Wild Rift, atau LoL versi mobile, sudah masuk ke versi Open Beta. Beberapa organisasi esports seperti Bigetron malah sudah mulai mencari para pemain Wild Rift. Sejumlah YouTuber yang besar dari MLBB seperti JessNoLimit juga sudah membuat konten Wild Rift.
Namun demikian, saya bisa memahami jika ada keraguan dari orang-orang yang ingin terjun ke esports game baru seperti Wild Rift. Pasalnya, nyatanya, memang tak semua game baru bisa berkembang dengan baik atau pun bahkan bertahan cukup lama skena esports-nya. Baik waktu, uang, tenaga, dan pikiran jadi pertaruhan saat pelaku industri mencoba bertaruh di ranah yang baru.
Karena itulah, saya menulis artikel ini. Sebelumnya, saya juga sudah pernah memberikan prediksi saya tentang peluang kesuksesan esports Wild Rift dari berbagai perspektif. Namun di sini, saya ingin memberikan pendapat saya tentang pertimbangan yang mungkin perlu dipikirkan sebelum terjun ke esports Wild Rift untuk beberapa pelaku industri berbeda di ekosistem esports kita.
Keuntungan untuk Terjun Lebih Awal
Faktanya, terjun lebih awal ke satu ranah industri memang memiliki keuntungan tersendiri. Meski memang juga berarti mengambil resiko tertinggi yang akan kita bahas di bagian setelah ini.
Buat kreator konten, ada banyak keuntungan jika Anda sudah membuat konten Wild Rift mulai dari masa Closed Beta kemarin. Pasalnya, jumlah pemain yang bisa bermain di masa Closed Beta kemarin benar-benar sangat terbatas. Padahal, berkat kesuksesan Riot Games dengan LoL, gaung Wild Rift cukup nyaring terdengar dan ditunggu banyak sekali orang yang tak sabar mencoba. Jadi, para pemain yang ingin mencoba Wild Rift namun tak beruntung, mau tidak mau hanya bisa menonton konten.
Namun sekarang, Wild Rift sudah masuk masa Open Beta untuk beberapa wilayah yaitu Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, dan Thailand. Meski mungkin boleh dibilang Anda kehilangan peluang emas jika baru membuat konten Wild Rift sekarang, belum banyak kreator konten lain yang menyajikan Wild Rift — setidaknya jika dibandingkan dengan jumlah kreator konten yang membuat konten MLBB atau game-game lainnya yang saat ini laris manis di Indonesia. Karena itu, saingan Anda sesama kreator konten juga tidak sebanyak untuk game lainnya.
Oh iya, untuk kreator konten, jika Anda cukup mahir dan percaya diri, saya sarankan Anda untuk membuat konten Wild Rift berbahasa Inggris. Kenapa? Karena seperti yang saya tuliskan tadi, baru 7 negara yang mendapatkan akses Open Beta. Karena itu, saingan Anda akan lebih sedikit di pasar internasional. Ditambah lagi, gamer yang berasal dari luar 7 negara tadi juga hanya bisa menonton konten Wild Rift jika mereka penasaran. Padahal LoL itu sendiri besar di pasar Amerika Serikat, Eropa, Tiongkok, dan Korea Selatan. Dari 4 kawasan tadi, hanya gamer dari Korea Selatan yang sudah bisa mencicipi Wild Rift. Jika Anda membuat konten Wild Rift berbahasa Inggris, Anda berpeluang untuk menarik penonton dari Amerika dan Eropa — mengingat YouTube dan Twitch diblokir di Tiongkok.
Setelah kreator konten, untuk pemain yang ingin jadi pro player, Anda bisa mengumpulkan jam terbang lebih banyak bermain Wild Rift jika Anda mulai dari sekarang. Meski memang jam terbang bermain bukan jadi satu-satunya faktor yang menjamin kesuksesan Anda nanti; namun setidaknya, semakin banyak berlatih, peluang Anda akan semakin besar untuk mengalahkan lawan.
Bagaimana dengan tim atau organisasi esports? Apakah keuntungan yang bisa didapatkan jika lebih dulu punya tim Wild Rift? Pertama, jelas harga pemain Wild Rift masih murah meriah — setidaknya tidak akan mungkin semahal pemain MLBB, PUBG M, ataupun Free Fire. Kedua, Anda bisa mencari pemain yang berpotensi jadi mega bintang dengan lebih mudah tanpa saingan yang berarti.
Peluang untuk mendapatkan pemain yang berpotensi jadi bintang itu sebenarnya begitu krusial di skena esports Indonesia. Jika Anda tidak percaya, kita bisa melihat Lemon di MLBB ataupun Zuxxy & Luxxy di PUBG Mobile. Faktanya, RRQ memang begitu beruntung memilliki Lemon sehingga bisa jadi juara MPL Indonesia 3 kali. Bigetron juga beruntung memiliki si kembar, Bagas dan Bagus, yang mampu membawa timnya juara di tingkat nasional ataupun internasional. Pemain seperti Lemon atau Zuxxy dan Luxxy sudah pasti mahalnya minta ampun jika ekosistemnya sudah berkembang karena akan jadi rebutan semua tim. Peluang untuk mendapatkan pemain yang berpotensi untuk jadi seperti 3 bintang tadi jadi lebih mudah dan murah di Wild Rift yang belum berkembang.
Keuntungan terakhir yang akan saya bahas adalah untuk event organizer atau penyelenggara turnamen. Faktanya, jika Anda ingin menyelenggarakan turnamen Free Fire, MLBB, ataupun PUBG Mobile, Anda tidak akan mungkin mendapatkan penonton yang maksimal karena 3 game esports populer tadi sudah punya liga resminya masing-masing yang jelas memiliki otoritas ataupun popularitas tertinggi.
Mungkin sebenarnya bisa saja jika Anda ingin mengalahkan popularitas ataupun otoritas liga resmi tadi namun biayanya akan jadi terlalu mahal, misalnya dengan menyuguhkan total hadiah dan anggaran biaya marketing yang jauh lebih tinggi.
Sebaliknya, Wild Rift belum punya liga ataupun turnamen resmi. Jadi, Anda tak perlu bersaing dengan event resmi dari publisher-nya.
Perhitungan Harga yang Harus Dibayarkan
Setelah keuntungan yang mungkin didapat, tak lengkap rasanya jika kita tidak membahas resiko yang harus ditanggung. Seperti yang saya tuliskan tadi, untuk terjun ke esports game baru, setiap kita harus membuat pertaruhan dengan harga yang harus siap untuk dikorbankan — harga tadi bisa berupa uang, waktu, tenaga, ataupun pikiran.
Seperti bagian pertama tadi, mari kita lihat dulu dari perspektif kreator konten. Menurut saya, tidak ada resiko besar yang harus ditanggung jika Anda ingin membuat konten Wild Rift dan konten game lainnya (jika Anda merasa konten Wild Rift tidak dapat membawa banyak penonton). Kecuali, jika Anda ingin mengincar kontrak eksklusif dengan publisher game lainnya, Anda mungkin harus setia dengan satu publisher.
Resiko yang lebih besar mungkin harus ditanggung oleh pro player atau mereka yang ingin ke arah sana. Baik MLBB, Free Fire, ataupun PUBG Mobile masih menawarkan ruang besar bagi pemain-pemain baru yang bisa bersinar. Albert, dari RRQ misalnya, ia baru bermain di MPL sejak S6 namun sudah bisa langsung juara.
Jika Anda lebih banyak menghabiskan waktu bermain Wild Rift, kemungkinan besar, Anda tidak akan bisa masuk ke liga utama macam MPL, PMPL, ataupun FFIM. Belum lagi, kita semua juga belum tahu kapan Riot Games akan serius menggarap ekosistem esports Wild Rift. Karena itu, opportunity cost yang harus ditanggung oleh (calon) pro player Wild Rift mungkin cukup besar untuk ditanggung.
Bagaimana dengan tim esports? Resiko yang harus ditanggung organisasi esports sangat kecil untuk punya divisi Wild Rift mulai sekarang. Pertama, karena belum ada liga resmi, belum ada aturan main yang mengharuskan gaji minimal untuk pro player — seperti yang diterapkan untuk MPL. Karena itu, tim esports bahkan bisa saja membayar gaji ratusan ribu untuk para pemain Wild Rift jika memang disetujui oleh pemain tersebut. Kedua, saya tidak yakin organisasi esports juga akan dituntut untuk memberikan tempat tinggal eksklusif untuk tim Wild Rift mereka seperti divisi game lainnya yang sedang di atas angin saat ini.
Selain itu, jika kita bandingkan dengan MLBB, organisasi esports yang tidak bermain di MPL jelas akan kalah popularitasnya. Padahal, jika Anda ingin bermain di MPL, Anda harus membayar biaya investasi yang dikenalkan sejak liga tersebut berubah jadi sistem franchise di S4. Apalagi, biaya untuk masuk ke MPL tentu saja akan lebih mahal dibanding saat S4 dulu. Menurut kabar yang saya dengar, nilai biaya investasinya di S6 naik 50% dari harga awalnya — jadi US$1,5 juta.
Menurut saya, hal tersebut juga tentu saja jadi harga dan resiko yang harus ditanggung oleh tim/organisasi esports yang ingin berkecimpung di MLBB. Harga dan resiko tersebut tidak ada di Wild Rift — setidaknya untuk sekarang.
Karena itulah, resiko yang harus ditanggung hanyalah ongkos tim atau pemain yang mungkin akan terbuang percuma jika ternyata esports Wild Rift tak berkembang atau bahkan mati di tengah jalan.
Terakhir, resiko apa yang harus ditanggung untuk event organizer atau penyelenggara turnamen? Meski memang turnamen pihak ketiga tak harus berkompetisi melawan turnamen atau liga resmi, tetap saja pemain Wild Rift memang belum sebanyak Free Fire, PUBG Mobile ataupun MLBB. Karena itu, resikonya adalah potensi jumlah peserta ataupun penonton turnamen yang sangat terbatas.
Selain itu, karena belum ada turnamen atau liga resmi, persaingan antara penyelenggara turnamen bisa jadi kurang sehat misalnya seperti sengaja menabrakkan jadwal turnamen ataupun perang nominal total hadiah yang ditawarkan. Menurut saya, perang total hadiah yang ditawarkan itu yang sangat tidak sehat untuk keberlangsungan ekosistem esports.
Misalnya saja seperti ini, awalnya turnamen A menawarkan total hadiah sebesar Rp10 juta. Turnamen B pun tidak mau kalah dan membesarkan total hadiah jadi dua kali lipat agar bisa menggunakan jargon ‘turnamen Wild Rift terbesar’. Turnamen A bisa jadi membalas dengan menggelembungkan total hadiah jadi Rp50 juta di turnamen selanjutnya. Bagi saya, hal semacam inilah yang mematikan ekosistem esports di satu negara.
Kenapa? Karena uang hadiah biasanya berasal dari sponsor. Padahal, sebesar apapun hadiah turnamen, tetap saja pada banyak sekali batasan potensi ROI yang bisa didapatkan dari sebuah turnamen esports. Misalnya saja, jika sebuah turnamen bisa menawarkan total hadiah sampai dengan Rp100 triliun, apakah penonton turnamen tersebut bisa mengalahkan penonton World Cup? Berapa banyak produk yang harus terjual agar sebanding dengan uang yang harus dikeluarkan tadi?
Jadi, untuk resiko event organizer atau penyelenggara turnamen sebenarnya cukup kecil andaikan masih mencoba menawarkan total hadiah dan membutuhkan dana yang masuk akal atau tidak ada yang sengaja berniat merusak ekosistem…
Penutup
Akhirnya, dalam interview bersama Hybrid, Riot Games memang mengatakan belum akan serius menggarap esports untuk Wild Rift karena mereka lebih fokus untuk memberikan pengalaman bermain yang lebih baik (sembari mencari jumlah pemain lebih banyak lagi, mungkin).
Menurut saya pribadi, saya memang lebih suka jawaban tersebut ketimbang keputusan game lain yang mungkin terlalu cepat dan boros ke esport — meski ekosistem game-nya sendiri belum solid, seperti Vainglory ataupun Arena of Valor.
Selain itu, Riot Games juga tidak memberikan harapan palsu buat para pelaku industri dengan memberikan jawaban tersebut. Namun demikian, buat para pelaku industri ini, tidak ada jaminan apapun buat yang ingin terjun ke esports Wild Rift.
Jadi, bagaimana dengan Anda? Dengan peluang dan resiko tadi, apakah Anda akan mencoba peruntungan dengan esports Wild Rift?