Startup Logistik Superkul Kantongi Pendanaan Awal Dipimpin East Ventures

Startup logistik Superkul mengumumkan pendanaan awal yang dipimpin oleh East Ventures dengan nominal dirahasiakan. Dengan pendanaan ini, perusahaan akan menambah armada operasional, jumlah tim, dan membangun platform mid-mile untuk melengkapi portofolio layanan kepada konsumen.

Superkul didirikan oleh Cathrine Susilowati Prajitno (CEO), Felix Sutanto (CFO), Chris Wiranata (CTO), dan Eunike Yvonne Hanata (Marketing Manager) pada 2020.

Mereka menawarkan jasa pengiriman logistik berbasis rantai dingin (cold chain) dan pendingin (chiller) untuk last mile. Saat ini, jangkauan pengiriman Superkul baru berada di Jakarta dan Bandung, dan telah melayani sebanyak 231 klien dari sektor F&B, kesehatan, dan farmasi. Terbaru, Superkul telah menjalin kerja sama dengan PT Sekar Bumi Tbk sebagai mitra mobile store.

“Besarnya potensi industri logistik cold chain di Indonesia turut diakselerasi oleh perubahan perilaku pasar akibat pandemi. Kami yakin dapat memanfaatkan kebutuhan dan memberdayakan masyarakat agar tumbuh secara keseluruhan,” ujar Co-founder & CEO Superkul Cathrine Susilowati Prajitno dalam keterangan resminya.

Sementara, Principal East Ventures Devina Halim menambahkan bahwa pasar logistik cold chain telah menjadi industri yang besar di Indonesia. Pihaknya meyakini bahwa integrasi tepat dari operasi dan solusi digital yang disediakan oleh Superkul dapat membantu jutaan pelaku usaha meningkatkan skala bisnis.

“Kami bersemangat menyaksikan semakin banyak pertumbuhan dan dampak yang akan dibawa Superkul ke industri logistik di Indonesia,” tutur Devina.

Target Superkul

Pada paruh pertama 2023, Superkul menargetkan dapat mengoperasikan 100 armada. Pihaknya juga berencana ekspansi ke berbagai kota besar di Indonesia dan membuka layanan pengiriman aggregator middle-mile, serta cross docks.

Bagi Cathrine yang telah membangun bisnis logistik sejak 2005 menilai layanan logistik cold chain untuk last mile terpercaya yang dapat dapat mengakomodasi pengiriman makanan segar dan beku di Indonesia masih sangat kurang.

Hal ini dinilai menghambat bisnis para pemilik usaha dari skala UMKM hingga multinasional. Tak sedikit yang kehilangan pelanggan potensial karena pemilik bisnis lebih memilih solusi kurir instan berbiaya rendah untuk menghindari produk diterima dalam keadaan tidak segar, busuk, atau segar dibandingkan layanan pengiriman berbiaya lebih tinggi.

Untuk menjawab masalah tersebut, Superkul melengkapi armada sepeda motor dengan Superkul Box yang dapat membawa produk pada suhu -22C hingga 10C. Melalui solusi ini, pihaknya berupaya memastikan suhu tetap konstan dengan metode pengiriman pada hari yang sama dan rute terdekat.

Pihaknya mengembangkan teknologi yang dapa menjaga kualitas barang serta meningkatkan keamanan dan kebersihan makanan. Selain itu, Superkul menghilangkan penggunaan kemasan tambahan dan thermo freeze sekali pakai agar pemilik bisnis tidak perlu mengeluarkan biaya pengiriman tambahan.

Pasar cold chain

Berdasarkan laporan Forrester Research, bisnis makanan dan bahan makanan mengalami pertumbuhan signifikan pada 2020 yang dipicu oleh pandemi. Sektor ini menyumbang 11% dari pasar e-commerce global, naik dari 5% pada 2015. Adapun, industri makanan dan bahan makanan diperkirakan tumbuh lebih jauh menjadi 15% pada 2025.

Adapun, Allied Market Research melaporkan nilai pasar industri cold chain di Indonesia tercatat sebesar $ 4,97 miliar pada 2021 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai 10,2%. Angka tersebut diproyeksi menembus $12,59 miliar dalam sepuluh tahun mendatang.

Ada beberapa startup di Indonesia yang masuk ke sektor logistik untuk cold chain, seperti Paxel dan Fresh Factory. Paxel bermain pada pengiriman last mile yang kebanyakan berupa produk makanan, bahan pokok, dan kesehatan. Sementara, Fresh Factory masuk melalui manajemen penyimpanan produk dingin dan layanan pengadaan.