Siapa yang bilang industri musik telah mati? Sementara Napster tinggal sejarah, namun 10 tahun ke belakang telah memperlihatkan kembalinya dunia musik digital. iTunes bisa jadi masih memegang peran dominan di penjualan musik digital, namun kini telah muncul lebih banyak inovasi serta startup yang masuk ke dunia musik digital dan memperkenalkan layanan mereka (colek Spotify).
Saya sendiri tidak bisa memutuskan untuk mengambil tema apa sebagai bahan artikel kolom rutin ini, jadi saya memutuskan untuk menyusun rangkuman pendek dari berbagai berita menarik tentang musik digital.
- Seperti yang sebelumnya telah dituliskan di DailySocial, ada indikasi bahwa iTunes Store mungkin akan masuk ke Indonesia. Meskipun penetrasi perangkat iOS di Indonesia masih rendah, namun kabar ini bisa berarti bahwa akhirnya akan muncul toko untuk mengunduh musik yang mudah digunakan. Pertanyaannya apakah akan ada koleksi musik yang relevan dan cukup banyak?
- Spotify ingin mengkanibalisasi pembajakan. Dengan 10 juta pengguna aktif serta 3 juta pelanggan berbayar, mereka mungkin saja bisa melakukan hal tersebut dan mengejar iTunes. Tetapi ada masalah besar atas rencana ini – pemusik yang tidak mendapatkan bayaran dari layanan streaming musik, belum lagi nama besar seperti Coldplay dan Adele yang menunda katalog musik mereka dari layanan streaming, sepertinya ini sebagai bagian dari strategi penjualan. Tetapi, dengan usaha Spotify yang telah membayar banyak untuk royalti, waktu yang akan membuktikan apakah mereka bisa mengubah kondisi ini.
- Rdio berusaha untuk menyaingi Spotify dengan merombak pengalaman penggunaan layanan mereka – dan tampilan mereka cukup bagus, meskipun dari sisi desain tampak mirip dengan iTunes namun di browser. Apakah Rdio bisa menambil pangsa pasar dari Spotify? Taruhan saya, aplikasi berbasis peramban akan membuat perbedaan pada titik tertentu.
- Turntable.fm, yang secara dasar merupakan situs untuk ruang DJ virtual, telah menandatangani kesepakatan dengan 4 label rekaman utama. Pendapat saya? Turntable.fm pada dasarnya membayar label rekaman besar sejumlah uang sehingga mereka tidak dituntut, sambil tetap berusaha untuk mendapatkan pemasukan dari pengguna mereka. Seperti sebuah pertarungan tingkat tinggi.
- Beberapa aplikasi musik diluncurkan pada acara SXSW, dan Live Nation juga mengumumkan LN Labs Dund untuk mendanai startup di segmen musik. Mari kita berharap semua ini akan menjadi dorongan untuk inovasi dalam menikmati musik dan membawa lebih banyak bisnis daripada tuntutan hukum.
- Dengan MySpace yang semakin kehilangan pamor, MTV yang kini bermitra dengan Topspin melihat peluang dengan meluncurkan Artist.MTV, sebuah platform yang memungkinkan musisi untuk berinteraksi langsung dengan fans, berbeda dengan apa yang ditawarkan dulu dengan MySpace. Saya berani bilang, dengan kekuatan media dan merek dari MTV yang telah ada saat ini, kerja sama ini mungkin saja bisa berhasil.
- Akrhirnya, layanan streaming musik mendapatkan pengakuan dari Billboard, yang kini telah memasukkan faktor pemutaran musik di layanan streaming menjadi salah satu faktor dalam menyusun daftar Billboard Hot 100, dan mereka juga meluncurkan sebuah streaming airplay chart. Layanan yang masuk dalah kalkulasi dari Hot 100 antara lain, Spotify, Rhapsody, Rdio, Slacker, Muve Music dan MOG.
- Informasi dari SXSW: pemenang dari SXSW Music Accelerator tahun ini adalah Ovelin, yang membuat aplikasi iPad keren untuk belajar kord gitar dengan teknik yang baik secara menyenangkan. Sebuah pengingat bahwa mendapatkan pemasukan dari musik tidak melulu harus dari jualan musik, tetapi bisa juga berarti mengajarkan musik.
Dengan berbagai hal yang terjadi yang berhubungan dengan dunia musik di U.S. dan Eropa, muncul sebuah pertanyaan di benak saya – apa yang terjadi di Asia? Jawaban atas pertanyaan tersebut, membutuhkan artikel tersendiri.
Ario bekerja di industri musik Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010, ia kini bekerja di industri film dan TV di Vietnam. Anda bisa follow akunnya di Twitter – @barijoe atau membaca blog-nya di http://barijoe.wordpress.com.