Startup direct-to-consumer (D2C) fesyen untuk perempuan Claude mengumumkan pendanaan tahap awal dari CyberAgent Capital dan Prima Fund I

Startup D2C Claude Raih Pendanaan Awal dari CyberAgent Capital dan Prima Fund I

Startup direct-to-consumer (D2C) fesyen untuk perempuan “Claude” mengumumkan pendanaan awal dari investor CyberAgent Capital dan kantor keluarga Prima Fund I. Tidak disebutkan nominal yang diperoleh.

Claude akan memanfaatkan dana segar tersebut untuk meningkatkan penawaran produk saat ini dan memperkuat pasar yang telah ditembusnya di luar pasar Indonesia, seperti Asia Tenggara, Eropa hingga Amerika Serikat.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan, Co-founder dan CEO Claude Tommy Budihardjo menyampaikan, “Dalam dunia global ini di mana teknologi memungkinkan kita untuk lintas batas real-time, menjadi perusahaan global mampu mendongkrak total addressable market sampai ratusan kali lipat, sekaligus memperkuat merek yang selalu kami pertahankan.”

Christie Johana dan Tommy S Budihardjo / Claude

Dia menjelaskan, Claude menjalankan model bisnis yang terbilang revolusioner karena menggunakan sistem batch mikro untuk setiap desain baru. Kemudian, memproduksi lebih banyak setelah permintaan terbukti melonjak. Langkah tersebut mampu meminimalkan pemborosan sekaligus meningkatkan kecepatan dalam menawarkan desain baru.

Dikombinasikan dengan sistem analisis real-time yang dibangun sendiri, Claude memahami perilaku dan selera pelanggan secara real-time dan karenanya dapat beradaptasi secara instan.

Sejak berdiri di 2018, Claude memfokuskan diri pada fesyen perempuan. Tidak hanya sediakan produknya di platform digital, perusahaan juga masuk ke gerai offline. Kini tersebar di tiga lokasi di Jakarta, dan satu lokasi di Singapura. Selain Tommy, Christie Johana turut bergabung sebagai co-founder.

“Industri pakaian adalah salah satu penyumbang limbah terbesar – terutama karena stok yang tidak terjual – industri ini terlambat untuk perubahan, dan kami senang memimpin dengan model bisnis kami yang berhasil memangkas limbah barang jadi hingga 90% dan memaksimalkan pendapatan dan profitabilitas pada saat yang sama,” imbuhnya.

Managing Director CyberAgent Capital Nobuaki Kitagawa memberikan pernyataannya. Dia bilang, “Indonesia adalah salah satu pasar ritel konsumen terbesar di dunia. Dengan nilai merek Claude yang kuat serta pengalaman yang dibawa oleh tim manajemen, kami percaya bahwa perusahaan dapat membawa proposisi nilai yang unik dan diterima dengan baik oleh pasar pakaian jadi Indonesia dan Asia Tenggara yang besar.”

D2C berkembang pesat di Indonesia

Model bisnis serupa, D2C, memang tengah berkembang pesat di pasar Indonesia dan Asia Tenggara. DailySocial.id mencatat ada lebih dari 40 merek D2C Indonesia dengan mayoritas dari segmen F&B, fashion, dan beauty. Beberapa di antaranya sudah memiliki basis komunitas pembeli yang kuat dan bahkan sudah masuk ke ranah mass retail.

Sejumlah pengembang merek D2C di Indonesia (2021)

Selain fokus pada produk spesifik seperti Claude, sejumlah startup memilih starting point sebagai platform brand aggregator. Mereka fokus mengakuisisi brand untuk diakselerasi melalui penambahan proposisi nilai, investasi, dan digitalisasi. Hypefast, Tjufoo, Open Labs adalah startup lokal yang bermain di ranah tersebut.

Sejumlah investor lokal juga memperdalam hipotesis investasinya ke startup D2C. Terbaru ada Creative Gorilla Capital yang mengumumkan dana kelolaan hingga Rp300 miliar untuk difokuskan pada investasi startup D2C. CGC merupakan platform modal ventura baru hasil kolaborasi dari Future Creative Network (FCN), Vynn Capital, dan startup pengembang omnichannel Pomona.