Kami memulai ulasan ini dengan sebuah pertanyaan: apa yang sebenarnya Anda harapkan dari sebuah gaming notebook? Pertanyaan ini juga cukup tepat jika kita tanyakan pada para produsen. Alasannya cukup sederhana, secanggih-canggihnya notebook gaming, mereka tidak mungkin dapat mengalahkan saudaranya yang lebih besar: gaming desktop.
Kekuatan utama gaming notebook terdapat pada perpaduan desain, style dan konsep mobile gaming. Namun seperti pepatah ‘Jack of all trades, master of none‘, berusaha untuk menjadi semua hal akan membuat sebuah produk kehilangan esensinya. Untungnya saat pertama kali mengeluarkan MSI GE40 dari packaging-nya, kami sadar ada sesuatu yang unik dari GE40.
Tim TRL sempat melakukan hands-on atas laptop ini, meski sayangnya tidak ada foto dari perangkat tersebut tetapi kami sempat melakukan benchmark yang screenshot-nya ada di bagian bawah artikel. Mari kita simak ulasan laptop MSI GE40.
Berbeda dengan gaming notebook lain, MSI GE40 memiliki desain hampir menyerupai laptop multimedia MSI yang pernah dirilis sebelumnya. Kami sempat heran mengapa GE40 tidak memiliki lekukan-lekukan yang ada pada GX60 atau GT70, bahkan kami sempat bertanya-tanya apakah barang ini merupakan gaming notebook sejati – label spek dan logo naga Gaming Series di bungkusnya kembali terlihat cukup meyakinkan.
Tentu saja, asumsi saja tidak berguna hingga kami menguji seluruh kemampuan gaming notebook ini. Saat kami tekan tombol power, LED merah di belakang layar menyala. LED ini dibuat sedemikian rupa untuk menyerupai mata naga – dan dari sinilah kami sadar apa maksud tulisan ‘Dragon Eyes’ yang ada di packaging-nya.
Walaupun desain GE40 bisa dibilang cukup kontroversial – apalagi untuk notebook yang dibanderol dengan harga lebih dari US$ 1000 – eksekusi gaya simpel yang diadopsinya malah menekankan bahwa MSI GE40 tidak menjual omong kosong dan gimmick. Kami setuju, pada dasarnya gamer tidak membutuhkan keyboard backlight LED warna-warni yang bisa dikustomisasi. Kami hanya butuh mesin ‘bertenaga nuklir’ yang mampu menghadirkan performa tinggi. Namun kami sadar semua itu akan membebankan Anda, ia akan mengkonsumsi listrik lebih banyak, bobotnya pun bertambah. Konsep ‘mobile gaming‘ akhirnya tidak lagi ‘mobile‘.
GE40 mendamprat ide itu, satu-satunya tanda bahwa ia merupakan gaming laptop hanya mata garang menyala di belakang layar. Namun apakah MSI berhasil membuktikan bahwa GE40 hanya difokuskan untuk gaming?
Kami akan lebih dulu membahas pusat reaktor tenaga yang mempersenjatai gaming notebook ini. Untuk menghadirkan kegiatan ber-gaming yang nyaman dan menyenangkan, MSI GE40 didukung oleh chip Intel Core i7-4702M dengan kecepatan per core 2,2GHz, 8GB RAM, layar HD 14-inci, kombinasi storage 256GB SSD Super Raid yang sangat gesit dan harddisk 750GB.
Di lini grafis, gaming laptop ini ditenagai Nvidia GeForce GTX 760M. Yang cukup mengecewakan adalah native resolution-nya: 1600×900, di dunia yang dipenuhi notebok-notebook gaming dengan resolusi full-HD, GE40 yang dirancang sebagai laptop gaming mobile dengan kemampuan grafis cukup baik, malah terbatas di bagian paling esensial lini visual. Itulah sebabnya kami tidak mau berpanjang lebar membahas spesifikasi tertulis dan langsung mengujinya dengan salah satu game MMOFPS terberat saat ini: PlanetSide 2.
GE40 ternyata cukup kuat untuk membawa Anda menikmati PlanetSide 2 di setting high. Kami tidak mendapatkan masalah saat memasuki game ini dan tiba di spawn room – dimana terdapat puluhan player di sana. Masalah datang saat kami memasuki medan tempur terbuka yang diisi ratusan tentara, tank dan pesawat tempur yang meliuk-liuk di udara. Framerate bisa anjlok di bawah 10FPS, dan terkadang kami juga dihadapi oleh masalah texture clipping (kami belum bisa memastikan apakah hal ini datang dari engine game yang tidak stabil, atau masalah pada kartu grafis). Akhirnya kami harus puas dengan menurunkan opsi setting ke level medium. Di tingkat ini kami bisa menikmati PlanetSide 2 dengan rata-rata 30FPS.
Kini kami akan membawa Anda ke pembahasan yang lebih teknis. Kami menguji MSI GE40 Dragoon Eyes dengan Heaven Benchmark v2.5 dari Unigine – kami menggunakan setting standard 1600×900 fullscreen dan DirectX 11 – dan laptop gaming ini mendapatkan skor 934, rata-rata FPS 37,1, dengan FPS minimal 10 dan maksimal 85,6.
Namun yang cukup mengejutkan adalah ketika kami menjajalnya dengan Geeks3D FurMark, saat CPU dalam full-load, temperatur core maksimal GE40 hanya mencapai 73° Celcius. Angka ini jauh lebih kecil dibanding beberapa notebook gaming lain, baik milik MSI sendiri maupun kompetitor-kompetitornya, saat sedang digunakan untuk ber-game, bahkan untuk game–game yang bukan graphic-bounded atau CPU-bounded sekalipun. Tapi tetap saja, bagian palmrest akan terasa “hangat” saat Anda menggunakannya ber-gaming. Dan kadang hal ini juga membuat pengguna kurang nyaman, tangan berkeringat adalah hal terakhir yang Anda inginkan saat serius bermain game.
Di atas kertas, konsep mobile gaming yang dibawa MSI GE40 sangat menjanjikan. Dipadu dengan kesederhanaan desain dan konsep “no-nonsense”, Anda benar-benar mendapatkan apa yang Anda bayarkan: mobile dan PC gaming. Namun jika Anda mengharapkan sesuatu yang benar-benar mendongkrak style Anda sebagai seorang gamer hardcore, GE40 bukan notebook untuk semua orang.
Secara keseluruhan, ia terlihat hampir sama dengan sepupu multimedia-nya, hanya dibedakan dari LED merah mata naga marah di belakang layar. Jika dibandingkan dengan notebook gaming MSI lainnya, seperti seri GX dan GT, GE40 juga tidak memiliki lekukan-lekukan ala gaming notebook standard.
Apakah hal itu membuatnya buruk? Tentu tidak, kombinasi hardware di dalamnya mampu membuktikan bahwa GE40 adalah gaming notebook sejati, disajikan tanpa opsi-opsi dan gimmick tak berguna. Apakah ia berhasil mengkombinasi konsep ‘mobile’ dan ‘PC gaming’ di dalam satu bungkus? Iya, GE40 bahkan lebih berhasil mengusung konsep ini dibanding sepupu-sepupunya yang lebih besar.
Apakah notebook ini akan laris di kalangan gamer hardcore dan atlet e-sport? Sayangnya, prediksi kami tidak. Kami lebih memilih sesuatu yang lebih gesit, lebih bertenaga, dan lebih totalitas.
Bagaimana pendapat Anda?