On Device Research: WhatsApp Masih Dominasi Pemetaan Aplikasi Mobile Messaging di Seluruh Dunia

Walaupun Facebook adalah situs media sosial dengan jumlah pengguna lebih dari satu miliar, Facebook Messenger bukanlah platform aplikasi social messaging yang terbesar di dunia. Laporan dari lembaga riset On Device menunjukkan bahwa singgasana kategori ini diduduki oleh WhatsApp sebagai aplikasi mobile messaging terpopuler di seluruh dunia.

Dalam laporan yang bertemakan “Mobile Market Research”, On Device mengambil sejumlah sampel sebanyak 3.759 pengguna perangkat iOS dan Android di lima negara di wilayah yang berbeda yaitu Amerika Serikat, Brazil, Afrika Selatan, Cina, dan juga di Indonesia. Dari kelima negara ini, ternyata ditemukan kesimpulan yang cukup menarik yaitu bagaimana “hebatnya” WhatsApp dalam menguasai pasar mobile messaging di seluruh dunia.

Mengapa saya dapat beranggapan demikian? Tentu kembali dapat dilihat dari kelima negara tersebut, terpantau aplikasi yang bermarkas di Santa Clara, California, Amerika Serikat tersebut mampu memimpin di sekian banyak jenis negara, mulai dari negara maju hingga negara berkembang sekalipun. Mayoritas pelanggan mobile tercatat memilih WhatsApp sebagai aplikasi andalan dalam berkirim pesan instan.

WhatsApp meraja di belahan selatan
Di Indonesia sendiri WhatsApp tercatat mendominasi mobile messaging dengan pangsa pasar sebesar 43%, diikuti oleh BlackBerry Messenger (BBM) yang memperoleh 37% dan kemudian Line yang “mengekor” cukup tipis dengan 36% dari seluruh penggunaan aplikasi pesan instan.

Hampir serupa dengan Indonesia, Afrika Selatan juga menghadirkan hasil survey yang menyatakan WhatsApp memimpin dengan angka 68% kemudian diikuti oleh aplikasi Facebook Messenger dengan perolehan 47% dan BBM masuk daftar tiga teratas dengan perolehan 34%.

Bergeser sedikit ke benua Amerika, ada Brazil yang merupakan salah satu negara berkembang yang tumbuh paling cepat diantara negara-negara di selatan Amerika tersebut. Dalam survey ini, aplikasi WhatsApp kembali memimpin di tengah-tengah pasar mobile messaging di negara yang dijuluki “Negeri Sepakbola” itu dengan meraih angka 72% dan di bawahnya kembali terdapat Facebook Messenger yang memiliki angka 49% dan terakhir diduduki oleh Skype dengan puas berbagi sekitar 30% dari pasar.

Dalam laporan tersebut, aplikasi WhatsApp ternyata tak menduduki peringkat utama di Amerika Serikat. Pengguna di seantero AS nyatanya masih “memberi nafas” kepada aplikasi Facebook Messenger sebagai aplikasi pesan instan andalannya dengan berhasil meraih 46% kemudian disusul oleh WhatsApp di 35% dan Twitter dengan 24%. Melihat hal tersebut, Facebook Messenger ternyata masih memiliki taji untuk memfasilitasi pengguna di regional AS dalam berkirim pesan.

Lalu bagaimana dengan Cina? Seperti yang mungkin sudah Anda duga, aplikasi WhatsApp tidak tampak di tiga aplikasi teratas di negara ini. Para pengguna aplikasi pesan instan di Cina lebih memilih produk lokal dibanding produk luar negeri yang tentunya tidak terlepas dari kebijakan pemerintah Cina yang membatasi penggunaan dan distribusi layanan luar negeri di negerinya.

Adalah WeChat yang menjadi raja di dalam istananya sendiri dengan perolehan yang sangat besar yakni mencapai 93%, kemudian diikuti oleh Sina Weibo dengan 46% dan masih ada Skype yang harus puas dengan angka 6% saja dari total populasi pengguna di Cina.

Mempertahankan popularitas
Dari lima negara yang diambil sampelnya tersebut, tiga dari negara-negara tercatat masih menggemari WhatsApp sebagai platform messaging andalan, sementara dua negara lainnya masih menomorduakan WhatsApp dan bahkan ada yang tak menggemarinya sama sekali. Walaupun begitu, kejayaan WhatsApp terlihat dari popularitasnya yang secara menyeluruh menempati posisi aplikasi terpopuler di berbagai negara secara konsisten.

Apakah WhatsApp akan dapat mempertahankan popularitasnya di tahun-tahun mendatang tidak dapat dipastikan. Apalagi dengan semakin populernya aplikasi-aplikasi pesan instan generasi baru seperti Line dan WeChat yang memiliki jauh lebih banyak kemampuan dengan fokus dan model bisnis yang berbeda, sehingga ketika WhatsApp mengenakan biaya berlangganan $1 per tahun, pesaingnya tetap dapat menggratiskan penggunaan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.