Payfazz sedang menggelar putaran pendanaan Seri B untuk pengembangan produk keuangan di luar PPOB, memperkuat tim R&D, dan ekspansi regional

Payfazz Masih Galang Pendanaan Seri B, Bersiap Ekspansi Regional

Startup layanan keuangan berbasis keagenan Payfazz mengungkapkan sedang menggelar putaran pendanaan Seri B. Dana segar ini nantinya bakal digunakan untuk pengembangan produk keuangan di luar PPOB, memperkuat tim R&D, dan ekspansi regional setidaknya ada satu atau dua negara di ASEAN yang bakal disambangi.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO PayFazz Hendra Kwik belum memberikan detail lebih lanjut kapan finalisasi pendanaan selesai dilakukan. Menurutnya, pendanaan Seri B ini belum ditutup alias masih mencari investor lainnya untuk bergabung.

“Ada banyak [investor], kebanyakan adalah strategic financial sector. Gabungan dari investor hedge fund, ada late stage investor dan strategic financial service investor. Prosesnya masih on going karena belum kita tutup [penggalangannya],” tutur Hendra.

Sejumlah investor yang menanamkan dana ke Payfazz dia ntaranya Y Combinator, Insignia Ventures Partners, MDI Ventures, Vertex Ventures, Convergence Ventures, dan dirumorkan mengantongi dana dari Tiger Global Management sejak bulan lalu.

CEO & Co-Founder Payfazz Hendra Kwik / Payfazz
CEO & Co-Founder Payfazz Hendra Kwik / Payfazz

Ekspansi regional, sambungnya, termasuk dalam rangka mewujudkan ambisinya sebagai perusahaan regional. Dia meyakini bahwa jalur Payfazz sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pedesaan terhadap produk keuangan. Dari pengakuan lembaga lewat award yang diperoleh Payfazz menambah keyakinan bahwa best practice ini bisa dibawa di ekspor ke luar negeri.

“Ada beberapa negara di ASEAN yang bisa direplikasi [dengan pembelajaran dari Indonesia]. Mungkin masuk ke satu atau dua negara dulu, tapi belum tahu apakah tahun ini karena masih dipelajari yang mana yang paling strategis.”

Memperkuat tim R&D adalah kecenderungan yang selalu dilakukan ketika Payfazz punya anggaran dana yang lebih, alokasi dana mayoritas ditempatkan di sana. Hendra memandang tim R&D punya peranan yang penting sepanjang perusahaan berdiri. Di sana menjadi cikal bakal suatu layanan baru yang dikeluarkan Payfazz.

“Setiap ada permintaan di pasar selalu kita validasi, untuk melihat permintaannya valid atau tidak. Lalu lihat potensinya, apakah saturated atau pasar masih lebar, apakah ada potensi bisnis dan punya sustainability yang kuat,”

Dia melanjutkan, “Kalau bagus, kita coba cari kandidat dari luar untuk dijadikan internal CEO untuk lead produk tersebut. Kita hire, kalau sudah dapat tim yang bagus dan idenya valid, kita akan support dengan dana internal dan biarkan mereka scale up.”

Fokus layani produk keuangan dasar

Hendra mengaku literasi produk keuangan di desa masih rendah, sehingga belum tepat rasanya bila menjajal mereka dengan produk-produk yang belum punya korelasi erat dengan kebutuhan mereka sehari-hari. Alhasil saat Payfazz dirintis di 2016, produk yang ditawarkan adalah PPOB karena paling mudah dimengerti oleh mereka.

“PPOB ini membuat masyarakat familiar dengan brand Payfazz. Kita pun makin perbanyak lokasi agen Payfazz. Setelah empat tahun, mereka sering pakai, akhirnya reputasi kami semakin baik, jaringan sudah kuat. Lalu diputuskan untuk menyalurkan produk keuangan di luar PPOB.”

Kontribusi PPOB saja setiap bulannya hampir menyentuh Rp1 triliun. Pertumbuhan secara umum bila direratakan antara dua sampai tiga kali lipat per tahunnya. Disebutkan jumlah agennya mencapai 450 ribu orang, jumlah registrasinya tembus 2,5 juta unduhan. Hampir 40% di antaranya terpusat di Pulau Jawa.

Angka ini menobatkan Payfazz sebagai salah satu pemain agen keuangan terbesar untuk segmentasi di pedesaan.

Setelah PPOB, sebenarnya menjelang tahun lalu perusahaan mulai masuk ke variasi produk pinjaman dan transfer bank sebagai tingkatan produk keuangan dasar berikutnya. Untuk produk pinjaman perusahaan bekerja sama strategis dengan startup lending Modal Rakyat.

Produk tersebut dinamai Kredit Agen untuk mendukung keberlanjutan usaha agen Payfazz dengan memberikan kredit modal usaha tanpa jaminan. Nominal dana yang diberikan mulai dari Rp500 ribu sampai Rp2 juta.

Fitur transfer yang sudah ditambahkan di dalam aplikasi Payfazz memungkinkan pengguna untuk transfer uang ke seluruh bank.

“Pengembangan produk selalu melihat dari kebutuhan konsumen. Kalau mereka enggak ngerti untuk apa [dibuatkan produknya]. Yang tadinya hanya ada PPOB, sekarang ada tambahan transfer bank, pinjaman mau diperkuat, dan tabungan sedang kita pertimbangkan.”

Pengenalan dua produk dan rebranding jadi Fazz Financial

Sebenarnya, di luar fokusnya menjangkau masyarakat desa dengan akses keuangan finansial, Payfazz merilis berbagai produk yang menjangkau berbagai segmen konsumen. Ada Post, Sellfazz, Sellfazz POS, Fazzcard, dan Canfazz. Tiga produk di awal adalah aplikasi kasir online yang menyasar tipe usaha yang berbeda.

Sementara Fazzcard adalah aplikasi untuk pengajuan kasbon untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, pulsa, paket data, sembako, bensin, tanpa harus punya rekening bank. Di samping itu, menawarkan cashback apabila belanja melalui rekanan e-commerce Fazzcard.

Terakhir adalah Canfazz. Semangat yang ditawarkan sebenarnya mirip dengan Payfazz, sebagai agen edukasi produk keuangan di pedesaan. Bedanya adalah Canfazz adalah agen mobile yang ‘jemput bola’ ke rumah warga untuk menjelaskan produk keuangan.

Sementara agen Payfazz itu statis karena berbentuk warung, sehingga untuk menjalankan fungsinya sebagai edukator hanya akan terjadi apabila jika warga yang datang ke warung untuk bertanya lebih jauh.

“Awalnya Canfazz itu kita pakai untuk management sales internal yang datang ke lapangan untuk edukasi agen dan masyarakat agar ngerti cara pakai Payfazz. Kemudian kita lihat ini bisa di-scale up karena kita anggap cukup untuk alat edukasi produk keuangan.”

Agen Canfazz bertugas untuk melakukan sales atau penjualan produk, survei lapangan, hingga pemasangan alat promosi di toko yang telah ditentukan. Ke depannya memungkinkan untuk buka tabungan melalui mereka.

“Inisiatif ini baru dimulai di 2019, ternyata sales internal kita cukup efektif untuk edukasi. Namun kalau hire sendiri akan jadi cost. Makanya kita berpikir untuk merekrut masyarakat lokal yang mau dapat income tambahan, ada komisi yang mereka apabila terjadi konversi.”

Variasi produk keuangan yang semakin komprehensif membuat Hendra untuk mengambil keputusan untuk rebranding Payfazz menjadi Fazz Financial sebagai induk yang membawahi berbagai produk keuangan.

“Dari awalnya hanya untuk bayar-bayar saja, kini sudah transformasi sebagai produk keuangan holistik. Jadinya kita rebranding.”

Menariknya, posisi Payfazz yang unggul di segmen PPOB membuat perusahaan akhirnya membuat anak usaha yang khusus menyediakan API-nya (host-to-host/h2h). Perusahaan ini disebut Billfazz (PT Billfazz Teknologi Nusantara) yang rilisnya berdekatan dengan Canfazz.

Hendra menjelaskan Payfazz tergolong punya mitra pembayaran yang cukup komprehensif dari berbagai perusahaan dan pemerintah. Perusahaan yang pernah menjadi provider PPOB untuk Telkom, volume transaksi melambung tinggi hanya dari Telkom saja.

“Dari situ kita putuskan ternyata makin banyak perusahaan yang mau integrasi dengan kita. Tapi karena Payfazz ini platform, hanya bisa dikoneksikan dengan satu API saja, makanya dibuatlah Billfazz. Jadi perusahaan yang mengembangkan PPOB bisa diintegrasikan API-nya dengan Billfazz.”

Disebutkan ada ribuan mitra yang telah terkoneksi dengan Billfazz masuk ke ekosistem PPOB. Variasinya mulai dari tagihan pemerintah, pajak, tagihan telepon, e-wallet, dan perbankan. Pengguna Billfazz di antaranya adalah Blibli, Traveloka, Tokopedia, Mapan, Flip, dan lainnya.

Dari seluruh rangkaian Payfazz yang kebanyakan fokus pada B2B2C, Hendra menyebut bahwa saat ini perusahaan sudah mencetak laba tapi belum positif. “Tahun ini harusnya positif kalau misalnya hiring stop, tapi kita investasi terus di situ, spent-nya besar,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here