Flash Coffee baru-baru ini kembali membukukan pendanaan, kali ini untuk seri B1. Kendati enggan menyebutkan detailnya, ketika dihubungi DailySocial.id, perwakilan perusahaan membenarkan kabar tersebut. Bahkan dikatakan, penutupan putaran B2 juga tidak lama lagi akan menyusul dan berpotensi membawa startup coffee chain tersebut menjadi unicorn.
Dari data yang telah disetorkan ke regulator, sejumlah investor terlibat di putaran B1 Flash Coffee. Adapun dana yang dikumpulkan berkisar lebih dari $30 juta, melambungkan valuasi perusahaan di angka $175 juta dan mengokohkan mereka di jajaran cenatur.
Sebelumnya tahun 2021 lalu, Flash Coffee telah membukukan pendanaan seri A sebesar $15 juta. White Star Capital memimpin pendanaan ini, diikuti oleh sejumlah investor lain yaitu DX Venture, Global Founders Capital, dan Conny & Co.
Founder & CEO Flash Coffee David Brunier kala itu mengungkapkan, perusahaan akan melakukan ekspansi ke-10 negara di Asia Pasifik dengan menargetkan sebanyak 300 gerai baru atau tiga gerai baru setiap minggunya.
Brunier menilai bahwa pasar gerai kopi ritel di Indonesia sangat menarik dan punya ruang pertumbuhan besar. Selain tingginya jumlah populasi jiwa, segmen kelas menengah atas yang haus mencoba produk baru dan konsumsi kopi per kapita terus meningkat.
Flash Coffee berdiri sejak bulan Januari 2020, dan sekarang telah memiliki lebih gerai di Indonesia, Singapura, dan Thailand. Diklaim mayoritas gerai Flash Coffee telah meraih keuntungan, sekaligus memperlihatkan kesuksesan model bisnisnya
Menurut data di situsnya, saat ini ada sekitar 82 gerai yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Flash Coffee tetap mampu menarik minat para pecinta kopi walaupun dalam masa pandemi. .
Pertumbuhan gerai kopi berbasis teknologi
Dalam dua tahun terakhir platform gerai kopi yang didukung oleh teknologi telah mendapatkan pendanaan yang cukup masif. Mulai dari Fore Coffee, Janji Jiwa, Jago Coffee, hingga Kopi Kenangan.
Kendati bisnis F&B banyak mengalami tekanan saat pandemi, pendekatan berbasis teknologi (O2O) memungkinkan para startup coffee chain ini untuk tetap bertahan dan mengakselerasi bisnis. Salah satunya dengan konsep grab & go — menggunakan aplikasi yang dikembangkan, pengguna bisa melakukan pemesanan dan pembayaran untuk kemudian diambil di outlet terdekat. Atau memanfaatkan layanan food delivery.
Menurut riset (MIX, 2020), 40% pelanggan kopi kalangan muda di Indonesia juga mulai beralih ke gerai grab & go. Permintaan ini didukung oleh pergeseran dari kopi instan, karena konsumen menginginkan minuman yang lebih berkualitas — serta memadukan dengan makanan ringan pelengkap. Produk yang dijajakan rata-rata ada di rentang harga menengah — di bawah kopi premium, namun di atas kopi instan.
Hadirnya aplikasi juga tidak semata-mata hanya dimanfaatkan untuk transaksi. Namun juga sebagai media meningkatkan retensi pengguna melalui serangkaian program promosi dan aktivitas berbasis loyalty. Lebih dari itu, trafik di aplikasi juga menjadi data yang bermanfaat untuk mempelajari kebiasaan dan tren pengguna untuk kemudian diterjemahkan menjadi inovasi produk dan layanan.