Sebagai platform marketplace yang fokus menghubungkan pedagang di pasar dengan konsumennya secara online, Titipku mengklaim selama dua tahun terakhir terus mengalami peningkatan bisnis yang cukup positif hingga 10x lipat. Selain menambah jumlah pasar di kawasan Jabodetabek, mereka juga memiliki rencana untuk melakukan ekspansi di pulau Jawa dan Bali. Harapannya bisa menambah sekitar 250 pasar tradisional dalam waktu satu tahun ke depan.
Dalam laporan yang dirilis Titipku bertajuk “Indonesia Online Groceries Report 2022” terungkap, para pelaku UMKM di pasar tradisional yang telah bergabung meningkatkan visibilitas mereka untuk melakukan promosi di media sosial. Selain menjangkau pedagang pasar yang sudah cukup familiar dengan penggunaan teknologi, Titipku juga menyasar pedagang yang masih melakukan cara-cara konvensional untuk kemudian mengadopsi teknologi guna membantu bisnis mereka lebih baik lagi.
Titipku juga membagikan contoh pasar tradisional mengalami peningkatan jumlah transaksi setelah bergabung dalam ekosistem platform. Di antaranya adalah Lapak Ayam Kampung Alin di Pasar Mandiri, Lapak Regi Sayur di Pasar Tomang Barat, dan Toko 5 Saudara di Pasar Modern Paramount.
“Saat pandemi kemudian menjadi momentum bagi kami untuk mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Namun hal tersebut berjalan seiring dengan kegiatan kami membuka pasar baru,” kata Co-Founder & CEO Titipku Henri Suhardja.
Turut masuk ke pasar modern
Selain pasar tradisional, Titipku juga menghadirkan layanan di pasar modern dan supermarket.
Terkait dengan produk yang banyak dibeli oleh pelanggan di antaranya adalah varian protein seperti ikan, daging segar, hingga sayuran, sesuai dengan keunggulan dari pasar yang selalu menghadirkan produk segar. Hal ini yang kemudian membedakan Titipku dengan platform online groceries lainnya yang kebanyakan fokus kepada penyediaan bahan makan beku saja untuk pelanggan mereka.
Saat ini Titipku sudah melayani di sekitar 150 pasar tradisional di wilayah Jabodetabek dan ada sekitar 8 ribu pedagang pasar yang bergabung dengan mereka. Berawal dari Yogyakarta dengan jumlah pasar dan pedagang yang terbatas, kini Titipku ingin terus menambah jumlah pedagang dan jumlah pasar untuk memperkuat ekosistem mereka sebagai marketplace.
Titipku juga terus menambah jumlah Jatiper atau personal shopper yang kebanyakan mereka rekrut langsung di masing-masing pasar. Dengan memberikan pelatihan dan evaluasi kepada mereka secara rutin, diharapkan bisa mengubah mindset mereka dalam hal pelayanan kepada pelanggan.
“Kami ingin memberikan pengalaman layaknya pelanggan melakukan pembelian di pasar tradisional namun dilakukan secara online. Sehingga bisa memudahkan mereka mengatur waktu dan efisiensi memanfaatkan layanan dari Titipku,” kata Henri.
Potensi online groceries
Dalam laporan tersebut juga terungkap bahwa pasar groceries di Indonesia bisa bernilai sekitar $169,4 miliar di tahun 2022. Meningkat jumlahnya dari sekitar $140,2 miliar di tahun 2019. Namun demikian pengecer tradisional diperkirakan kalah dengan convinience store, yang akan meningkatkan pangsa pasar mereka dari 8,6% di tahun 2020 menjadi 9,3% pada tahun 2022. Ritel grosir online juga akan berkembang dari 0,3% pada tahun 2020 menjadi 0,5% pada tahun 2021.
Di Indonesia, pasar e-grocery tumbuh lebih cepat selama pandemi COVID-19.
Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan konsultan Redseer pada Agustus 2020, lebih dari separuh orang Indonesia melakukan kegiatan belanja secara online, dan lebih dari 60% akan terus melakukan kegiatan tersebut.
Namun demikian di Indonesia kegiatan belanja online sebagian besar masih banyak diterapkan di Jabodetabek. Namun, potensinya masih besar di daerah lain. Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia menyebutkan nilai belanja online akan meningkat sebesar 198% dari $99 miliar pada 2019 menjadi $295 miliar pada 2023, dan Asia Tenggara diproyeksikan menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat.
Selain Titipku tercatat saat ini di Indonesia sudah ada beberapa platform yang menghadirkan layanan online groceries. Di antaranya adalah HappyFresh, Kedai Sayur, PasarNow, SayurBox, Segari, SeroyaMart, dan Tumbasin. Dengan makin banyaknya jumlah kompetitor yang ada ternyata tidak berpengaruh bagi Titipku untuk melancarkan bisnis.
Menurut Co-Founder & President Titipku Ong Tek Tjan, beberapa tahun sebelum pandemi jumlah konsumen yang melakukan pembelian groceries secara online sudah mengalami peningkatan yang positif, namun pandemi tentu saja mengakselerasi semua. Kini ketika kondisi sudah mulai pulih dan banyak orang kembali untuk melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional secara offline, tidak menurunkan minat konsumen untuk melakukan online groceries.
“Bagi Titipku ke depannya bukan hanya meningkatkan kualitas layanan kepada pembeli saja namun juga daya saing para pedagang. Salah satunya dengan memberikan bantuan modal kepada mereka.”