Pemain Super-app Berlomba Hadirkan Inisiatif Baru untuk Digitalisasi UMKM Indonesia

Setelah pembentukan GoTo dan kemitraan strategis antara Grab, Bukalapak, dan Emtek, raksasa teknologi Indonesia kini berlomba untuk mendigitalkan usaha mikro dan kecil.

Grab, Bukalapak, dan konglomerat media Emtek Group telah meluncurkan program akselerator yang disebut Kota Masa Depan, perusahaan mengumumkan pada hari Kamis. Program ini menyasar usaha mikro, kecil, dan menengah dari kota-kota tier-2 dan tier-3 di Indonesia.

Kota Masa Depan memiliki tiga prioritas—onboarding bisnis ke platform Grab dan Bukalapak, memberdayakan perusahaan melalui sesi pelatihan dan pendampingan, dan memberikan vaksinasi kepada karyawan UMKM. Unit bisnis juga akan mendapatkan eksposur dari jaringan media milik Grup Emtek, termasuk saluran televisi SCTV dan Indosiar, serta platform video streaming Vidio.

Program ini bertujuan untuk menjangkau 10.000 UMKM pada akhir Desember 2021 di daerah seperti Kupang, Nusa Tenggara Timur, Solo di Jawa Tengah, Gowa di Sulawesi Selatan, Malang di Jawa Timur, dan Pekanbaru di Riau.

Grab, Emtek, dan Bukalapak telah mempererat hubungan bisnis mereka selama beberapa bulan terakhir. Pada bulan April, beberapa hari setelah Grab mengumumkan merger SPAC dengan Altimeter Growth Corporation, perusahaan yang berbasis di Singapura ini dilaporkan menghabiskan Rp 4 triliun (USD 274 juta) untuk membeli 4% saham di Emtek. Pada bulan Mei, Emtek mengakuisisi saham minoritas (2,59%) di unit Grab di Indonesia, dan kemudian pada bulan Juni, Emtek menyuntikkan modal tambahan sebesar Rp 3,09 triliun (USD 210 juta). Saat ini, Emtek memiliki 5,88% saham Grab. Emtek pun menjadi pemegang saham terbesar di Bukalapak.

Platform di ekosistem Grab dan Bukalapak yang tersedia untuk UMKM antara lain GrabFood, GrabMart, dan marketplace Bukalapak. Grab juga menjalankan program yang disebut GrabKios untuk mendigitalkan toko-toko di lingkungan sekitar. Platform ini telah bermitra dengan lebih dari 2 juta agen. Pada saat yang sama, Bukalapak gencar mengembangkan inisiatif O2O serupa bernama Mitra Bukalapak, yang sudah memiliki sekitar 8,7 juta agen.

Sementara itu, GoTo telah meluncurkan programnya sendiri yang disebut BangkitBersama (“bangkit bersama”) untuk membantu UMKM lokal dalam proses go digital. Program ini memiliki beberapa fokus. Ini berupaya untuk meningkatkan eksposur UMKM di Tokopedia melalui pendekatan hyperlocal yang melibatkan geotagging. Selain itu, inisiatif ini juga bertujuan untuk memberdayakan UMKM melalui serangkaian kelas bisnis online dan offline, dan membantu penjual e-commerce untuk memperluas jangkauan mereka melalui platform layanan fulfillment TokoCabang.

UMKM di ekosistem GoTo dapat mengakses berbagai platform seperti GoFood, GoShop, dan marketplace Tokopedia. Di ruang O2O, grup ini memiliki Mitra Tokopedia, yang diluncurkan pada 2018, dan GoToko, sebuah inisiatif yang diluncurkan tahun lalu. GoTo juga memiliki e-commerce enabler bernama GoStore yang membantu UMKM membuat toko online. Berkat investasi dari Facebook tahun lalu, merchant di GoStore dapat mengintegrasikan lapak online mereka dengan Facebook Shop dan Instagram Shopping. Grup ini telah menggabungan 11 juta mitra pedagang pada Desember 2020.

Layanan untuk UMKM di super-app Indonesia

Saat ini terdapat sekitar 64,2 juta UMKM di Indonesia. Bisnis ini menyerap sekitar 97% dari total tenaga kerja dan berkontribusi sekitar 61% dari produk domestik bruto negara, menurut Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia.

Digitalisasi UMKM menjadi semakin penting untuk memungkinkan bisnis ini menjangkau basis konsumen yang lebih luas, memperluas bisnis mereka, dan mendapatkan akses ke pembiayaan. Bagi raksasa teknologi, UMKM dapat membawa lebih banyak pelanggan ke ekosistem mereka, terutama di kota-kota tingkat-2 dan tingkat-3, tempat tinggal 100 juta pengguna internet berikutnya.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial