Pengembangan bisnis untuk startup / Pixabay

Pengembangan Bisnis untuk Startup (Bagian 1)

Business development (pengembangan bisnis) dapat didefinisikan sebagai sebuah disiplin yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan (growth) melalui akuisisi profit dari konsumen baru atau konsumen yang sudah ada sebelumnya. Penjualan (sales), kemitraan (partnership), atau istilah yang akrab di kalangan startup “hustling” dapat dikatakan sebagai bagian dari business development. Misinya ialah menciptakan nilai jangka panjang untuk organisasi –tidak hanya melalui konsumen—tapi juga pangsa pasar dan relasi.

Business development terdiri dari banyak sekali komponen. Setidaknya ada 6 yang paling umum dan pasti ada dalam kegiatan di dalamnya. Poin-poin tersebut membentuk sebuah siklus untuk menghasilkan potensi improvisasi bagi bisnis itu sendiri.

Gambar 1

Enam poin di atas sekaligus menekankan bahwa business development menggenggam strategi “permainan” yang lebih luas, jika hanya fokus pada penjualan maka terdapat banyak poin yang terlewat. Tugas seorang business development manager juga lebih besar dari pada sekadar penjualan, di dalamnya terdapat penyusunan strategi, pembuatan marketing collateral, hingga membuat analisis terkait perkembangan bisnis dari sisi internal maupun eksternal bisnis.

Apa yang dilakukan oleh seorang business development?

Cakupan pekerjaan yang didefinisikan di atas membuat seorang business development manager harus memiliki beberapa kecakapan teknis dan non-teknis, meliputi:

  1. Mampu melihat perkembangan pangsa pasar dan kompetisi yang ada. Dari sini ia dapat mendefinisikan apa yang tengah menjadi perhatian di pangsa pasar, hingga peluang apa saja yang dapat digarap dengan kekuatan yang dimiliki oleh organisasi di mana ia berada.
  2. Mampu mendefinisikan dengan jelas siapa target konsumen yang disasar. Sehingga perlu mengetahui juga bagaimana pola produktivitas atau konsumsi dari target pasar untuk menghadirkan solusi yang dijual pada momentum yang tepat.
  3. Memiliki kecakapan dalam mempresentasikan, menjual, dan membuat kesepakatan secara efisien. Kemampuan komunikasi dan memahami sebuah permasalahan membuat kegiatan interaksi dengan konsumen dapat menjadi lebih natural.
  4. Lihat dalam menentukan rekanan untuk menunjang kesuksesan bisnis.
  5. Mendengar masukan dengan baik untuk membawakan peningkatan strategi yang konsisten.

Sebagian besar effort seorang business development memang ditujukan untuk konsumen. Karena sederhananya sebuah bisnis akan berjalan jika ia memiliki konsumen. Seorang business development yang baik mampu memberikan kepada konsumen apa yang ia butuhkan di setiap tahapan kerja sama bisnis yang dijalin. Untuk itu pemahaman emosional tentang konsumen sangat dibutuhkan.

Gambar 2

Memahami tantangan dasar dalam business development

Tantangan pertama dalam pengembangan bisnis, yakni harus mampu mengidentifikasi dengan baik value yang ditawarkan dari produk atau layanan yang hendak dijual. Di setiap lini bisnis akan memiliki proses yang berbeda, untuk bisnis di bidang jasa misalnya, ketika bisnis menjual layanan artinya mereka juga sedang “menjual” orang. Artinya ada unsur keahlian, rekam jejak, hingga kredensial yang disampaikan ke konsumen. Pastikan poin-poin tersebut dipahami dengan baik sebelum berbicara ke konsumen.

Selanjutnya, tantangan yang harus dihadapi ialah menjadi seorang yang proaktif, bukan reaktif. Seorang pegawai di lini business development tidak menunggu ponselnya berdering untuk menyampaikan layanan yang dimiliki, namun menghampiri setiap bisnis atau orang untuk menjadikannya konsumen potensial. Kegiatan ini harus dilakukan secara konsisten, karena pada dasarnya setiap solusi yang ditawarkan akan menemukan orang yang sedang dalam permasalahan tersebut.

Di seri selanjutnya akan dibahas secara lebih teknis bagaimana membuat strategi bisnis, pemasaran, dan penananganan konsumen.


Disclosure: Artikel ini diambil dari berbagai sumber, baik sumber cetak maupun online.