Pemrograman Diminati oleh Pelajar Indonesia

Pelajar Indonesia Antusias Ingin Mempelajari Keterampilan Pemrograman / Shutterstock

Masih teringat dalam benak kita terkait dengan penghapusan mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di sekolah bersamaan dengan diimplementasikannya Kurikulum 2013, gagasan Menteri M. Nuh. Tentu pendapat pro dan kontra terus membanjiri selama kurikulum yang menghapus mata pelajaran TIK tersebut dijalankan. Namun, fakta yang ditunjukkan dari sebuah survei yang digagas Microsoft YouthSpark dalam program #WeSpeakCode menunjukkan bahwa atensi siswa untuk belajar pemrograman (sebagai bagian dari TIK) sangatlah tinggi.

Survei yang dilakukan sejak Februari 2015 tersebut melibatkan sebanyak 1.850 siswa-siswi di 8 negara di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia. Sebanyak 87 persen dari total responden mengatakan bahwa pemrograman adalah sesuatu yang ‘keren’, dan mereka ingin mempelajarinya. Karena sebagian besar dari mereka (91 persen) meyakini bahwa keterampilan pemrograman dapat menunjang dan menjadi pilihan karir mereka.

Survei Microsoft WeSpeakCode 1

Jika melihat persentase tersebut, tentu terlihat betul bahwa pemrograman (TIK) memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi mata pelajaran yang menarik perhatian siswa, sekaligus mengasah pola pikir dan logika berpikir siswa.

Kurikulum 2013 Dihentikan, TIK Perlu Ditransformasikan

Memasuki era kepemimpinan baru di Indonesia, Menteri Pendidikan Anies Baswedan dalam awal karirnya di kementerian langsung membuat sebuah keputusan yang cukup mengagetkan banyak pihak, terutama di sektor pendidikan dan kurikulum. Anies memutuskan untuk memberhentikan Kurikulum 2013, dan mengembalikan ke kurikulum sebelumnya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Meskipun pendapat pro dan kontra kembali muncul, setidaknya TIK mulai hadir kembali di dalam ruang kelas siswa-siswi di Indonesia.

Survei Microsoft WeSpeakCode 2

Jika melihat kurikulum mata pelajaran TIK, setiap sekolah memiliki pendekatan yang berbeda. Ada yang sebatas mengajarkan software produktivitas seperti Office Suite, Internet dan beberapa mulai mengajarkan pemrograman dasar. Melihat atensi siswa-siswi yang bergitu tinggi dengan pemrograman, menarik untuk diperhitungkan untuk dimasukkan ke dalam kurikulum TIK. Pada dasarnya ketika siswa belajar pemorgaman tidak hanya mempelajari tentang bagaimana sebuah aplikasi dibuat, karena secara tidak langsung mereka juga akan mempelajari tentang cara-cara logis pemecahan masalah, pemikiran analitis dan konsep keterampilan matematika.

Siswa-siswi Indonesia Antusias dengan Pemrograman

Banyak anggapan yang mengira bahwa keterampilan pemrograman umumnya digemari dan dilakukan oleh kaum pria, namun menariknya dari responden survei ditunjukkan proporsi minat untuk mempelajari pemrograman untuk siswa dan siswi sama-sama tinggi di Indonesia. Sebanyak 71 persen siswa dan 76 persen siswi di Indonesia menggangap keterampilan pemrograman adalah sesuatu yang menjanjikan di masa depan.

Hal ini juga mengindeikasikan bahwa kesadaran pelajar Indonesia untuk melek dan mengimbangi kemajuan teknologi yang begitu dinamis sangatlah antusias. Namun dalam survei tersebut pun dikatakan, dari total responden survei yang begitu berminat dengan keterampilan pemrograman, hanya 51 persen yang terfasilitasi dengan baik di sekolah, baik dalam bentuk mata pelajaran ataupun kegiatan ekstrakurikuler.

Menumbuhkan Pola Pikir Berkreasi, Tidak Hanya Mengkonsumsi

Pemrograman akan mengajarkan kepada siswa-siswi tentang bagaimana ia mengkreasikan pola pikir ke dalam sebuah software. Selama ini kita banyak diajarkan sejak dini tentang cara-cara memanfaatkan software saja, jarang diajarkan tentang konsep bagaimana software yang kita gunakan tersebut dibuat dan berjalan. Pengenalan konsep pemrograman sejak dini akan berimbas pada munculkan bibit-bibit inovator teknologi baru di Indonesia. Toh sudah tidak diragukan lagi kan, bahwa masa depan akan erat kaitannya dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi.

Tantangan Yang Harus Diselesaikan

Internet merupakan komponen penting, dengannya berbagai sumber sumber informasi dan belajar yang banyak tersebar di dunia maya akan memudahkan bagi peminat pemrograman untuk belajar. Akses internet di Indonesia menjadi salah satu yang paling rendah di Asia Tenggara. Bahkan jika melihat ke pelosok atau beberapa daerah pinggiran akses listrik pun masih memiliki banyak keterbatasan. Namun diyakini bahwa masalah infrastruktur hanyalah masalah waktu dan kesungguhan pemerintah (dan masyarakat) dalam membangun dan melakukan suksesi di daerah.

Bahkan ketika fasilitas seperti internet dan listrik sudah terjamin pun, kadang yang masih menjadi isu untuk mendapatkan sumber pembelajaran secara mandiri adalah kendala bahasa (sebagian besar materi pemrograman di Internet berbahasa Inggris). Karena materi dan tools pemrograman yang cocok dan sesuai untuk digunakan pelajar Indonesia pun masih minim. Namun pada dasarnya masalah ini dapat dipecahkan dengan keikutsertaan sekolah (atau pemerintah dalam hal ini kemeterian pendidikan) untuk memperhatikan pentingnya memasukkan kurikulum pemrograman ke mata pelajaran, dalam hal ini pelajaran TIK.

Alat-alat pemrograman visual juga sudah mulai banyak hadir, mulai dari yang dihasilkan oleh insisiatif Code.org hingga alat-alat pemrograman lainnya seperti Kodu Game Labs dan sejenisnya. Beberapa pendidik mungkin akan dituntut untuk meng-upgrade pengetahuan dan keterampilan dirinya, namun hal tersebut dirasa memang sudah menjadi tuntutan di abad ke 21 ini.

Isu yang lebih urgen untuk diselesaikan malah seputar edukasi tentang pentingnya keterampilan pemroraman. Dari survei Microsoft ditemukan fakta bahwa 60 persen pelajar di Indonesia mengatakan bahwa orang tua mereka masih memandang keterampilan pemrograman atau komputer sebagai karir yang kurang menjanjikan. Tren pekerjaan idola seperti menjadi pengajara, dokter, atau pegawai negeri masih banyak disodorkan kepada anak-anaknya. Penting bagi guru, pemerintah ataupun masyarkat untuk terus mengedukasi dan menunjukkan tokoh-tokoh sukses yang berkarir di bidang tersebut.

Optimis Siap Menyambut Masa Depan yang Lebih Baik

Jika banyak orang mengatakan niat yang baik menjadi modal besar bagi sebuah kesuksesan. Mungkin antusias siswa-siswi Indonesia terhadap pemrograman juga bisa dijadikan sebagai awal yang baik bagi berbagai pihak untuk mengelola potensi tersebut. Stratup di Indonesia sudah begitu berkembang hingga implementasi teknologi masif merasuki di setiap bidang menjadi kesempatan yang akan melibatkan kawula muda yang paham detil tentang IT dan pemrograman. Masa depan yang lebih baik adalah ketika kemandirian dimiliki oleh suatu bangsa. Saatnya mulai mengajarkan tentang bagaimana menjadi seorang menjadi pencipta, inovator dan penggagas ide. Pemrograman menjadi awal yang baik untuk dapat diajarkan kepada siswa-siswi Tanah Air.

Leave a Reply

Your email address will not be published.