air dipicu oleh kehadiran Indonesia Next Apps 3.0 (INA 3.0) yang diselenggarakan tahun 2016 silam. Kala itu, Samsung menantang para IT developer dan startup lokal untuk mengembangkan teknologi dengan basis perangkat mobile ber-platform Tizen (smartphone, wearable device, dan virtual reality device) di seri ketiga gelarannya tersebut.
Pasca melalui developer meetup dan workshop di lima kota (Bogor, Bandung, Jakarta, Malang, Surabaya, dan Yogyakarta) serta hackathon “Tizen Dev Code Night”, Samsung kemudian telah mendapatkan juara dari setiap kategori yang dilombakan; kategori Tizen Apps dimenangkan oleh Niji Game Studio, kategori VR diraih oleh Mojiken, dan kategori Wearable dimenangkan oleh Rizal Saputra.
Sejalan dengan pertumbuhan pengembang aplikasi Tizen, Samsung kemudian melakukan usaha agar pengguna dan pengembang Tizen bisa sama-sama terfasilitasi.
Maka, lahirlah program Tizen Incentive. Di program ini para Tizen Apps developer bisa berlomba-lomba unjuk gigi meraih total hadiah hingga sekitar 119 miliar rupiah, dan di sisi lain para pengguna dimanjakan dengan berbagai macam pilihan aplikasi berkualitas dari pengembang lokal di Tizen Store.
Kelahiran generasi keempat dari teknologi Tizen
Saat diperkenalkan ke Indonesia, Tizen 3.0 bisa dijajal dalam versi beta dengan keunggulan yang bisa diadu dengan sistem operasi Android. Sistem operasi ini mampu bekerja di berbagai perangkat ARM 64-bit dan x86 terbaru, dengan platform grafis kelas atas hingga resolusi 4k.
Samsung tentu sadar bahwa inovasi adalah salah satu motor penggerak roda ekosistem Tizen. Demi mendukung experience pengguna dan pertumbuhan daya cipta pengembang, Samsung secara resmi mengumumkan generasi keempat, Tizen 4.0.
Yang paling ketara sejak awal dari Tizen 4.0 adalah dukungannya yang mencakup lebih banyak perangkat. Tizen 4.0 tak lagi terbatas di wilayah smartphone dan televisi, namun juga sudah mulai masuk ke ranah Internet of Things, yang sejak awal memang menjadi salah satu sasaran Samsung.
Tizen 4.0 kini tak hanya membawa versi asli berbasis Linux, namun diperluas ke Tizen Real Time untuk diaplikasikan ke perangkat-perangkat dengan spesifikasi rendah seperti smart lamp dan termostat.
Dalam pembaruannya ini, Samsung menggandeng Microsoft untuk menawarkan alat pengembang dan bahasa yang digunakan untuk membuat aplikasi Tizen. Sehingga, pengembang dapat memanfaatkan framework Xamarin UI dan Microsoft.NET melalui bahasa program C#.
Kelihatannya, dengan “akurnya” hubungan antara platform, pengguna dan pengembang, ekosistem Tizen memang bertumbuh sehat dalam industri TI Tanah Air. Belum lagi dengan hadirnya pembaruan dalam sistem operasi Tizen, kesempatan para developer untuk bergandeng tangan dan ikut serta berinovasi di platform ini semakin terbuka lebar.
–
Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama Samsung dan DailySocial sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Indonesia Next App 4.0.